Tahu dengan Abrilla atau biasa di panggil Rila? Si bungsu dari Keluarga Anggara?
Dulu jatuh cinta dengan Ed? Tapi ternyata pria itu sangat tidak rekomended. Cukup lama menjomblo, Rila akhirnya merasakan buterfly era lagi.
Kali ini dengan siapa?
Maxwell Louis Sanjaya, pria berkebangsaan Indonesia-Belanda. Berdasarkan informasi yang Rila dapat, Max berstatus duda anak satu. Sulitnya informasi yang Rila dapat membuat gadis itu semakin nekat untuk mendekati Max.
Apakah Rila berhasil mendapatkan hati pria itu? Atau sebaliknya?
Kabarnya, kurang dari 3 bulan, Max akan melangsungkan pertunangan dengan wanita pilihan mami-nya. Bagaimana usaha Rila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?
Ikuti terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Derita Winata & Anita
"Ini surat cerai untukmu." Hegar menyodorkan kertas ditangannya pada Anita. "Keluarga kita sudah tahu yang sebenarnya. Keluarga mu sudah pasrah dengan perceraian ini. Toh memang semua ulahmu. Tenang saja, aku tidak berminat dengan perusahaan milikmu. Itu hak Viska. Tapi satu hal yang perlu aku perjelas jika Viska tidak akan mendapatkan apapun dariku, karena dia bukan putri kandungku. Tes DNA sebagai penguat buktinya."
Hegar sudah menyiapkan semua, persetan dengan perjanjian masa lalu. Itu hanya merusak hidupnya saja. Anita sudah banyak membohonginya, bahkan selama ini dia membesarkan anak yang bukan putri kandungnya.
Anita menandatanganinya, dia tidak mau memancing emosi Hegar. Takut pria itu berbuat sesuatu pada Viska.
"Jangan beritahu Viska tentang ini semua. Jika dia bertanya tentang kita, jawab saja bercerai karena merasa tidak cocok lagi. Jika Viska bertanya dimana keberadaan ku, bilang saja terakhir kali kau melihat ku pergi berlibur ke luar negeri. Aku mohon padamu." pinta Anita untuk pertama kalinya berbicara lembut pada Hegar.
"Aku tidak berjanji, kau tahu sendiri jika putrimu tidak pernah lagi datang ke rumah. Dia sibuk dengan dunianya sendiri. Selagi dia tidak bertanya, aku tidak akan membuka suara. Dan satu lagi, aku sudah kembali bersama Mala." kata Hegar lalu pergi.
Anita tahu Hegar pria baik, hanya saja perasannya pada Hegar tidak pernah tumbuh. Dia malah jatuh hati dengan Winata.
"Winata selalu tahu apa mauku. Dia selalu menuruti semua keinginan ku." kata Anita melirik Winata yang dalam kondisi buruk. "Hegar dan Mala kembali bersama. Berarti benar semua tidak ada yang tertutupi lagi."
Anak buah Max masuk mengejutkan Anita. Wanita itu sadar kini giliran mereka yang akan tersiksa.
"Kalian akan membawaku kemana?" tanya Anita ketakutan, kini dia hanya bisa mengandalkan diri sendiri.
Anak buah Max tidak menjawab, mereka juga membawa Winata keluar dari ruangan ini.
"Giliran kalian yang akan ikut permainan ku." kata Max yang tengah duduk di kursi kayu bersama dengan Sandy.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Anita melihat di depan mereka ada lapangan cukup luas dan dipagar tinggi. Anita melihat di dalam sana ada anjing liar yang terus menggonggong.
"Selama ini kalian terus berlari menghindar dariku, menyembunyikan semua kejahatan kalian dengan baik. Kali ini biarkan aku melihat kalian menghindar dari hewan peliharaan ku. Aku ingin lihat seberapa. kuat kalian bertahan." jawab Max dengan wajah santainya.
"Kau gila melakukan ini pada kami? Apalagi Winata, dia suami ibumu, berarti dia ayah tirimu. Aku juga, aku juga ibu tiri Maldevi, harusnya kau menghormati aku." ujar Anita mulai mengeluarkan air mata. Dia tidak menyangkal Max akan menyiksanya seperti ini.
"Aku tidak sudi mengakui atau menghormati kalian. Karena kalian tidak pantas mendapatkannya. Anggap saja aku memang gila, setelah kalian buat istriku tiada. Kalian pikir aku akan diam saja? Tidak Nyonya Anita. Kini giliranmu menikmati permainan ku." balas Max lalu menginstruksikan anak buahnya.
Anita dan Winata di bawa masuk lapangan lalu ditinggal begitu saja. Dengan posisi kedua tangan mereka terikat oleh rantai.
Winata mulai sadar karena panas matahari menyengat diwajah.
"Kita dimana?" tanya Winata membuat Anita mendekatinya.
"Max meletakkan kita disini, bersama anjing liar itu. Mereka pasti akan mengejar kita bahkan menggigit kita." jawab Anita dengan raut wajah ketakutan.
Ada 2 ekor anjing yang sudah siap menerkam keduanya. Winata dengan sisa tenaganya berdiri.
"Kita harus menghindar, ayo lari. Disana ada pintu keluar masih terbuka." kata Winata menarik Anita.
Keduanya berlari menuju pintu tersebut, benar saja 2 ekor anjing itu langsung mengejar.
"Aku takut Winata, kita akan mati disini." ujar Anita berusaha mengimbangi langkah Winata.
"Kita tidak boleh mati dulu, aku yakin kita bisa selamat dan membalas perbuatan mereka." jawab Winata dengan penuh percaya diri.
"Ahhh, anjing itu semakin dekat." teriak Anita menoleh kebelakang. "Aku tidak takut, aku tidak mau mati."
"Tenang saja, sebentar lagi kita sampai." Winata tetap menggenggam erat tangan Anita.
Hampir saja mereka tiba, pintu tertutup secara otomatis. Keduanya saling pandang dan bingung.
"Kalian pikir aku akan mudah melepaskan manusia licik seperti kau Winata? Juga ibu dari putrimu? Tidak akan." Suara Max membuat mereka menoleh ke samping.
Disana Max mengangkat sebuah alat yang tak lain remot pintu lapangan ini.
"Siap, kita dipermainkan olehnya." ucap Winata dengan kesal.
Winata kembali berlari menghindari kejaran anjing-anjing liar itu. Menuju pintu satu ke pintu lain berharap mereka lebih cepat sampai sebelum Max menutup pintunya.
Namun sudah sangat lama mereka berlari, hingga Anita terjatuh, Max masih tetap mempermainkan mereka.
"Aku sudah tidak kuat lagi." ujar Anita sudah tidak bertenaga. Winata juga sama, dia sudah sangat lemas sekali.
Anjing terus menggonggong sambil berlari mendekati mereka. Keduanya sudah pasrah akan diapakan oleh hewan tersebut.
Arghhhhh
"Sakitttt.. " teriak Anita saat kakinya digigit oleh anjing tersebut.
Arghhh
"Sialan, lepaskan aku. Menjauhlah."
Winata juga sama, paha pria itu juga digigit. Darah mengalir deras, membuat keduanya pingsan tidak sadarkan diri.
Penjaga langsung mengamankan 2 anjing tersebut lalu Sandy masuk ke dalam. Pria itu meneteskan sesuatu pada luka keduanya.
"Rila mengatakan obat itu sangat manjur membuat luka semakin menyala." ujar Sandy dengan sengaja meneteskan cukup banyak di paha dan kaki manusia ini.
"Bawa dia ke tempat selanjutnya." perintah Sandy diangguki oleh anak buahnya.
Sebuah pantai dengan ombak tinggi. Winata dan Anita diikat pada sebuah speedboat.
"Sebentar lagi mereka sadar. Jadi bersiaplah bawa mereka menghantam ombak." kata Sandy yang tengah menikmati makan sorenya bersama Max.
"Ini untukmu, Rila. Aku kira kau tidak datang." lanjut Sandy meletakkan daging panggang yang sudah di potong kecil olehnya.
"Mana mungkin aku melewatkan tontonan menarik seperti ini. Aku sudah lama tidak melihat pertunjukan ekstrem." jawab Rila yang terlihat cantik sekali dengan rambut terurai.
"Jika kau menyukaiku, sudah dari kemarin aku menikahimu. Dan kita disini untuk bulan madu."
Perkataan Sandy membuat Max menatap tajam pria itu.
"Tapi aku sadar diri, kau lebih suka dengan pria pemarah dan bergengsi tinggi. Memang wanita itu unik, diberi spek malaikat baik hati malah memilih spek malaikat pencabut nyawa." ujar Sandy sengaja menyindir Max.
"Karena wanita suka dengan tantangan." jawab Rila membuat Sandy tertawa.
"Apakah kalian tidak bisa diam? Sebentar lagi akan ada atraksi menarik." sela Max menatap Anita dan Winata yang baru sadar. Namun kedua orang itu malah berteriak meminta pertolongan.
akoh udh mmpir....
ni anknya feli sm alfi y kk???
d tnggu up'ny.....smngtttt....