Perubahan Si Murid Bodoh

Ryan akhirnya diumumkan sebagai juara, tetapi ada banyak pihak meragukannya.

"Tunggu dulu! Sepertinya ada yang salah!" ujar Pak Yuda tak terima hasil lomba.

Ia pun segera menggugat hasil keputusan tersebut kepada panitia penyelenggara.

"Saya juga merasa ada yang aneh," ujar salah satu juri merasa curiga.

"Ada apa, Ibu Santi?" tanya juri yang lainnya.

"Coba bandingkan kertas jawaban mereka dengan kertas jawaban lainnya," ucap Ibu Santi.

Mereka pun segera membandingkan kertas jawaban milik Andi dengan kertas jawabannya yang lain.

"Ini jelas telah ditukar!" ucap para juri dan panitia mulai menemukan kebenarannya.

"Saya kenal tulisan di kolom nama ini, ini mirip tulisannya Pak Hardi," ucap salah satu juri.

Mereka pun mencoba bertanya pada Andi tentang situasi saat mereka mengisi pertanyaan.

"Pak Hardi meminta saya untuk mengosongkan kolom nama dan peserta di kertas jawabannya," jawab Andi dengan jujur.

Sebenarnya, Andi sendiri sudah tahu atau curiga akan ada kecurangan, tapi dia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.

Pak Hardi pun didesak hingga ia akhirnya mengaku telah dibayar oleh Ryan.

"Kenapa kau tidak mengerjakannya dengan benar!" keluh Ryan memarahi Pak Hardi.

Kebetulan, Pak Menteri Pendidikan juga hadir dan ia kecewa atas perbuatan putranya.

"Bersiaplah menjalani hukuman di rumah nanti," ujar ayahnya sangat marah dan malu.

"Kau memang hebat merencanakan semua ini, tapi kau membuat satu kesalahan besar!" ujar Andi saat melihat Ryan akan dibawa pergi.

"Apa maksudmu?" tanya Ryan penasaran.

"Kau harusnya membayar semua juri, jadi tidak akan ketahuan," jawab Andi bercanda.

"B-benar juga!" gumam Ryan tercengang dan menanggapinya serius.

"Bicara apa kau ini?" ucap Pak Yuda tiba-tiba muncul dan memukul kepala Andi.

Tapi, Pak Yuda terlihat sangat senang dan bangga karena Andi berhasil membuktikan kemampuannya.

"Saya akan mengabulkan satu permintaanmu karena berhasil menjadi juara," ucap Pak Yuda.

"Tolong jangan hukum saya kalau ketiduran lagi di kelas," jawab Andi bercanda lagi.

Pak Yuda tampak langsung mengepalkan tangannya dan ingin memukul kepala Andi lagi.

"Ampun!" ujar Andi langsung kabur.

Sementara itu, Ryan terlihat sudah masuk mobil ayahnya dan hanya menunduk penuh sesal.

...[Ding][Menjadi juara turnamen matematika]...

...[+100 poin][Total : 750 Poin]...

...Perubahan Si Murid Bodoh....

"Andi, kamu yakin ingin membantu Paman?" tanya Bang Farhan, pamannya.

Pamannya tersebut bekerja sebagai seorang tukang atau kuli bangunan di kotanya.

"Ya, Paman Farhan. Sekarang sekolah lagi libur dan aku sedang bosan," jawab Andi.

"Kenapa tidak main saja sama teman kamu atau main game kesukaan kamu," ucap pamannya.

Andi memang ingin seperti itu, tetapi dia kehabisan poin dan sistem pun memberi saran atau misi untuk membantu pamannya bekerja.

"Aku tak punya teman, Paman. Dan internet sedang gangguan," jawab Andi beralasan.

"Ya sudah kalau begitu, bantu potong balok kayu itu, atau pindahkan batu bata itu ke sana" ucap pamannya memberi izin dan arahan.

"Baik, Paman!" ucap Andi cukup semangat.

Pertama, Andi memindahkan bata dari satu tempat ke tempat yang diminta pamannya.

...[Ding][Memindahkan bata selesai]...

...[+25poin][Total : 775 poin]...

"Pelit sekali kau sistem!" keluh Andi kesal.

Andi pun segera beralih ke pekerjaan lainnya, yaitu memotong balok kayu.

...[+20 poin][Total : 795 poin]...

"Apa batu batanya sudah selesai dipindahkan?" tanya pamannya memeriksa.

Pamannya sedikit heran, sebab Andi menyelesaikan pekerjaannya dengan cukup cepat.

"Sudah, Paman," jawab Andi.

Tiba-tiba, mandornya, Pak Mulyono muncul dan membahas soal Andi.

"Farhan, keponakanmu ini luar biasa!" ujar Pak Mulyono sangat kagum.

"Benarkah?" tanya Bang Farhan sedikit bingung.

Pak Mulyono pun menjelaskan bahwa Andi bisa membawa puluhan bata sekaligus.

"Dia seperti Samson!" ucap Pak Mulyono.

Bang Farhan akhirnya paham setelah melihat Andi mengangkat 4 karung semen sekaligus.

"Astaga! Apa ini masuk akal?" pikir pamannya heran.

"A-Andi, Paman tak tahu kalau kamu sekuat ini, tapi sebaiknya jangan terlalu memaksakan diri ya," tegur pamannya khawatir.

Namun, harus diakui bahwa pekerjaan pamannya jadi lebih mudah dan cepat berkat adanya Andi.

"Aduh! Punggungku!" ujar pamannya yang tiba-tiba mengeluh kesakitan saat mengangkat semen.

"Kenapa Paman Han?" tanya Andi khawatir.

"Cedera lamaku kumat!" jawab pamannya meringis.

"Haruskah aku membeli skill memijat?" gumam Andi panik, tapi tiba-tiba ada gangguan datang.

"Siapa yang bertanggung jawab di sini?" tanya ketua kelompok preman yang datang entah dari mana.

"Siapa kalian?" tanya Pak Mulyono muncul.

"Kami adalah kelompok geng Kambing hitam yang menguasai wilayah ini," ucap ketua preman itu.

"Kenapa di mana-mana selalu ada geng preman dan mereka sering minta uang keamanan?" gumam Andi merasa heran, tapi nama geng itu terdengar lucu.

"Bocah tengik, kenapa kau ketawa?" tanya ketua preman tersebut heran.

"Saya hanya heran kenapa kalian menamakan diri sebagai geng kambing hitam," jawab Andi. "Tapi, melihat penampilan kalian, itu memang cocok."

"Terima kasih," jawab ketua preman tersebut.

"Bos, sepertinya itu bukan pujian. Tapi, ia sedang menghina kita," bisik salah satu anak buahnya.

Ketua preman yang berperut buncit dan kepala plontos itu langsung melepas baju.

"Bocah, apa kau tidak takut kepada saya?" ujarnya seraya memamerkan tatto wajah kambing yang tergambar di perutnya.

Saat ketua preman itu bergerak, gambar wajah kambing di perutnya jadi terlihat aneh.

"Hahaha!" Andi tak bisa lagi menahan tawanya.

"Anak ini minta dihajar, Bos!" ucap satu anak buahnya lain terlihat marah.

Mereka berjumlah tiga orang, tapi dua orang lainnya bertubuh kurus dan gondrong.

"Apa kau tahu bahwa saya adalah temannya Bang Roni?" tanya Andi.

Bang Roni pernah berpesan untuk menyebut namanya jika Andi bertemu preman lagi.

"Haha! Saya tahu, tapi dia itu penguasa wilayah sebelah!" jawab ketua preman tersebut.

"Andi, cepat pergi dari sini. Biar paman yang mengurus mereka," ucap pamannya.

Namun, Bang Farhan merasakan punggung kumat lagi dan kesulitan bangun.

"Hey, kami akan melepas kalian jika kalian sudah memberi uang keamanan!" ucap ketua preman.

Pak Mulyono yang ketakutan, tampak bersedia untuk memenuhi keinginan mereka.

"Apa ini cukup?" tanya Pak Mulyono menyodorkan uang sebesar 50 ribu rupiah.

"Kurang!" jawab ketua preman tersebut marah.

"Pak Mul, Anda bawa saja paman Han ke dalam. Aku akan mengurus mereka," ucap Andi mulai geram.

"Baiklah," jawab Pak Mulyono, tapi Bang Farhan tampak tak setuju.

"Saya percaya keponakan kamu itu bisa mengatasi mereka," tegas Pak Mulyono.

"Kau beneran ingin menantang kami, Bocah?" tanya ketua preman tersenyum jahat.

"Benar," jawab Andi sambil berlagak kaya Bruce Lee.

"Hahaha! Palingan sebentar lagi kau akan menangis dan mengadu pada ibumu," ujar ketua preman buncit tampak meremehkan.

Kedua anak buahnya mulai maju, mengepung Andi dari kedua sisi.

"Anak muda sekarang sukanya sok berlagak jagoan ya?" singgung mereka.

"Banyak omong! Buruan serang!" ujar Andi kesal.

Kedua preman gondrong itu segera melayangkan pukulan berbarengan, tapi Andi segera menunduk sehingga tinju mereka beradu.

...[-5 poin telah digunakan]...

"Rasakan ini!" ujar Andi segera menyikut perut mereka dengan sekuat tenaga.

...[-5 poin telah digunakan]...

Kedua preman gondrong itu langsung jatuh tumbang dan meringis kesakitan.

"Huh, aku masih terkejut karena ternyata segampang ini untuk mengalahkan lawanku," gumam Andi.

Namun, saat Andi melihat ke depan, ketua preman itu sudah lari dari lokasi.

"Rasakan nih senjata legendaris jalanan! Batako!" ujar Andi seraya melemparkannya.

...[-5 poin telah digunakan]...

"Uwahh!" Ketua preman langsung tersungkur karena punggungnya terkena lemparan batako.

...[Ding][Mengalahkan geng preman pembuat onar]...

...[+150 poin][Total : 925 poin]...

"Di mana mereka?" ujar para kuli berotot kekar yang baru datang setelah diberi tahu Pak Mulyono.

Mereka pun terkejut saat melihat ketiga preman itu sudah tergeletak di tanah.

"Kerja bagus, Nak!" puji salah kuli yang paling besar dan berotot atas kemenangan Andi.

Tiga orang preman itu akhirnya dibawa ke kantor polisi dan ternyata mereka hanya orang sewaan.

"Mereka disewa oleh perusahaan pesaing bos saya," tutur Pak Mulyono. "Saya akan mengurus sisanya."

"Iya," jawab Andi hanya mengangguk.

Kemudian, Andi terlihat membujuk pamannya agar mau dipijat olehnya setelah membeli skill pijat.

...[-100 poin][Total : 825 poin]...

"Memangnya kamu bisa?" tanya pamannya ragu.

"Coba saja dulu!" ucap Andi percaya diri.

...[-5 poin telah digunakan]...

Tidak lama kemudian, pamannya benar-benar sembuh seperti sedia kala.

...[+50 poin][Total : 875 poin]...

"Andi, kamu terus saja mengejutkan Paman!" ucap Pamannya sangat heran dan terkesan.

"Apa ada orang lainnya yang ingin dipijat?" tanya Andi pada semua orang.

Akhirnya, para tukang atau kuli di tempat tersebut pada antri untuk dipijat oleh Andi.

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

"Astaga, ini benar-benar luar biasa!" ujar Bang Doi, pekerja atau tukang bertubuh paling besar tadi.

Dia memiliki cedera bahu dan tangannya sering mati rasa, tapi Andi dapat menyembuhkannya.

Para pekerja bangunan yang belum dipijat semakin antusias dan mengatakan keluhan mereka.

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

...[Ding][+50 poin]...

...[Total : 3500 poin]...

"Huh, akhirnya aku dapat banyak poin dari memijat mereka. Apa aku buka klinik pijat aja sekalian," pikir Andi. "Mungkin, aku bisa dapat lebih banyak poin."

Tapi Andi tidak terlalu serius memikirkannya, ia ingat dirinya masih pelajar, dan punya impian yang ingin ia raih, bukannya menjadi tukang pijat.

"Hey, ada apa ini? Siapa mereka?" tanya Alya, heran rumahnya ramai pekerja.

"Mereka adalah temannya Farhan dan bilang ingin memperbaiki rumah ini," jawab ibunya.

"Apa ibu punya uang untuk membayar mereka?" tanya Alya.

"Tenang saja, mereka melakukannya secara suka rela alias gratis," jawab ibunya senang.

Tampak tembok rumah mereka dicat ulang, genteng diperbaiki, dan lain sebagainya.

"Gue enggak salah dengar, kan?" ujar Alya terkejut setelah tahu alasan para tukang itu datang.

Bang Farhan baru memberi tahu bahwa mereka semua hanya membalas perbuatan baik Andi.

"Apa yang sudah dilakukan Andi sampai mereka mau bekerja tak dibayar begitu," pikir Alya masih heran memikirkannya.

Alya ingin bertanya langsung pada kakaknya itu, tapi Andi entah sedang kelayapan di mana.

Bersambung.