Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Mendalam.
Keheningan terasa menggantung di antara kami, hanya terdengar suara napas berat ayahku yang bergema di ruangan. Sejenak aku merasa seolah dunia terhenti, suasana di ruangan kerja ayahku, yang biasanya penuh wibawa dan ketegasan, kini dipenuhi kesedihan yang tak terucapkan.
"Apakah ibu akan selamanya berada di Kekaisaran, terpisah dari kita?" tanyaku, dengan perasaan yang tak ku mengerti, seolah-olah ada beban yang menggantung di hatiku.
Ayahku menarik napas panjang sebelum menjawab. "Ronan, kelahiranmu adalah rahasia yang hanya aku dan ibumu yang tahu." Nadanya rendah, hampir seperti berbisik. "Ketika ibumu mengandungmu, dia mengunci dirinya di dalam kamar, hidup dalam kesunyian yang menyiksa."
Aku bisa melihat garis-garis keras di wajah ayahku mulai melunak, berubah menjadi ekspresi penuh kesakitan. “Karena status ibumu yang rendah di Kekaisaran, tidak ada seorang pun yang peduli. Mereka hanya mengira dia sedang mengurung diri tanpa alasan penting.” Suaranya mulai sedikit bergetar, "Pada saat itu, aku benar-benar tak berdaya. Aku berpikir untuk menantang Kekaisaran dengan kekuatan Nightshade, tapi itu adalah kehancuran bagi kita semua."
Kemarahan ayahku kini terlihat jelas, bukan karena Kekaisaran, melainkan karena dirinya yang merasa tidak cukup kuat untuk melawan takdir. "Jika aku membawa Nightshade ke dalam urusan pribadiku, maka aku akan menghancurkan warisan ribuan tahun keluarga kita dengan kedua tanganku." Ia mengepalkan tangannya, menatapnya dengan penuh kebencian pada dirinya sendiri. “Dan itu adalah hal terakhir yang aku inginkan.”
Aku terdiam. Kata-katanya terasa seperti pisau tajam yang menoreh luka di hatiku.
"Apakah ayah menyimpan dendam?" tanyaku pelan, nyaris takut mendengar jawabannya.
"Kepada siapa?" Ayahku menatapku dengan pandangan kosong, suaranya terdengar getir. "Jika aku menyimpan dendam, itu hanya kepada diriku sendiri yang dulu terlalu lemah." Matanya kini penuh dengan air mata yang hampir tumpah, namun ia menahannya.
Ia melanjutkan dengan suara serak, "Ketika kau lahir, itu adalah waktu yang tepat. Ibumu diberi izin untuk datang ke kediaman Nightshade, dengan pengawalan ketat dari Kekaisaran." Ayahku tampak terhanyut dalam ingatan yang pahit. "Tapi untungnya, para pengawal itu berhasil dikelabui. Itu adalah pertama dan satu-satunya kali kau bertemu dengan ibumu."
Aku menelan ludah, merasakan beban yang aneh di dadaku. Aku tak tahu bagaimana menanggapi semua ini. Segalanya terasa begitu asing, namun di saat yang sama begitu menyentuh sesuatu dalam diriku yang terdalam. Napasku semakin berat, seolah ada sesuatu yang menekan dada ini.
Apa ini? pikirku. Aku bukanlah anak lelaki yang ia bicarakan. Aku hanyalah seseorang yang kebetulan berada dalam tubuh Ronan. Tapi mengapa aku merasa seperti ini? Mengapa rasanya seolah-olah hatiku terikat pada kesedihan ini?
"Apa kau ingin bertemu dengan ibumu, Ronan?" tanya ayahku tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh harap. Matanya menatap lurus ke dalam mataku, seolah mencoba mencari sesuatu di balik wajahku.
Aku terdiam, mataku tertunduk. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku merasa seperti terjebak di antara perasaan asing ini, yang bukan sepenuhnya milikku, namun begitu kuat dan nyata.
"Jika kau ingin menemuinya, kau bisa pergi bersama Lucian seminggu lagi," katanya, suaranya memberi sedikit harapan. "Lucian akan kembali ke Kekaisaran untuk menjalankan tugasnya sebagai pengawal, dan kau bisa ikut bersamanya."
"Lucian..." Aku menggumamkan nama paman yang baru saja kuketahui keberadaannya. Pikiran tentang perjalananku ke Kekaisaran bersamanya mulai terlintas di benakku.
"Lucian dan ibumu sudah saling mengenal dengan baik. Itu sebabnya aku memilihnya untuk mengawal ibumu selama bertahun-tahun." Ayahku berjalan mendekat ke meja kerjanya, mengeluarkan sebuah tumpukan surat dari laci kayu yang tampak berat. "Ibumu selalu menanyakan kabarmu dalam setiap surat yang ia kirim. Kadang-kadang aku heran, apakah dia bahkan peduli padaku?" Ayahku tersenyum pahit, bercanda dalam kesedihan yang mendalam.
Dia menyerahkan sebuah surat kepadaku, dan untuk pertama kalinya, aku memegang sesuatu yang berhubungan dengan ibuku. Aku menatap surat itu, jemariku gemetar.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup