Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Kepergian Nikita
Nikita duduk di ruang tamu rumah besar keluarga Smit, tatapannya dingin dan tegas. Di depannya, Syakila menatapnya dengan tajam, sementara Marsel berdiri di sudut ruangan dengan wajah muram. Suasana di ruangan itu terasa berat, penuh dengan ketegangan yang hampir terasa di udara.
“Aku sudah memutuskan,” ucap Nikita menggema di antara dinding dinding ruangan.
“Aku akan pergi dari Mikel. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi.” lanjutnya.
Syakila, yang sejak tadi hanya diam, akhirnya membuka mulut. “Pergi? Apa maksudmu? Ini rumahmu juga, Nikita. Kamu istri Mikel, dan Michelle adalah cucuku. Tidak ada yang bisa kau bawa pergi dari sini.” ucap Syakila. Namun Nikita menatapnya dengan pandangan penuh ketegasan.
“Aku akan pergi dengan Michelle, dan aku tidak peduli apa yang kalian atau Mikel pikirkan. Aku sudah cukup menderita.” tegas Nikita.
Marsel, yang sejak tadi hanya menjadi pendengar, menghela napas berat.
“Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Nikita? Kamu tahu, Mikel tidak akan pernah membiarkanmu pergi begitu saja dengan Michelle. Ini bukan hanya masalah rumah tangga kalian lagi. Ini sudah menyangkut keluarga, bisnis, dan pewaris.” tanya Marsel.
Nikita tersenyum tipis, sinis.
“Aku tahu itu. Itulah sebabnya aku tidak akan pergi dengan tangan kosong. Aku akan membawa Michelle, tapi aku punya syarat. Jika tidak dipenuhi, aku akan membawa ini ke ranah hukum dan kita akan lihat siapa yang akan menang.” tantang Nikita.
Syakila memicingkan matanya, rasa tidak suka semakin terlihat di wajahnya.
“Apa syarat yang kamu inginkan, Nikita? Uang? Properti? Kamu pikir kami akan membiarkanmu memeras kami hanya karena kamu membawa cucu kami?” tolak Syakila tegas.
“Bukan hanya sekadar uang,” jawab Nikita, tatapannya tajam. “Aku ingin 30% saham perusahaan Smit. Itu kompensasi atas semua yang telah aku lalui dengan Mikel. Selain itu, Michelle berhak mendapatkan warisannya. Aku ingin 10% saham tambahan untuk Michelle, yang akan menjadi miliknya saat dia dewasa. Juga, semua kebutuhan Michelle hingga dia berusia 21 tahun harus dijamin.” jelas Nikita.
Syakila terbelalak, wajahnya memerah karena marah.
“Kamu gila, Nikita! Kamu pikir kamu siapa, meminta bagian seperti itu? Itu sama saja dengan menguras keluarga kami! Kamu tidak berhak atas semua itu!” sangat marah Syakila, dirinya saja yang menjadi istrinya tidak ada saham disana. Ini malah seenaknya Nikita meminta.
Marsel, yang sejak tadi diam, melangkah maju.
“Tunggu, Syakila,” katanya perlahan, suaranya tenang tapi tegas.
“Kita harus memikirkan ini dengan baik. Michelle adalah satu satunya cucu kita, dan dia pewaris perusahaan ini. Apa yang diminta Nikita mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi dia benar tentang satu hal, Michelle berhak atas bagiannya.” lanjutnya agar bisa di pahami Syakila.
Syakila menatap suaminya dengan tidak percaya. “Marsel! Apa kamu serius mempertimbangkan ini? Nikita hanya ingin mempermainkan kita! Dia tidak peduli pada keluarga ini. Dia hanya ingin keluar dari situasi ini dengan keuntungan sebanyak mungkin!” jelas Syakila agar Marsel jangan dengan mudah menurutinya.
Marsel menatap Syakila dengan pandangan penuh kebijaksanaan. “Michelle adalah cucu kita, Syakila. Tidak peduli apa yang terjadi antara Mikel dan Nikita, kita harus memikirkan masa depan Michelle. Jika kita tidak setuju, Nikita bisa saja membawa masalah ini ke pengadilan, dan itu bisa menghancurkan reputasi keluarga kita. Kita harus membuat kesepakatan yang adil.” ucapnya.
Nikita tersenyum puas mendengar perkataan Marsel.
“Aku setuju. Aku juga tidak ingin memperpanjang masalah ini. Aku hanya ingin memastikan Michelle dan aku bisa hidup nyaman tanpa ada konflik lagi. Jadi, bagaimana setuju dengan syaratku?” tanya Nikita kembali.
Syakila masih menatap Marsel dengan tatapan penuh amarah. “Ini tidak masuk akal, Marsel. Kamu tidak bisa menyerahkan begitu saja saham keluarga kita pada wanita ini! Apa yang akan terjadi jika Michelle tidak pernah kembali? Dia bisa saja hilang dari hidup kita selama lamanya, dibesarkan dengan cara Nikita.” tidak setuju Syakila.
Marsel menggelengkan kepala.
“Tidak akan seperti itu. Kita akan membuat kesepakatan. Michelle harus kembali kepada kita saat dia berusia 21 tahun. Nikita, kamu harus setuju dengan syarat ini jika ingin mendapatkan apa yang kamu minta.” jelas Marsel.
Nikita menatap Marsel sejenak, mempertimbangkan tawarannya. Setelah beberapa saat, ia mengangguk perlahan.
“Baiklah. Aku setuju. Michelle akan kembali ke keluarga ini ketika dia dewasa. Tapi hingga saat itu, semua kebutuhannya harus terpenuhi, dan aku akan membawa 30% saham yang telah aku minta.” ucap Nikita.
Syakila berdiri dari tempat duduknya, wajahnya memerah karena marah.
“Ini tidak adil! Kamu benar benar wanita yang licik, Nikita!! Kamu tidak pantas mendapatkan semua ini!” marah Syakila.
Nikita tidak terpengaruh oleh kemarahan Syakila.
“Aku hanya memastikan hidupku dan hidup anakku aman. Jika itu membuatku tampak licik di matamu, aku tidak peduli. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan.” membela dirinya sendiri Nikita.
“Jika itu keputusanmu, Nikita, maka kita akan mengurus semuanya secepat mungkin. Tapi ingat, kesepakatan ini hanya berlaku jika Michelle kembali kepada kami saat dia berusia 21 tahun.” ucap Marsel.
Nikita tersenyum tipis. “Aku setuju dengan itu. Sekarang, aku akan bersiap untuk pergi. Aku sudah tidak ingin tinggal di sini lagi.” Ucap Nikita lalu pergi kembali ke rumahnya.
***
Setelah pertemuan dengan orang tua Mikel, Nikita kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Dia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, keamanan finansial untuk dirinya dan Michelle. Namun, hatinya masih penuh dengan kemarahan terhadap Mikel. Dia merasa dikhianati, ditinggalkan, meski pada akhirnya dia yang memutuskan untuk pergi.
Malam itu, Mikel pulang dalam keadaan mabuk seperti biasa. Nikita sudah menunggu di ruang tamu, siap untuk memberikan kabar buruk itu.
“Aku akan pergi!" ucap Nikita tanpa basa basi.
“Apa maksudmu?” tanya Mikel, yang setengah sadar, mengerutkan kening.
“Aku dan Michelle akan pergi dari hidupmu, Mikel,” lanjut Nikita. “Aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Pertengkaran kita, ketidakpedulianmu, semua kebohongan yang kamu sembunyikan. Aku sudah selesai!" ucap Nikita.
Mikel tersentak, rasa mabuknya perlahan menguap.
“Kamu... kamu tidak bisa pergi begitu saja, Nikita! Michelle adalah anakku! Kamu tidak bisa mengambilnya dariku.” ucap Mikel yang tidak suka dengan ucapan Nikita. Bahkan seolah sadar seketika dirinya itu.
Ha!
Ha!
Nikita tertawa sinis.
“Aku tidak mengambil Michelle darimu. Kamu yang menyerah padanya, Mikel. Kamu sudah lama tidak ada untuk kami. Kamu lebih memilih menghilang setiap malam, mabuk di bar, daripada mengurus keluargamu. Kamu tidak bisa menyalahkanku untuk ini.” ucap Nikita.
Mikel terdiam, rasa bersalah menyelimutinya. Namun, di balik semua itu, ada rasa frustasi yang mendalam.
“Aku... aku akan berubah, Nikita. Beri aku kesempatan lagi.” lirih Mikel.
Nikita menggelengkan kepala.
“Sudah terlambat, Mikel. Kesempatanmu sudah habis. Aku sudah berbicara dengan orang tuamu, dan aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku akan membawa Michelle pergi, tapi dia akan kembali saat dia dewasa. Itu kesepakatannya.” jelas Nikita.
Mikel menatap Nikita dengan tatapan kosong, hatinya hancur mendengar kata kata itu. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikan Nikita kali ini. Keputusan sudah dibuat, dan dia harus menerima kenyataan pahit bahwa keluarganya akan hancur.
“Kamu benar benar akan pergi?” bisik Mikel, suaranya penuh penyesalan.
“Ya, aku akan pergi. Dan kamu, Mikel, akan hidup dengan keputusanmu. Seperti aku hidup dengan keputusanku.” ucap Nikita menatapnya tanpa belas kasihan.
...****************...
Mari ramaikan kolom komentarnya ya.
Keren banget 🔥😍