Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.
Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.
Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Usaha Lara dan Perhatian Tersembunyi Dion
Sejak Lara muncul di kelas 10A, semua orang tak bisa mengabaikan pesonanya. Dengan sifatnya yang ceria, imut, dan penuh energi, dia dengan cepat menjadi pusat perhatian. Namun, perhatian Lara tampaknya lebih terfokus pada satu orang—Dion.
Lara selalu berusaha mendekati Dion dengan cara-cara yang unik dan lucu, meskipun semua orang tahu Dion terkenal dengan sikap dinginnya. Namun, Lara tampaknya tak gentar. Dia percaya bahwa dengan usaha keras dan pesonanya, dia bisa meluluhkan hati Dion.
Pagi itu, Lara mendekati Dion dengan senyum manis di wajahnya. "Dion, kamu punya waktu sebentar? Aku butuh bantuanmu buat proyek seni kita," katanya dengan nada ceria.
Dion, seperti biasa, menjawab dengan datar. "Tergantung, apa yang perlu dibantu?"
Namun, di balik sikap dinginnya, Dion melirik sekilas ke arah Clara, yang duduk di seberang kelas. Clara tampak sedang berbincang dengan Nisa, tapi jelas bahwa matanya beberapa kali melirik ke arah Dion dan Lara. Dion melihat sedikit perubahan di ekspresi Clara—sesuatu yang tidak bisa ia abaikan.
Lara tampak tak menyadari hal itu dan melanjutkan, "Aku butuh ide buat mural! Kamu kan jago gambar. Gimana kalau kita brainstorming bareng di taman nanti pas istirahat?"
Dion hanya mengangguk, tak ingin berdebat. Namun, lagi-lagi, dia melirik ke arah Clara. Kali ini, Clara berusaha terlihat sibuk dengan buku catatannya, tetapi Dion bisa menangkap kilatan emosi di matanya—apakah itu cemburu?
Saat jam istirahat tiba, Lara tak membuang waktu. Dia sudah menyiapkan kotak bekal lucu berbentuk panda yang ia bawa khusus untuk Dion. "Dion! Aku bawa ini buat kamu. Aku sendiri yang bikin, lho!" katanya sambil menyodorkan kotak itu dengan senyum lebar.
Dion menerima kotaknya tanpa banyak bicara, tetapi di sudut matanya, dia kembali melirik Clara. Clara sedang mengobrol dengan Nisa, namun matanya sesekali menatap ke arah mereka. Ekspresinya agak canggung, seolah berusaha menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.
Lara, yang tak menyadari ketegangan itu, terus berusaha membuat suasana menyenangkan. "Kalau kamu nggak suka sandwichnya, aku bisa buatkan yang lain besok! Mungkin... bentuk dino? Atau bintang? Aku suka banget bikin bekal yang lucu-lucu!"
Dion hanya tersenyum tipis, meskipun dalam hatinya, dia mulai merasa sedikit terganggu dengan kehebohan Lara. Bukannya dia tidak menghargai usahanya, tetapi Lara sepertinya tidak menyadari betapa dinginnya respons Dion. Di sisi lain, Dion mulai memperhatikan ekspresi Clara yang terus berubah. Setiap kali Lara melakukan sesuatu untuknya, Dion bisa merasakan ketegangan dari arah Clara.
Ketika mereka beranjak ke taman untuk brainstorming mural, Lara terus mengoceh dengan antusias. "Aku kepikiran buat mural besar dengan tema alam! Tapi, tentu aja butuh sentuhan seni kamu biar kelihatan keren. Gimana menurutmu?"
Dion mendengarkan setengah hati. Pandangannya melayang ke sekitar, dan tanpa sadar dia lagi-lagi mencari Clara. Dia melihat Clara duduk di bangku yang tak jauh dari sana, berusaha fokus pada bukunya, tapi jelas terlihat bahwa dia memperhatikan mereka dari sudut matanya. Dion kembali merasakan sesuatu yang aneh—perasaan bahwa Clara sedang terpengaruh oleh semua ini, meskipun dia berusaha keras menyembunyikannya.
Lara, yang tampaknya belum menyerah, menarik Dion untuk berdiri. "Ayo, coba gambar beberapa sketsa bareng! Kita bisa mulai dari sini," ajaknya dengan penuh semangat.
Dion mengangguk setengah malas. Saat dia mulai menggambar di buku sketsa yang dibawa Lara, dia bisa merasakan mata Clara terus menatap mereka dari jauh. Dia tidak tahu mengapa dia begitu memperhatikan reaksi Clara—mungkin karena dia sudah terlalu terbiasa dengan kehadiran Clara selama ini. Mungkin, dalam hati kecilnya, dia masih berharap Clara akan bereaksi lebih jelas. Tapi, seperti biasanya, Clara hanya diam dan berpura-pura tidak peduli.
Sementara itu, Lara masih terus berusaha menarik perhatian Dion dengan cara-cara yang lucu. Dia mulai memainkan perannya dengan mengeluarkan gurauan-gurauan konyol. "Kamu tahu, Dion? Kalau mural ini sukses, aku bakal kasih nama salah satu karakternya pakai nama kamu, hehe!"
Dion hanya mengangguk lagi, tapi kali ini dengan sedikit senyum di bibirnya—bukan karena Lara, tapi karena dia melihat betapa kerasnya Clara berusaha tetap tenang. Clara tidak pernah pandai menyembunyikan perasaannya, dan Dion bisa membaca ekspresinya dengan mudah. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang Clara mungkin tidak sadari, tetapi Dion bisa menangkapnya.
Saat Lara melanjutkan ocehannya, Dion sesekali memberikan tanggapan yang singkat dan datar. Namun, di sela-sela percakapan itu, dia terus melirik Clara, ingin tahu apa yang ada di benaknya. Setiap kali dia melakukannya, Dion merasa ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya—perasaan yang dia coba untuk tidak pikirkan terlalu dalam.
Hari itu berakhir dengan Lara yang tetap ceria dan optimis, meskipun Dion tidak banyak memberikan respons. Clara, di sisi lain, tampak lebih gelisah daripada sebelumnya. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, Dion tahu bahwa Clara menyadari kedekatan Lara dengannya, dan entah kenapa, itu membuat Dion merasa berbeda.
Ketika Lara akhirnya pergi, Dion tetap berada di taman sebentar, menikmati keheningan. Clara masih duduk di bangku, kali ini sendiri. Dion menatapnya sejenak, bertanya-tanya apakah dia seharusnya mendekatinya. Namun, dia memutuskan untuk tetap diam, menjaga jarak seperti biasa.
Saat dia berjalan menjauh, Dion mencoba menepis perasaan aneh yang muncul di dadanya. Mungkin, untuk pertama kalinya, dia mulai berpikir apakah Clara terpengaruh dengan kehadiran Lara. Namun, dia tidak ingin terlalu percaya diri dengan prasangka itu. Seperti biasa, dia memilih untuk menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri.
Sementara itu, Clara yang diam-diam mengamati Dion dari kejauhan, merasakan sesuatu yang berubah. Hatinya berdesir, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa atau melakukan apa. Lara mungkin terus berusaha mendekati Dion, tetapi Clara tahu bahwa hatinya belum siap untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
To be continued...