TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS TIGA PULUH
"Kamu baik-baik saja, Nathalie?"
Nathalie menganggukkan kepala untuk jawaban dari pertanyaan Niko. Sergey memang membebaskan dirinya setelah kemarin Nathalie membujuk baik-baik.
Sergey cukup menerima keputusan terakhir Nathalie, bahwasanya Nathalie memang tidak bisa menikah lagi, entah itu dengan Gama, Sergey, atau lelaki lainnya.
Nathalie duduk di sofa yang di mana Niko tengah mendapatkan perawatan khusus dari tim medis pribadinya. Ujung kabel infus menancap di lengan kirinya.
"Papa sehat-sehat, ya. Ada atau tidak Mama Aster, Papa harus sehat untuk Rhagatha. Kita jalani saja kehidupan sebelumnya."
"Benar." Niko usap kepala Nathalie dengan tangan kanannya. "Papa beruntung punya kamu, Nathalie."
Nathalie tersenyum teduh, walau bukan ayah kandung, nyatanya Niko selalu menjadi pelipur layaknya orang tua kandung.
Yah, Rhagatha sudah sampai di kediaman keluarga Dewantara. Di sini Nathalie akan memulai hidupnya kembali.
"Hidup Papa, anggap saja sedang didedikasikan untuk Rhagatha. Jadi selama Rhagatha butuh Papa, Papa harus sehat."
"Tentu saja," ucap Niko. Mereka akan mulai kembali hidup rumitnya. Menata ulang rancu yang kemarin menyelimuti keluarganya.
"Nyonya Letta susah tertangkap." Bian datang memberi kabar baik. Dan itu membuat Niko segara berdiri lantas melangkah cepat.
"Aku harus bertemu Letta." Niko butuh kesaksian Letta untuk pengakuan yang mungkin akan menjadi petunjuk di mana Letta mengusir Aster dan bayangannya.
...----°°••°°----...
Satu tahun usai prahara besar dalam hidup Nathalie, Rhagatha sudah pandai berjalan walau masih sering terjatuh.
Gama telah pulang dengan kepemimpinan yang sempat dilepas. Bagaimana pun, hanya Gama; putra Niko dan sudah terpilih sebagai presiden direktur DT-Company..
Duduk di kursi CEO, ayah satu anak itu tak memiliki status suami. Pasalnya, Nathalie memilih berhenti, Alexa pun demikian.
Anehnya, Nathalie dan Alexandra masih berhubungan dengan baik. Sementara pada Gama, Nathalie seolah menghindar.
"Rhaga!!"
Tak peduli tengah menjadi pembicara di pertemuan direksi, Niko meraih cucu tampan yang terjatuh di bawah kursi putar miliknya.
Semua orang menertawai Rhagatha, sudah dari satu jam lalu Rhagatha ikut duduk dan memecah perhatian orang-orang.
"Ulu-ulu..." Bian menggendong anak itu, lalu estafet kepada Nathalie. "Tuan muda."
Nathalie ajak Rhagatha keluar dari ruangan pertemuan. "Biarkan Opa fokus sama pekerjaannya, Sayang."
Nathalie cantik dengan span putih gading, blouse merah lembut dibalut blazer yang juga putih gading. Pakaian tampak menyala serasi dengan heels hitamnya.
Semenjak memutuskan untuk sendiri dalam sisa-sisa hidupnya, Nathalie bekerja di luar kantor DT-Company, membuka jasa catering untuk bekal sekolah anak-anak.
Namun, untuk sesekali Nathalie datang ke perusahaan ini, selain untuk saham yang dimilikinya Rhagatha juga masih memiliki sangkut paut dengan DT-Company.
"Dadh--" Nathalie tak bisa mengendalikan Rhagatha saat anak itu merosot dari tubuhnya demi berlari mengejar sang ayah.
Sejauh ini, Rhagatha mendapatkan hak sebagai seorang putra Dewantara. Menjadi cucu Niko dan pewaris Adhigama.
"Hey--" Adhigama tertawa saat Rhagatha melompat ke pelukannya. "Anak Daddy."
Walau belum begitu lancar bicara, Rhagatha memiliki ekspresi yang menyiratkan bahwa anak itu pandai berkomunikasi. "Dadh--."
Nathalie diam di tempat, berdiri dengan bingung harus apa. Di kantor ini, Adhigama salah satu orang yang dihindarinya, tapi, hari ini presiden direktur tampan itu menampak di mata kepalanya.
"Nathalie--" Gama menyebut ketika sadar perputaran tubuh Nathalie. Tadinya Nathalie ingin pergi saja, tapi, Gama memanggilnya.
Selama satu tahun terakhir ia berusaha membujuk Nathalie, dan wanita itu masih kekeuh sendiri. Padahal, dia sempat mendengar; Sergey pun diputuskan.
"Iya."
Nathalie mendadak urung untuk pergi, sejatinya karena Nathalie tak ingin terlalu menunjukkan kesan menghindar walau faktanya dia memang menghindar.
"Kalian di sini?"
"Papa minta ketemu sama--" Nathalie menunjuk Rhagatha dengan arah matanya.
"Mmh, jadi karena ini." Gama mencium gemas putra yang tergelak. "Mau makan siang?"
Rhagatha manggut-manggut. "Okay, kita makan siang sama-sama."
"Enjoy Sayang--"
"Hey, baby handsome?"
Perempuan itu mencubit lembut pipi Rhagatha. Entah apa yang membuat Gama betah bekerja dengan Dira, tapi wanita itu diberikan pekerjaan lagi akhir-akhir ini.
Mungkin karena sebelumnya, Dira mengeluh dipecat dari ikatan dokter Indonesia. Gama terlalu berpikir berhutang budi makanya masih mau merangkul sahabat Rahardian.
"Biar Rhagatha sama aku saja." Nathalie segera ambil putranya dari gendongan Gama.
Kalau kemarin-kemarin Nathalie memperbolehkan Rhagatha diajak jalan Gama dan Alexandra, entah kenapa ia tidak bisa membiarkan Dira berada di sisi putranya.
Gama kecewa, dia meraih lengan Nathalie untuk ditariknya. "Kau sudah setuju, Rhagatha makan siang bersama ku tadi, kan?"
"Tadi, bukan berarti sekarang."
Gama terkekeh samar. "Kita sepakat tidak akan ribut masalah hak asuh anak, Nathalie. Jadi biarkan Rhaga bersama ku siang ini."
"Aku setuju," angguk Nathalie, "tapi kali ini biarkan Rhagatha bersama ku."
"Nathalie!" Gama masih tak mau melepaskan tarikan tangannya. Menatapnya bersama raut memohon dengan sangat. Di mana itu membuat Nathalie akhirnya mengalah.
"Kau boleh makan siang tapi dalam pengawasan ku."
Gama tersenyum tipis-tipis. "Kalau kau ikut makan siang juga, itu akan lebih baik."
Nathalie rasa tidak perlu, karena setiap kali dia berdekatan dengan Gama, setiap kali itu juga Gama hadir di mimpi-mimpi malamnya.
"Hay, Nathalie, Rhagatha, Gama." Perempuan lain hadir kembali. Alexandra tersenyum manis saat menyapa dan memeluk Nathalie.
"Hay--" Nathalie mengurai pelukan lantas menatap Alexa dari atas ke bawah. "Kamu masih di Indonesia?"
"Masih," angguk Alexandra, "aku masih betah dengan polusi di sini."
Oh, syukurlah kalau begitu, karena dia baru saja bingung antara ikut makan siang atau hanya mengawasi Rhagatha dari kejauhan.
"Baiklah, aku titip Rhagatha, hari ini dia akan makan siang dengan Daddy-nya."
"Kamu tidak ikut?" Gama menyela, barusan dia bersyukur karena Nathalie bilang akan mengawasi kegiatan Rhagatha sendiri.
"Aku percayakan sama Alexandra."
"Baiklah, kita melaju, baby kecil!"
Alexandra berlari dengan menggendong Rhagatha. Agaknya Rhagatha betah saat bersama seseorang yang dikenalnya.
"Enjoy, Sayang, bye--"
Nathalie menghela napas, mendengus, tersenyum kecil lalu berbalik arah; di mana Gama masih menghalangi jalannya bahkan dengan tatapan yang begitu lekatnya.
Sialnya adalah, Gama terus mengincarnya, saat ingin ambil jalan ke kanan, Gama ikut ke kanan, saat ingin ambil jalan di kiri, Gama ikut ke kiri demi menghalangi wanita itu.
"Aku mau lewat, Gama."
"Kau sangat cantik hari ini."
Nathalie stuck di tempat tak bisa bicara ketika pinggang rampingnya diremas sebelah tangan Gama. Bisikan Gama sebelum pergi mampu membuat Nathalie tercengang.
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks