Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ROCK ISLAND 1 REGIONAL JATENG
Kamis pagi di basecamp Dolfin Band terasa sibuk dan riuh. Semua personil serta crew sibuk mempersiapkan perlengkapan mereka untuk perjalanan menuju Semarang. Setelah berhasil menjadi juara pertama di regional Cilacap, kini mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar di regional Jawa Tengah. Persaingan kali ini tidak main-main; setiap provinsi hanya akan mengambil dua band terbaik untuk lanjut ke grand final di Jakarta.
Ayya sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas ketika Ferdy mendekat. "Udah siap, Ya?" tanya Ferdy sambil tersenyum.
Ayya mengangguk. "Siap, tapi agak deg-degan juga sih. Kali ini lawannya pasti lebih berat."
Ferdy tertawa kecil. "Ya pasti. Tapi kita juga udah latihan habis-habisan. Yang penting nikmatin aja."
Sementara itu, Tiara dan Puji sedang memeriksa instrumen mereka, memastikan semuanya dalam kondisi baik. Iqbal sibuk mengatur drum set-nya ke dalam mobil, dibantu oleh Damas dan beberapa crew.
“Jangan lupa pedal, Bal. Kalo sampe ketinggalan, tamat kita,” kata Damas sambil tertawa.
Iqbal melirik Damas dengan senyum masam. "Santai aja, Mas. Udah gue cek semuanya. Drum itu kayak pacar gue, nggak mungkin gue lupain."
Semua tertawa mendengar komentar Iqbal. Setelah semuanya siap, mereka mulai berpamitan kepada keluarga masing-masing. Orang tua Ferdy terlihat sedikit khawatir.
"Jaga kesehatan di sana, jangan lupa makan teratur. Jangan gara-gara manggung jadi lupa istirahat," pesan ibu Ferdy.
"Iya, Bu. Tenang aja, Ferdy bakal baik-baik aja," jawab Ferdy sambil tersenyum, lalu memeluk ibunya.
Setelah semua siap, mereka berangkat pukul 7 malam. Ferdy mengemudi mobil yang membawa personil, sementara Iqbal mengemudi mobil lain yang membawa crew dan peralatan. Di mobil Ferdy, Puji duduk di depan, sementara Ayya dan Tiara duduk di bangku tengah.
Mobil kedua yang dikendarai Iqbal tampak penuh dengan peralatan musik. Zhen dan Victor, crew mereka, duduk di bangku tengah, sementara Damas duduk di depan menemani Iqbal.
---
Di sepanjang perjalanan, suasana penuh dengan candaan dan tawa. Mereka semua berusaha meredakan ketegangan menjelang kompetisi. Saat memasuki kota Magelang, perut mereka mulai keroncongan.
“Gue laper, bro,” keluh Damas. “Mending kita cari tempat buat makan dulu sebelum lanjut.”
Mereka akhirnya berhenti di sebuah rest area untuk makan malam. Di meja makan, canda tawa semakin ramai.
Tiara, yang duduk di samping Puji, tiba-tiba bertanya, “Puji, menurut lo, penampilan kita nanti gimana? Kita udah cukup siap belum?”
Puji mengangkat bahu. “Sejauh ini gue rasa kita udah maksimal latihan. Tinggal nanti, gimana kita bawa energi di atas panggung.”
"Betul tuh," timpal Ferdy. "Yang penting, kita nikmati setiap detik di atas panggung."
Selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Puji yang menggantikan Ferdy mengemudi, sementara Ferdy dan Ayya duduk di bangku tengah. Tak lama kemudian, Ayya tertidur bersandar di bahu Ferdy. Di depan, Tiara juga sudah tertidur, membuat Puji tersenyum.
“Nyenyak bener tidurnya, Tiara,” gumam Puji pelan sambil melirik ke arahnya.
Ferdy, yang melihat itu, langsung meledek, “Wih, Puji, ngelirik aja nih. Jujur aja, lo suka kan sama Tiara?”
Puji tersenyum tipis dan menjawab, “Santai aja, Fer. Gue cuma temenan doang kok.”
Namun, senyum misterius di wajah Puji membuat Ferdy tertawa kecil. "Iya, iya. Temenan. Kayak gue sama Ayya juga temenan kan?" goda Ferdy.
Puji menoleh dan mengedipkan mata, “Nah, lo juga. Hayoo, sama Ayya udah sejauh mana?” Mereka tertawa kecil, meski Ferdy hanya tersenyum tanpa menjawab lebih lanjut.
---
Sekitar pukul 4 subuh, mereka akhirnya tiba di Semarang. Hotel yang sudah mereka pesan terletak tak jauh dari venue, membuat perjalanan nanti lebih efisien. Setelah check-in, mereka segera beristirahat, kelelahan setelah perjalanan panjang.
Siang harinya, mereka berkumpul di lobi hotel. Semua terlihat lebih segar setelah tidur yang cukup.
“Gimana tidur kalian? Udah siap mental belum buat besok?” tanya Ferdy sambil menyeduh kopi.
“Gue malah nggak sabar buat tampil,” jawab Iqbal sambil tersenyum lebar. “Ini kesempatan gede banget buat kita.”
Tiara, yang duduk di sampingnya, menambahkan, “Ya, tapi kita juga harus realistis. Banyak band keren di Jawa Tengah. Nggak gampang buat lolos.”
“Betul. Tapi yang penting kita kasih yang terbaik,” sahut Damas.
Malam itu, mereka memutuskan untuk jalan-jalan di kota Semarang, mencoba melepas ketegangan. Dari mulai menikmati kuliner lokal, hingga berfoto-foto di tempat-tempat ikonik kota itu, mereka semua berusaha menikmati malam sebelum pertarungan besar esok hari.
---
Pagi hari berikutnya, mereka sudah bersiap sejak pukul 5 subuh. Mereka sarapan ringan dan mengecek semua peralatan. Pukul 8 pagi, mereka tiba di venue festival, yang sudah dipadati oleh band-band rock terbaik dari berbagai kota di Jawa Tengah.
MC membuka acara dengan penuh semangat, memperkenalkan band-band yang akan tampil hari itu. "Selamat pagi, Semarang! Inilah Rock Island Festival regional Jawa Tengah! Siapkan diri kalian untuk menyaksikan penampilan-penampilan rock terbaik dari seluruh provinsi ini!"
Suasana di venue semakin meriah. Para penonton bersorak-sorai, sementara para peserta mulai bersiap di belakang panggung. Band-band pertama mulai tampil satu per satu, masing-masing dengan gaya dan karakteristik unik mereka.
Ketika tiba giliran Dolfin Band, jantung mereka berdegup kencang.
“Waktunya tunjukkan siapa kita,” kata Ferdy sambil mengepalkan tangan, mencoba memberikan semangat pada yang lain.
Ayya menarik napas panjang. “Let’s go.”
Mereka naik ke panggung dengan percaya diri. Saat lampu sorot mengarah kepada mereka, sorakan penonton menggema di seluruh venue. Ferdy memainkan intro keyboard, sementara Iqbal mulai memukul drum dengan intensitas tinggi. Ayya, dengan vokal yang kuat dan penuh energi, membawa penampilan mereka menjadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu di hari itu.
Puji dan Damas menunjukkan permainan gitar yang penuh teknik, sementara Tiara memukul bass dengan ketukan yang mantap, menciptakan fondasi ritmis yang solid. Setiap anggota band tampak tenggelam dalam musik mereka, seolah-olah mereka lahir untuk momen ini.
Selesai penampilan, mereka turun dari panggung dengan napas tersengal-sengal, tapi dengan senyum puas di wajah masing-masing.
“Gila, itu gila banget!” seru Tiara sambil mengusap keringat di dahinya. “Gue nggak nyangka kita bisa tampil sebaik itu.”
Ayya, yang masih menenangkan napasnya, tersenyum. “Kita emang keren, kok. Tapi ini baru penilaian pertama. Masih ada final besok.”
---
Malam harinya, mereka berkumpul di hotel, menunggu hasil pengumuman sementara yang akan disampaikan lewat layar digital di venue. Rasa tegang terasa di udara saat nama-nama band mulai disebut satu per satu.
“Urutan ketiga... **Xtreme** dari Wonosobo!” seru MC dari layar.
“Urutan kedua... **Cliquers** dari Magelang!”
“Dan urutan pertama... **The Broto** dari Semarang!”
Tiba-tiba, layar digital menampilkan daftar lengkap sepuluh besar. Di urutan kelima, terpampang nama **Dolfin Band**. Mereka berhasil masuk ke sepuluh besar, dan itu berarti mereka masih punya kesempatan untuk bersaing lagi di hari Minggu.
Ferdy tersenyum puas. “Kita masih punya kesempatan, guys. Besok adalah hari penentuan.”
Namun, di balik optimisme itu, mereka tahu bahwa persaingan di hari Minggu akan jauh lebih berat. Para band terbaik Jawa Tengah akan mengeluarkan seluruh kemampuan mereka untuk merebut dua tempat teratas.
Di kamar hotel, sambil melepas lelah, mereka berdebat kecil tentang strategi penampilan besok.
"Gue rasa kita perlu lebih eksplosif di intro," usul Puji. "Biar penonton langsung kena hook dari awal."
"Setuju, tapi jangan lupa kasih ruang buat Ayya biar vokalnya lebih menonjol," timpal Damas.
Ayya, yang mendengarkan sambil tersenyum, menambahkan, "Gue bakal kasih yang terbaik. Kalian siapkan musiknya, gue bakal nyanyi kayak nggak ada hari esok."
---
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.