Karina mengusap airmatanya yang sejak tadi dia tahan tangisan Karina pecah saat mendengar Dipta suami yang dia cintai tidak menginginkan keturunannya lahir dari rahim Karina.
Selama ini Karina dibohongi dengan kata manis Dipta yang menyuruh Karina menunda kehamilannya karena dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Karina.
Kenyataan yang Karina lihat hari ini Dipta suaminya sangat bahagia dengan kehamilan istri keduanya..Hati karina benar benar hancur melihat semua ini.
Dan yang lebih menyakitkan dengan lantangnya Gina istri muda Dipta mengatakan kalau Dipta tidak menginginkan anak yang lahir dari Karina didepan tamu undangan yang hadir.
Akankah Karina sanggup melanjutkan pernikahan yang sudah ternoda ini?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 Tetap Tidak Terima
Ruangan menjadi hening tidak ada satupun yang bersuara, pertengkaran Dipta dan Gina tadi membuka semua tingkah laku Gina selama hamil yang selama ini ditutupi Dipta, karena Gina berjanji padanya untuk berhenti melakukan perbuatan yang membahayakan kandungannya.
Gina menangis histeris segera Nyonya Prasetya memberikan cucunya pada Nyonya laras dan dia memeluk putrinya yang sedang shock melihat keadaan anaknya yang baru dia lahirkan.
Gina menangis sejadi jadinya tapi dia tetap nggak terima keadaan anaknya itu, dia tetap menyalahkan Karina. Tiba tiba putri mereka ikut menangis mendengar tangis Gina, kontak bathin anak sama ibunya sangat erat, apa yang dirasakan ibunya pasti dirasakan oleh anaknya.
Nyonya laras berusaha menenangkan cucunya yang sedang menangis tapi putri Dipta itu malah makin menangis kencang sekali, dipta segera mengambil anaknya tapi masih saja menangis akhirnya Dipta memberikan pada Gina.
“Putri kita haus sayang” Dipta memberikan putri mereka pada Gina sambil menatap tajam pada istrinya itu, Gina yang merasa enggan untuk meny**u* anaknya hanya diam tanpa mau mengambil anaknya yang diberikan Dipta padanya.
“sayang ayo putrimu haus” Tegur Nyonya Prasetya pada putrinya itu “Gina nggak mau mah” Tolak Gina yang masih menangis dalam pelukan mamanya.
Mendengar perkataan Gina membuat amarah Dipta meledak, dia tidak terima apa yang dikatakan Gina mengenai putrinya itu. melihat Dipta yang sangat marah Tuan Darmawan menegur anaknya itu.
“kasih waktu untuk Gina agar bisa menerima apa yang terjadi sekarang ini Dipta, jangan dipaksa” Tegas Tuan Darmawan pada anaknya tersebut.
“tapi putri Dipta haus pa, dari mana lagi dia bisa mendapatkan ASI kalau bukan dari ibunya sendiri” Dipta menjawab dengan suara yang keras.
Putrinya masih saja menangis tiba tiba suster datang sudah membawa s**u pengganti ASI dari luar, tadi Azka yang mendengar pertengkaran tersebut langsung mencari dokter Tari dan menceritakan apa yang terjadi, akhirnya dokter Tari menyuruh suster jaga untuk membuatkan pengganti ASI untuk putri Dipta.
Dokter Tari paham apa yang dialami oleh keluarga pasiennya itu. Putri Dipta pun diambil oleh suster dan langsung memberikan botol yang sudah ada isinya kepada anaknya. Dipta menatap tajam kearah Gina setelah itu dia langsung keluar dari ruangan tersebut untuk menghindari pertengkaran dengan Gina.
Sesampai diluar Dipta disambut Azka yang masih setia menunggu diluar ruangan perawatan Gina, Dipta menghempaskan tubuhnya ke kursi disebelah Azka, badannya terasa sangat letih saat ini. Dipta mengusap wajahnya dengan kasar dia menutup mukanya dan menunduk, bahu Dipta terguncang menahan tangis.
Azka menepuk bahu Dipta sambil menekan bahunya seolah memberikan kekuatan untuk sahabatnya tersebut menghadapi masalah yang sekarang dihadapinya.
“Ka gw hancur, Gina tidak terima dan menyalahkan Karina, padahal dia yang salah yang tidak bisa menjaga kesehatannya selagi hamil” Ujar Dipta sambil menatap pada Azka.
“kalau gw pulang ke Karina dia selalu cemburu dan marah, ada ada saja caranya agar gw selalu ada disampingnya selalu mengancam gw dengan perilaku buruknya yang suka m**u*, dan sekarang dia tidak terima” sambung Dipta lagi mencurahkan isi hatinya pada Azka.
Azka hanya menarik nafas panjang mendengar keluh kesah dari sahabatnya itu, Azka hanya bisa mendengarkan untuk saat ini. Sedangkan didalam ruangan perawatan Gina, putri mereka sudah berhenti menangis, suster pun pamit dari ruangan itu dengan meninggalkan s**u pengganti ASI beserta peralatan yang dibutuhkan.
Nyonya Prasetya masih berusaha menenangkan putrinya sedangkan Nyonya laras menatap bayi yang ada didalam pelukannya dengan tersenyum sedih. “kasian sekali nasib mu nak, mudah mudahan kamu bisa sembuh seperti yang papamu bilang tadi”. Tukas Nyonya Laras
Dipta sudah memberitahu kalau putrinya bisa sembuh dengan terapi yang akan dilaksanakan putrinya berumur 3 bulan. Nyonya Laras mempunyai harapan besar untuk kesembuhan cucunya itu, bagaimana pun keadaan cucunya dia tetaplah keturunan keluarga Darmawan.
Maureen hanya duduk diam di ruangan tersebut dia bingung mau ngapain, Gina sampai saat ini masih tidak terima, susah sekali memberikan pengertian pada Gina yang mempunyai sifat keras kepala itu.
Tuan Prasetya berjalan keluar ruangan Gina untuk menenangkan pikirannya sejenak, dia benar benar sedih mengetahui keadaan cucunya dan perilaku Gina anaknya semasa hamil yang mebahayakan keselamatan anaknya.
Sampai diluar dia melihat Dipta yang masih termenung duduk dikursi tunggu pasien bersama Asistennya Azka, dia menghampiri menantunya itu sekedar berbicara mengenai perilaku Gina, melihat kedatangan mertuanya Dipta hanya bisa menatapnya tanpa berkata apa apa.
“papa minta maaf Dipta atas kelakuan Gina yang ceroboh itu, papa tidak tahu kalau dia masih suka melakukan itu waktu hamil putri kalian” Tuan prasetya merasa malu dengan perilaku anaknya tersebut.
“Dipta juga tidak paham dengan pikiran Gina yang sangat membahayakan putri kami, cuma karena marah dia berbuat begitu” Dipta sangat menyesalkan semuanya tapi semua sudah terjadi sekarang dia hanya bisa menerima semuanya.
Pintu ruangan rawat Gina terbuka dari dalam kelihatan orangtuanya Dipta mau berpamitan untuk pulang kerumah karena hari sudah mulai sore diikuti Maureen yang juga pulang bersama orangtuanya.
Setelah berpamitan Tuan Prasetya masuk kedalam untuk berbicara dengan anaknya itu, Azka masih disini menunggu bersama Dipta. “Ka lo balik pulang aja, besok gw nggak masuk kerja tolong lo handle semuanya, kepala gw sakit banget” Ucap Dipta menyuruh Azka untuk pulang karena dia sangat Lelah dan ingin beristirahat.
“Lo mau kemana?” Tanya Azka melihat Dipta berjalan arah parkiran. “gw capek banget Ka mau istirahat bentar di mobil kalau gw masuk kedalam yang ada malah berantem” Jawab Dipta sambil terus berjalan, Azka mengikuti nya dari belakang.
“Gw beliin lo makan bentar ya, dari tadi lo belum makan ntar malah lo yang sakit” ujar Azka dan meninggalkan Dipta yang hanya melihat kepergian Azka. Dipta sudah tidak punya tenaga dia benar capek pikiran dan badan.
Sedangkan Gina didalam ruangan perawatannya sedang dinasehati oleh kedua orangtuanya. Gina hanya diam mendengar semua nasehat mamanya.
“tapi Gina nggak terima ma, ini semua gara gara sumpah Wanita kampungan itu dia sakit hati sama Gina karena mas Dipta menceraikannya” Gina masih keras kepala tidak mau mengakui kesalahannya.
“untuk kali ini tolong kamu dengar apa kata mama sama papa, jangan menyalahkan orang, karena semua perbuatan kita akan kembali mendapatkan balasannya” Tuan Prasetya sangat geram dengan Gina yang sangat egois.
“Gina harus bagaimana ma? Gina nggak mau mas Dipta balik lagi sama perempuan itu” Gina sangat takut kalau Dipta akan kembali bersama Karina.
" buang pikiran jelek kamu itu Gina, dan cobalah belajar dewasa, jangan egois kamu sudah menjadi seorang ibu" nasehat nyonya prasetya pada anaknya yang saat ini hanya diam.