Dikhianati Suami Dapat Berondong

Maura mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya masih terasa pusing akibat minum semalam.

Maura berusaha membangunkan tubuhnya, namun ia merasa ada yang janggal saat merasakan udara langsung menerpa kulit dadanya tanpa ada yang menghalangi.

Maura menunduk, matanya membulat sempurna saat melihat ia bertubuh polos tanpa sehelai benang pun.

“Arghhtttt! Apa yang terjadi? A-aku nggak mungkin tidur dengan Mas Raka lagi, kan?“ Maura gelagapan, ia akhirnya melempar tatapannya ke sekeliling.

Ia tidak mengenali kamar itu, “Dimana aku?“

Maura memandang ke arah samping, disana ada sebuah Post-it Note tertempel di kepala ranjang.

Maura mencabut kertas tempel itu dan membaca tulisan.

“Wanita cantik... terimakasih untuk semalam, mudah-mudahan kamu mengingatku meskipun semalam saat kita melakukan nya kamu mabuk. Maaf, bukannya aku kabur darimu setelah kita melakukannya, tapi aku harus pergi tanpa ingin mengganggu tidurmu yang nyenyak dengan wajah tersenyum mu.

Baby... untuk semalam, kamu luar biasa dan aku sangat puas.

TTD : Laki-laki ganteng berondong milikmu dan semoga kita bisa bertemu lagi. Nice too meet you ❤️“

Mulut Maura ternganga saat membacanya, dia pikir laki-laki yang menulis nya adalah orang gila dan mecum.

“Gila! Gila! Kamu gila Maura! Bagaimana ini?!“ Maura berteriak-teriak frustasi karena merasa sudah mengkhianati pernikahan nya.

Bahkan bayangan demi bayangan semalam terus menerobos pikiran nya, hingga ia pun mengingat betapa liarrr nya ia semalam di atas ranjang bersama seorang pemuda bermata biru.

“Enggak! Aku nggak mengkhianati Mas Raka, dia lebih dulu mengkhianati ku! Kemarin juga aku sudah memasukkan syarat-syarat perceraian ke pengadilan agama, aku tinggal menunggu persidangan.“

Maura sedikit merasa ringan, ia tak ingin memikirkan tentang Raka lagi.

.

.

Dengan wajah lelah, karena Bos perusahaan menelepon Maura. Mau tidak mau, hari itu ia menyudahi izin kerjanya. Nanti setelah menyelesaikan pekerjaan, ia akan kembali mencari keberadaan Deva.

Maura pulang ke rumah sebentar untuk berganti pakaian, tadi di hotel ia sudah membersihkan diri. Saat keluar kamar, ia baru sadar jika dirinya berada di hotel.

Saat ingin membayar kamar, ternyata laki-laki yang melakukan ONS bersamanya sudah membayarnya.

Maura sedikit mengingat wajah lelaki itu, seorang pemuda bermata biru dan tentu saja Maura tau jika pemuda itu adalah Bartender di club malam yang ia datangi semalam.

Namun, tak ada yang ingin ia lanjutkan dengan pemuda itu. Hidup Maura sudah banyak masalah dan ia tak ingin menambah masalah lagi dengan terlibat bersama pemuda yang terlihat pantas menjadi adiknya. Mungkin pemuda itu berusia sekitaran di atas 26 tahun, jika Maura memperkirakan dari wajah.

Di perusahaan, Maura langsung pergi ke ruangan meeting. Seharian bekerja tak membuat pikiran Maura fokus, hingga ia melakukan beberapa kesalahan. Untung saja Bos-nya mengerti situasi Maura saat wanita itu sedikit menjelaskan tentang masalah pribadinya.

“Kau boleh pulang, cari putrimu. Apa kau butuh bantuan?“ Bos Maura seorang pria berusia 38 tahun, seorang Duda dan memang sudah lama menaruh hati pada Maura.

Namun sang Bos yang bernama Daniel itu sadar, jika Maura adalah wanita bersuami hingga ia tidak pernah melebihi batasan.

Daniel mengangumi sosok Maura yang seorang wanita pekerja keras, Maura berdedikasi tinggi pada pekerjaan sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Setiap harus bepergian keluar kota untuk pekerjaan dan mengharuskan menginap, Maura tak pernah melewatkan mencari kabar suami dan putrinya meski berjauhan.

Rasa kagum itu masih sama, Daniel masih mengagumi sosok Maura.

Maura menggeleng, “Makasih Pak, dengan Anda memahami situasi saya saat ini... saya sudah merasa tertolong.“

“Jika kamu butuh sesuatu, telepon saya. Oke?“

Maura terdiam, “ Ini urusan pribadi saya, Pak. Kenapa Anda ingin membantu saya?“

“Maura..." Daniel bangkit dari kursi kebesaran nya, ia mendekati Maura yang berdiri di depan meja. Daniel lalu duduk di atas meja, ia bersedekap. “Berapa lama kamu bekerja untukku, setelah Papa pensiun?“

“Hampir 10 tahun, Pak.“

“Usia mu waktu itu 32 tahun dan aku 28 tahun. Saat itu... kau yang sudah banyak pengalaman sebagai asisten Papa, banyak sekali membantuku. Kau bahkan sudah bekerja di perusahaan ini sejak usia mu 27 tahun, jika dihitung... 15 tahun kau bekerja disini. Jadi, apa aku salah ingin membantumu yang sudah banyak berjasa di perusahaan?“

Maura akhirnya mengangguk mengerti, “Saya mengerti, Pak.“

“Oke! Saya akan menyewa detektif__“

“Tidak usah, Pak. Saya sudah meminta Detektif yang sama saat saya menyewanya untuk mencari bukti tentang perselingkuhan Mas Raka, tapi memang belum ada kabar lagi. Tapi saya yakin, tidak akan lama lagi saya bisa menemukan Deva.“

Daniel menghela nafas pelan, “Aku juga menyayangi Deva, kamu juga tau aku sangat akrab dengannya. Jadi biarkan aku membantu mencarinya dengan caraku sendiri.“

Maura pasrah, ia akhirnya mengangguk. Lebih banyak bantuan, itu akan lebih baik.

.

.

Esoknya, masih belum ada kabar dari Deva namun malah Raka yang pulang ke rumah setelah pulang dari liburan bersama Zara dan putra mereka ke Lombok.

“Mah, Papa pulang... Aku merindukan mu,“ Raka merentangkan tangan ingin memeluk tubuh Maura, ia yakin setelah lama tidak bertemu Maura akan merindukan nya juga.

PLAK!

Gerakan Raka yang ingin memeluk istri pertamanya terhenti, kedua tangan yang ia rentangkan terjatuh kembali ke samping tubuhnya dengan lunglai.

Mata Raka menyorot tajam ke arah Maura, seumur-umur dirinya hidup baru pertama kali ini ada orang yang berani menampar dirinya dan itu adalah istrinya sendiri.

“Beraninya kamu menampar ku?!“ Raka meradang, padahal ia sangat merindukan Maura.

“Bahkan membu-nuh mu pun, aku sanggup! Gara-gara istri tercinta mu memposting setiap kegiatan kalian di tempat liburan kalian... putriku sekarang tau tentang pernikahan kedua mu! Deva minggat dari rumah setelah tau Ayahnya yang begitu ia percayai, mengkhianati Ibunya! Aku sudah berusaha menutupi tentang keburukan mu, Mas! Tapi... kamu sendiri yang membongkar nya!“

“De-Deva... dimana dia sekarang! Dimana putriku?!"

“Aku belum berhasil menemukan nya! Sudah tiga hari dia pergi dari rumah, aku sudah mencarinya kemana-mana tapi belum ketemu,“ Maura menghempaskan tubuhnya di atas sofa, ia memijit keningnya yang nyeri.

Bruk!

Raka ikut menjatuhkan bobot tubuhnya di atas sofa, ia menyesal telah mengijinkan Zara untuk memposting foto-foto kebersamaan mereka karena Zara bilang akunnya aman dan nggak mungkin ada yang mengenali Raka.

“Sial!“ Raka menopang sikunya di atas paha, tangannya memegangi kepala.

“Ini lah yang akut takutkan saat aku memperingati gun-d1k mu itu! Tapi, dia malah tidak tau malu memposting kebersamaan nya dengan suami sah wanita lain...!“

Raka terdiam saat Maura terus bicara.

“Aku menahan diri selama ini karena nggak ingin sampai Deva kecewa melihat orang tuanya bertengkar, jadi aku berusaha menerima pernikahan keduamu. Aku bahkan tak pernah melarang mu atau mengusik Zara... saat kamu banyak menghabiskan waktu bersama keluarga barumu, asalkan Deva nggak pernah mengetahui kerenggangan hubungan kita. Aku berusaha mempertahankan pernikahan kita yang sudah hancur ini demi Deva. Tapi sekarang... karena Deva sudah tau, aku sudah memasukkan gugatan cerai.“

“Maura..." suara Raka begitu lirih, sekarang ia tersadar ternyata dirinya sudah berjarak terlalu jauh dengan Maura karena selalu mementingkan untuk bersama Zara.

“Jangan persulit perceraian kita, aku hanya meminta itu darimu untuk terakhir kalinya sebagai pasangan mu. Anggap saja perceraian ini hadiah untukku, wanita yang sudah mendampingi mu selama 20 tahun lebih.“

Suara Maura bergetar menahan tangis, meskipun rasa cinta pada suaminya sudah musnah terhapuskan oleh pengkhianatan Raka namun tidak lah mudah baginya untuk melupakan begitu saja hubungan nya dan Raka yang sudah lama terjalin.