Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebalik Kali, kak?
Dua hari berlalu.
Kondisi Rahma sudah mulai membaik, Yazid masih setia menunggu Rahma. Hingga ia mengorbankan waktunya untuk bekerja demi bisa menemani Rahma di rumah sakit. Bukan tanpa alasan Yazid berbuat demikian, ia hanya merasa khawatir. Takut terjadi kejadian seperti malam itu.
Sayup sayup suara azan sudah berkumandang di masjid dekat rumah sakit. Yazid bergegas pergi memenuhi panggilan sang pemilik alam semesta. Sebagai hamba yang taat, Yazid selalu melaksanakan sholat tepat waktu bahkan ia suah bangun sebelum azan berkumandang. Karena hal itu sudah biasa ia lakukan dari ia kecil, maklum saja abinya seorang pemilik pondok di kota B. Jadi hal yang religius sudah melekat pada diri Yazid.
Beberapa menit berlalu, Yazid sudah kembali untuk menemani Rahma. Ia menyuruh penjaga keamanan untuk sholat, karena dirinya sudah kembali, jadi mereka bisa bergantian untuk menjaga Rahma.
"Pak, sholat saja dulu... saya sudah di sini jadi insyaa Allah aman." Ucap Yazid kepada bapak paru baya, yang sedang berjaga di depan pintu ruangan Rahma di rawat.
"Baik, mas... kalau gitu saya izin setelah sholat saya mau cari sarapan dulu." Ucapnya kepada Yazid.
"Ini sarapan sudah saya belikan, kebetulan di depan masjid ada penjual bubur ayam yang sudah buka" Yazid memberikan keresek berisi bubur ayam yang dibungkus dengan kotak plastik bening yang juga berisi kerupuk dengan plastik terpisah.
"Alhamdulillah, terima kasih, mas!" Ucapnya seraya membawa tentengan itu sambil menuju masjid.
Yazid masuk ke dalam ruangan dimana Rahma di rawat, saat itu pula Yazid melihat Rahma yang baru selesai melaksanakan sholat shubuh.
"Assalamu'alaikum" Ucap Yazid lalu menutup pintu.
"Wa'alaikum salam." Jawab Rahma melihat Yazid yang baru masuk.
"Siapa yang membantu kamu ke kamar mandi?" Tanya Yazid khawatir.
Rahma memperbaiki duduknya dan berniat ingin menurunkan kakinya ke tepian ranjang pasien. Tapi ternyata ia masih begitu lemah, sehingga tubuhnya hampir jatuh.
"Rahama!" Teriak Yazid dengan sigap menangkap tubuh Rahma, sehingga keduanya membeku saat tangan Yazid menahan tubuh Rahma.
Kedua mata mereka saling bertautan, dengan tatapan yang sulit di artikan masing masing. Jantung Yazid berdetak dengan begitu cepat, aliran darah menyapa wajahnya hingga terasa kehangatan pada hatinya. Ini kali pertama bagi Yazid menatap wajah Rahma begitu dekat.
Tak ayal juga sama dengan Rahma, ia bisa melihat wajah Yazid begitu dekat. Jengot tipis serta hidung yang mancung dengan dua manik mata yang tegas begitu bisa Rahma lihat dengan begitu jelas. Keduanya saling menyelami perasaan masing masing. Sehingga saat suster masuk barulah mereka tersadar. Sehingga dengan cepat Yazid membantu Rahma untuk duduk kembali ke ranjang pasien.
"Bagiamana, mba Rahma... sudah lebih baik kan hari ini?" Tanya suster. Yang membuat Rahma dan Yazid masih berusaha menetralkan perasaan masing masing.
Yazid pergi keluar saat suster akan memeriksa Rahma.
"Kakak ke luar sebentar." Ucapnya kikuk.
"Iya" Jawab Rahma singkat.
Suster memperhatikan tingkah keduanya. "Sepertinya kalian memang cocok ya, yang satu ganteng dan mba Rahma nya juga cantik... semoga berjodoh ya!" Canda suster menggoda Rahma yang kini wajahnya memerah.
"Apa sih suster... kami itu cuma berteman aja... kak Yazid kan adik ipar kaka saya, jadi gak mungkin kan... lagian saya sudah_!" Rahma mengurungkan melanjutkan ucapannya karena bila ia mengatakan kalau dia sudah mempunyai suami, maka suster Rini yang sedang merawatnya akan berfikiran lain tentang ia dan Yazid.
"Gak apa, mba... banyak kok yang nikah sama adik ipar atau kakak ipar... kan gak maslah juga." Jawab suster Rini yang kini sudah melepas infusan pada tangan Rahma.
"Semuanya sudah membaik, tensinya juga normal, dan kemungkinan hari ini mba Rahma bisa pulang... nanti tunggu kabar dari dokter ya!" Ucapnya seraya membawa alat yang ia bawa tadi.
"Terima kasih ya, sus!" Sahut Rahma.
Suster pun pergi meninggalkan Rahma sendirian. Tak lama dari itu Yazid masuk kembali ke dalam ruangan Rahma.
"Kalau tidak ada halangan insyaallah hari ini Rahma bisa pulang, kak." Ucap Rahma saat melihatnya Yazid duduk di sofa.
"Alhamdulillah, kalau gitu." Yazid merapikan jaketnya yang ada di sofa, melipatnya dan meletakkannya di atas meja.
Rahma yang kini duduk sambil bersandar ke kepala ranjang pasien dengan wajah tertunduk dan merasa tak enak hati karena sudah membuat Yazid tertahan di RS bersamanya.
"Kak!" Panggil Rahma
"Iya" Jawa Yazid sambil lalu meletakan ponsel yang baru akan ia mainkan.
"Rahma, minta maaf... karena Rahma kakak jadi selau izin tidak ke kampus dua hari ini... Rahma gak apa apa kok, nanti bisa pulang sendiri naik taxsi atau ojek online... kak Yazid kalau mau kerja, berangkat aja... maaf ya kalau Rahma sudah merepotkan dan mengganggu waktu sibuk kakak." Ucapnya dengan penuh rasa bersalah.
"Kakak gak merasa di repotkan kok... udah kamu jangan mikirin itu, yang penting kamu sehat kakak seneng kok... bisa ada buat kamu di saat kamu membutuhkan itu lebih dari cukup... Dan ingat, kalau sudah sehat jangan makan sambel di bakso in lagi ya." Ledek Yazid yang sedang membuka roti yang tadi ia beli.
"Sambel di bakso in... terbalik kali, kak!" Sanggah Rahma.
"Ia kalau orang orang makan bakso dipakein sambel. Lah, kalau kamu kuah bakso udah kaya sambel semua baru di pakein bakso... kakak liatnya aja ngeri." Kata Yazid sambil bergidik mengingat mangkuk bakso Rahma saat itu.
Rahma tersenyum, dan saat mulutnya terbuka Yazid memasukan satu cubitan roti kedalam mulut Rahma.
Aup...
Rahma yang tadinya akan tersenyum jadi mengunyah roti yang Yazid masukkan ke dalam mulutnya.
"Kak Yazid." Ucap Rahma dengan mulut yang penuh.
"Kalau gak pake cara itu, gimana kamu mau isi perut dan minum obat, coba." Yazid menyodorkan satu bungkus pelastik ke tangan Rahma. "Makan sampai habis, biar hari ini kamu bisa pulang dan sudah sehat. Ok!" Yazid pergi mengambil gelas Rahma yang kosong, lalu ia pergi meninggalkan Rahma.
"Sebentar ya, kakak isi air dulu... biar kamu gak kehausan sehabis makan." Yazid berlalu, dan Rahma melihat punggung Yazid sudah menghilang di balik pintu.
Rahma terdiam, hatinya merasa sedih ketika ada orang lain sangat peduli kepadanya, orang yang mengharapkan cinta padanya. Tapi dengan tulus ia selalu ada di sisi Rahma saat Rahma kesulitan. Ketulusan Yazid membuat hati Rahma tersentuh, ia mengulas senyum tapi hatinya terasa sedih. Karena tidak bisa membalas ketulusan yang Yazid berikan kepadanya.
"Kak Yazid begitu baik padaku... ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya di situasi aku seperti ini. Maafkan Rahma kak, Rahma tahu mungkin bila ada orang lain seperti kakak, yang mengharapkan cinta pada wanita yang sudah bersuami. Pasti mereka akan menutut cintanya berbalas, tapi tidak dengan kakak. Kak begitu baik sama Rahma, walau Rahma sudah membuat kakak kecewa." ucapnya dengan dirinya sendiri hingga tak terasa air mata Rahma menetes.
Rahma berfikir dan bertekad kalau ia harus segera menyelesaikan masalahnya dengan Vino hari ini juga. Agar tidak ada lagi rasa sakit dalam hatinya yang begitu dalam. Ia harus bisa bangkit dan kembali melanjutkan hidupnya serta menata hatinya kembali. Mungkin semuanya tak mudah seperti yang Rahma bayangkan, tapi ia harus mencoba.
Apapun resiko yang akan ia tanggung untuk menerima omongan orang lain atau dari pihak keluarga nya, Ia akan tetap memutuskan untuk berpisah dengan Vino. Untuk urusan kelainan Vino ia berjanji pada dirinya sendiri ia tidak akan mengatakannya kepada siapa pun.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/