Queen Elyra

Malam itu, suasana di ruang makan terasa sedikit tegang meski meja dipenuhi hidangan mewah. Ethan duduk di ujung meja, memperhatikan Sierra dengan tajam. Wanita itu tampak anggun dalam gaun biru lembut, tersenyum percaya diri.

Karena Raja sedang sakit keras, jadi Ratu menempati tempat duduk Raja. Lyra duduk di sisi kanan nya. Cedric duduk di antara Lyra dan Sierra.

Sementara Ethan dan Evander duduk di sisi kiri Ratu. Hanya saja terdapat jeda sebuah kursi kosong. Karena Evander ingin duduk di depan Sierra.

Cedric bersikap tenang namun matanya menilai, dia merasa adik bungsunya itu sedang mempersiapkan sesuatu. Lyra yang akhir-akhir ini sering sakit, terlihat pucat dan gelisah.

Evander yang duduk di depan Sierra, sesekali melemparkan senyum hangat ke arahnya. Tentunya Sierra menangkapnya. Wajah tampan Evander membuat Sierra menunduk malu-malu.

Setelah hidangan utama disajikan, Ethan mulai berbicara. Suaranya ringan, tapi nada tegasnya menyiratkan maksud yang lebih dalam.

"Beberapa hari terakhir, saya menemukan sesuatu yang cukup menarik".

"Sesuatu? Sesuatu seperti apa, putra ku?", tanya Ratu, dia mengerutkan keningnya, tanda dia sangat tertarik dengan perkataan Ethan.

"Mengenai tonik yang diberikan kepada Yang Mulia Putri Elyra...", kata Ethan santai, tatapan nya langsung menusuk Sierra.

Dia melanjutkan, "tabib menemukan bahan-bahan yang aneh di dalamnya. Herbal yang menurunkan kekebalan tubuh... dan bahkan mencegah kehamilan".

Semua orang di meja terdiam. Cedric berhenti mengangkat gelasnya, matanya menyipit memandang Ethan. Lyra menatap Ethan dengan raut bingung. Sementara Evander tampak terkejut, namun dengan mudah meskipun ia dapat menyembunyikan nya.

Kerutan di dahi Ratu semakin dalam, "itu tuduhan yang serius, putra ku. Bagaimana mungkin ada bahan seperti itu? Semua tonik anggota keluarga kerajaan sudah diawasi oleh tabib istana".

Ethan menyandarkan tubuhnya, dan tersenyum dingin.

"Mungkin terdengar tidak masuk akal. Tapi bukankah kita mempunyai tabib hebat di istana ini, benar bukan, Lady Sierra?".

Ruangan kembali hening. Sierra menatap Ethan dengan ekspresi seolah tersinggung.

"Ini sangat tidak adil. Saya adalah salah satu orang yang paling peduli pada Yang Mulia Putri Elyra. Saya bahkan memastikan secara pribadi, jika beliau mendapatkan tonik terbaik. Apa yang anda tuduhkan ini sangat kejam, Yang Mulia".

"Saya tidak menyebutkan jika anda berbuat sesuatu pada tonik itu. Mengapa anda ketakutan, Lady Sierra?", Ethan menyeringai.

Sierra yang sadar akan tindakan ceroboh nya, segera menutupi mulutnya dengan sapu tangan sutra. Dia kemudian memandang Cedric dengan mata berkaca-kaca.

"Ceddy...", Sierra memanggil Cedric lembut.

Cedric mengetukkan tangan nya ke meja, suaranya datar namun tegas.

"Ethan, aku tidak suka arah pembicaraan ini. Kamu berbicara tanpa bukti dan menyerang istriku tanpa alasan".

"Cedric, dengarkan aku", Ethan menatap kakaknya dengan tajam, "apa kamu tidak melihat Putri Elyra semakin melemah setiap harinya? Apa kamu tidak pernah berpikir jika hal tersebut karena sebuah kesengajaan?".

"Cukup!", bentak Cedric.

Cedric bangkit dari kursinya, sorot matanya penuh dengan kemarahan.

"Kamu melewati batas, Ethan. Sierra tidak akan melakukan hal seperti itu".

Evander ikut berbicara, mencoba menenangkan situasi namun tetap membela Sierra.

"Ethan, aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Lady Sierra adalah orang yang paling setia pada keluarga ini. Dia gadis polos yang baik hati. Bahkan menyakiti seekor semut pun dia tidak tega, jadi tidak mungkin dia menyakiti Putri Elyra".

Sierra menundukkan kepala, pura-pura terluka oleh tuduhan Ethan.

"Yang Mulia Ratu, saya tahu Pangeran Ethan hanya mencoba melindungi Putri Elyra. Tapi saya tidak melakukan hal apapun yang dapat merugikan Putri Elyra", setitik air mata meluncur dari ekor matanya.

...****************...

Ratu, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. Suaranya lembut namun berwibawa.

"Cukup", Ratu mengakihkan padangan nya.

"Jika perkataan mu benar, berikan buktinya padaku", ucap Ratu dengan tegas.

Meskipun Ratu sangat menyayangi Lyra, dan tidak menyukai Sierra. Namun, sekarang dirinya lah yang bertanggung jawab pada istana. Jadi dia tidak bisa secara terang-terangan membela Lyra.

"Tapi, ibunda…", Ethan mencoba membalas, namun Ratu memotongnya.

"Semua harus ada buktinya, putraku. Terlebih kamu adalah Pangeran Kerajaan Eldrath. Semua perkataan yang keluar dari mulutmu harus dipertanggung jawabkan", Ratu menoleh pada Lyra.

"Kamu tahu, ibunda selalu berada di pihakmu, putriku. Tapi Ethan harus menemukan bukti yang kuat terlebih dulu", Ratu menggenggam tangan Lyra lembut.

Sementara Lyra hanya mengangguk. Dia sangat sedih mendengar perkataan Ethan. Di istana ini tidak banyak orang yang bisa dia percaya. Ratu dan Ethan memiliki posisi di hati Lyra. Dia mempercayai mereka berdua.

Melihat pemandangan di depan, Sierra diam-diam menatap Lyra marah. Dia tak suka cara Ratu menatap dirinya dan Lyra. Ada perbedaan jelas disana. Dimana Ratu selalu lebih memilih Lyra dari pada Sierra

Ethan mengepalkan tangan nya, menahan amarah. Ia tahu Sierra bermain licik. Tapi tanpa bukti kuat, ia tak bisa melawan tuduhan nya yang diputar balik.

Sierra menatap Ethan dengan senyum kecil yang penuh kemenangan, sementara Cedric dan Evander terlihat semakin percaya padanya.

Ethan berjanji pada dirinya sendiri. Dia tidak akan tinggal diam dan melihat Sierra bertindak sesuka hati. Dia akan menjaga Lyra dari wanita berbahaya seperti Sierra. Dan dari ancaman yang lain.

...****************...

Malam itu, Ethan memutuskan untuk menyelinap ke kamar Sierra. Perasaan nya masih belum lega. Dia ingin segera menyingkirkan Sierra dari istana.

Dia membayar para pelayan dan penjaga istana Sierra, agar dia dapat masuk dengan mudah. Sierra yang hanya dari kalangan bawah, tentu saja membuat para pelayan nya tidak terlalu menghormatinya. Hal tersebut sangat menguntungkan Ethan.

Saat tangan Ethan membuka laci meja, di samping ranjang Sierra. Disana terdapat dua amplop kertas.

...****************...