Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Kembali Ke Rumah Bryan
Kirana langsung naik angkot menuju rumah Bryan, dalam hatinya dia akan mendamprat Bryan karena memecatnya seenaknya saja. Dia juga akan menuntut uang gaji selama tiga hari yang belum di bayar padanya seduai perjanjian, jika tiga hati Missel tidak cocok maka dia tetap akan mendapatkan gajinya selama tiga hari itu.
Lagi pula, Kirana masih merasa penasaran kenapa Bryan begitu marah padanya ketika Missel dia peluk? Bukankah waktu itu hanya salah paham saja?
"Benar-benar orang kaya itu selalu menindas yang lemah dan miskin. Mentang-mentang mereka punya banyak uang selalu saja seenaknya sendiri. Dia pikir mencari uang itu gampang apa? Aku yang di kejar-kejar harus bayar kost selalu saja khawatir dan tidak bisa tidur. Dia malah seenaknya saja memecatku, menyebalkan sekali." gumam Kirana.
Supir angkot dan penumpang lainnya menatapnya heran, kenapa Kirana kesal dan bicara tidak jelas seperti orang gila.
"Neng, ngomong sendiri kayak orang gila." kata supir di depannya.
Yang lain masih menatap Kirana aneh, Kirana pun melihat ke arah supir angkot. Dia mendengus kesal, lalu melirik ke arah penumpang lain yang masih menatapnya aneh.
Kirana menghelan nafas panjang, membuang kekesalannya dan menetralkan hatinya yang masih marah pada Bryan.
Tak berapa lama, angkot berhenti di persimpangan jalan. Kirana membayar ongkos angkot lalu dia berjalan masuk kawasan perumahan mewah dengan jalan kaki.
Langkahnya melebar dan cepat karena rasa kesalnya ingin sekali cepat sampai di rumah Bryan. Dan memang benar, Kirana sampai di depan rumah Bryan. Dia berhenti, menatap rumah megah itu dan menarik nafas panjang.
Nyalinya berbanding terbalik dengan yang tadi sewaktu masih di kantor dan dalam angkot. Tapi dia kini kembali membara ketika dia melihat Bryan yang sedang masuk bersama dengan seorang perempuan berpenampilan seksi masuk ke dalam rumahnya.
Kirana mendekat pada pintu gerbang dan memanggil satpam Dodi.
"Pak Dodi, buka pintunya dong." kata Kirana.
"Eh, mbak Kirana kesini lagi. Ada apa ya mbak?" tanya Dodi.
"Buka pintunya dulu, saya mau marah sama majikan kamu." kata Kirana dengan wajah masam.
Dodi pun membuka pintu gerbangnya dan menyuruh Kirana masuk, meski dia juga tidak mengerti maksud dari ucapan Kirana.
Kirana masuk setelah pintu gerbang terbuka, dia langsung menuju rumah besar itu. Namun Dodi mencegahnya agar Kirana tidak mengganggu majikannya yang sedang ada tamu di dalam.
"Mbak, tunggu. Jangan langsung masuk aja. Tuan Bryan ada tamu di dalam, nanti tuan Bryan marah bagaimana?" tanya Dodi.
"Kalau marah, biar urusan saya. Pak Dodi diam saja, saya juga marah sama majikan kamu."
Kirana langsung menuju rumah itu, Dodi bingung harus bagaimana. Akhirnya dia membiarkan Kirana masuk ke dalam rumah besar itu yang memang tidak di kunci.
Dià masuk ke dalam, berhenti sejenak memperhatikan seluruh sudut rumah. Mendongak ke atas, memperhatikan kira-kira di mana kamar Bryan, atau ada di mana dia itu. Begitu pikir Kirana.
Tapi sebelumnya, dia melihat ke arah kamar bermain Missel. Tampak pintu ruang bermain itu terbuka, dan terdengar suara percakapan di sana.
Kirana semakin mendekat dan terdengar suara teriakan Missel.
"Ngga mau papi, Missel ngga mau sama tante Laudya!" teriak Missel dari dalam.
Kirana berhenti tepat di samping pintu, dan Missel keluar dengan wajah kesal. Dia menabrak Kirana sampai kepalanya membentur lengan Kirana.
Missel mendongak menatap Kirana, wajahnya berubah ceria.
"Tante Kiran!" teriak Missel.
Dia memeluk Kirana dengan erat, Kirana bingung dengan sikap Missel itu. Bryan pun keluar dari dalam ruang main Missel, dia melihat anaknya memeluk erat Kirana. Di belakang Bryan muncul perempuan yang tadi di lihat Kirana dari luar rumah Bryan.
"Kamu datang juga ternyata." kata Bryan dengan sinis.
Kirana menatap Bryan kesal, dia ingin mencubit mulut Bryan. Tapi dia tidak bisa, mungkin karena masih punya rasa segan pada Bryan.
"Tante, ayo masuk ke dalam kamar Missel. Di kamar banyak banget buku-buku cerita. Missel pengen di bacakan buku dongeng." kata Missel.
Sejenak Kirana diam, dia tersenyum pada Missel lalu menatap tajam pada Bryan. Lalu Kirana mengikuti kemana Missel mengajaknya pergi.
"Dia siapa Bryan?" tanya perempuan yang bernama Laudya itu.
"Dia guru privat Missel." jawab Bryan.
Dia lalu pergi menuju ruang kerjanya, di ikuti Laudya yang selalu menempel pada Bryan.
"Kamu mengambilnya dari mana? Kok tahu dia guru privat Missel?"
"Dia datang melamar kesini, jadi ya aku terima. Awalnya juga cuma tiga hari, aku pikir dia mau mencelakai anakku. Jadi aku usir dia." kata Bryan.
"Terus, kenapa dia bisa datang lagi kesini? Tidak tahu diri banget datang lagi kesini." ucap Laudya dengan ketus.
"Aku yang menyuruh dia datang lagi." kata Bryan.
"Kenapa kamu menyuruh dia datang lagi? Dia nanti mau mencelakai Missel lagi gimana?"
Bryan menghela nafas panjang, dia salah waktu itu. Tapi ternyata nasib berkata lain, dia bertemu lagi dengan Kirana. Yang ternyata harus dia datangkan lagi karena anaknya menginginkannya.
"Bryan, kenapa kamu menyuruh dia kesini lagi? Bukankah aku juga bisa mengajari Missel main piano, membacakan buku dongeng juga aku bisa." kata Laudya.
"Sudahlah, biarkan Missel yang tentukan siapa yang mau jadi gurunya sendiri. Yang penting anakku nyaman dengannya." kata Bryan.
"Jadi kamu pikir aku ngga bisa buat Missel nyaman begitu?" kata Laudya.
"Jangan memperpanjang masalah Laudya, sudahlah yang penting Missel ada yang menemani." kata Bryan.
Dia duduk di kursinya yang biasa untuk bekerja, Laudya mendekat dan duduk di pegangan tangan kursi, dia membelai rahang Bryan dan mengarahkannya ke wajahnya saling berhadapan.
"Benar, agar kita bisa leluasa kencan kan Bryan sayang." kata Luadya.
Tangannya mengelus pipi Bryan dengan lembut membuat Bryan memejamkan matanya. Laudya tersenyum, wajahnya mendekat. Bibirnya semakin mendekat pada bibir Bryan, semakin mendekat Laudya semakin senang.
Dengan cepat bibir Laudya meraup bibir Bryan yang seksi itu. Setiap kali Bryan bicara, Laudya selalu saja ingin mencium bibir Bryan karena sangat seksi dan menggemaskan.
Tangan Laudya beralih ke pundak Bryan dan meraba lehernya. Dia terus ******* bibir Bryan yang masih diam tidak bergerak. Kini tangan Laudya beralih ke bagian tulang belikat Bryan lalu turun ke dada yang sangat kokoh karena Bryan sangat rajin berolah raga dan fitnes.
"Bryan, bukalah mulutmu. Aku ingin mengeksplor rongga mulutmu." ucap Laudya.
Bryan pun menurut, dia membuka mulutnya dan dengan cepat mulut Laudya masuk lebih dalam. Mereka pun melakukan ciuman panas di ruang kerja Bryan.
Bryan sendiri sebenarnya tidak pernah mencintai Laudya, dia adalah teman sewaktu kuliah dan kebetulan dulu papanya Bryan dan juga papanya Luadya berteman. Sejak kuliah Laudya sudah mencintai Bryan, tapi saat itu Bryan sudah berpacaram dengan ibunya Missel.
Jadi Laudya tidak berani mendekati Bryan, apa lagi setelah lulus kuliah Bryan dan ibunya Missel menikah. Dua tahun mereka menikah belum di karunia anak, baru di tahun ketiga istri Bryan mengandung Missel dan melahirkan Missel.
Sejak usia satu tahun Missel, ibunya sakit-sakitan. Dan oleh dokter di vonis kena kanker payudara. Bryan membawa istrinya berobat keluar negeri, namun sayang takdir berkata lain. Istrinya meninggal juga.
Dan sejak meninggal itu Bryan belum pernah lagi menikah, banyak yang mendekat padanya. Seperti Laudya sekarang ini, setelah tahu istri Bryan meninggal Laudya sering datang ke rumah Bryan jika berada di kota.
Laudya bekerja di pulau Batam, dia mempunyai usaha perhotelan. Jadi, setiap satu bulan sekali dia akan datang ke kota untuk mengunjungi Bryan. Seperti sekarang ini, Luadya lebih agresif dan dia selalu saja ingin dekat dengan Bryan.
Dia ingin menjadi istri Bryan, namun Bryan sepertinya hanya bermain-main saja dengan Laudya. Tidak pernah menanggapi apa yang di inginkan Laudya, hanya sekedar berciuman panas saja dengan Laudya.
"Bryan, aku menginginkanmu." ucap Laudya lirih di telinga Bryan.
Namun setiap kali Laudya berkata seperti itu, Bryan menyudahi permainan ciuman panasnya.
"Maaf Luadya, aku belum bisa." kata Bryan.
Lalu Bryan pun melepaskan diri dari kungkungan Laudya dan pergi ke arah jendela. Tentu saja Laudya kecewa, tapi dia tidak mau menyerah begitu saja.
Dia pun mendekat pada Bryan dan memeluknya dari belakang.
"Aku selalu menunggumu Bryan." kata Luadya penuh harap.
Tapi Bryan diam saja, dia pun melepas pelukan Laudya dan melangkah pergi meninggalkan Laudya di ruang kerjanya.
"Shiiit! Menaklukan hati Bryan susah banget sih!" teriak Laudya.
Dia benar-benar putus asa dengan usahanya itu, namun kembali lagi. Dia harus sabar menghadapi sikap dingin Bryan padanya.
_
_
_
********************