NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 6: Iris dan Luka

"Popularitas itu mudah di dapatkan, bahagiamu yang sulit."

\#\#\#

UAP mengepul dari secangkir teh yang berada tepat di depan mulut Kania. Gadis itu pun kembali meniup cangkir itu sebelum akhirnya mulai meneguk tehnya perlahan. Suasana resto hotel pagi ini sudah cukup dipadatkan dengan peserta OSN lain.

"Kania cita-citanya apa?"

"Hng?" Kania mengangkat dua alisnya. Cukup heran dengan pertanyaan Evan.

"Aku kepo dikit boleh, kan?"

"Eum... aku sih mau jadi dokter." Kania menggigit bibir bawahnya. "Tapi kayaknya kakak aku nggak terlalu suka sama cita-cita itu."

Evan mengangkat satu alisnya. "Kenapa?"

Kania menghela nafasnya berat. "Di keluarga aku, pendidikan dan kecerdasan itu nomor satu. Apalagi buat perempuan. Dan semua itu diukur dari jurusan dan nilai. Masalahnya kakak aku itu anak perempuan paling tua yang lebih milih dunia olahraga daripada pendidikannya."

"Jadi kalian... dibanding-bandingin, gitu?"

Kania mengangguk. "Aku tau perasaannya, makanya aku agak ragu juga. Ikut OSN ini sendiri pun jadi keputusan berat buat aku. Nggak menang, mengecewakan sekolah. Menang pun, nyakitin kakakku."

Evan terdiam cukup lama. Keheningan pun hanya diisi oleh suara gaduh dari insan lain beserta suara seruputan teh. Pemuda bersurai hitam pekat itu pun menghela nafasnya panjang.

"Kakak kamu itu bukan orang lemah, Kania. Anak perempuan pertama itu hatinya sekuat baja, bahunya setegar karang. Cukup lakukan apa yang perlu kamu lakukan, Kania. Nggak perlu ragu."

Kania meneguk ludahnya lalu tersenyum tipis sembari menghela nafas. "Iya, makasih, Evan." ujar Kania lembut. "Kalo El, cita-citanya apa?"

Raut muka Evan kini berubah. Pemuda itu melirik Kania sejenak, lalu meneguk kopinya. "Jadi chef, koki. Sesuatu yang berhubungan dengan dapur."

Kania tersentak kecil. Jawaban Evan jauh berbeda dengan ekspetasinya. Pemuda itu bahkan tidak terlihat seperti berminat dalam bidang dapur. Apa jawaban Evan hanya gurauan semata?

Evan meletakkan cangkirnya di meja. "Yuk, diabisin dulu sarapannya."

"Euh, iya." jawab Kania lirih. Kania pun mulai melanjutkan santapannya. Namun Evan tidak sadar bahwa diam-diam, Kania memperhatikannya.

Memperhatikan sorot kosong dalam irisnya.

--- **Olimpiaders** ---

"Kak Renatta kenapa sih?"

Renatta tersentak kecil dan menjauhkan wajahnya dari Kania. Gadis bersurai hitam itu pun menghela nafasnya dan berusaha menetralkan cara pandangnya. "Sorry,"

"Ada apa?" tanya Kania.

"Eum, enggak." Renatta menggigit bibir bawahnya. Seketika koridor pun menjadi sepi, hanya suara langkah mereka menuju kamar yang terdengar. Wajar saja karena jam belajar sudah berakhir dan siswa lain sudah kembali ke kamar masing-masing.

"Tadi pagi... kamu jalan bareng Evan?" tanya Renatta hati-hati, setengah berbisik.

"Iya. Kenapa, gitu? Ada yang salah, ya?" Kania mengerutkan dahinya, merasa bersalah.

Renatta pun menghela nafasnya panjang. "Lain kali jangan." ujar gadis itu tegas. "Orang jahat itu ada dimana-mana, kamu harus hati-hati."

"Maksudnya?" Kania mengerutkan dahinya. "Evan nggak keliatan jahat kok, Kak."

"Iya, Evan emang bukan orang jahat. Tapi.. masa kamu nggak tau?" Renatta mengerutkan dahinya, tidak yakin.

"Soal..?"

"Fans-nya Evan. Dia itu anaknya famous. Ya namanya anak ketua DPR sih, mana pinter sama ganteng juga orangnya. Tapi fans-nya itu yang kelewatan barbar. Kalo kamu nggak mau kenapa-napa, ya mending jauhin aja anak ketua _"

"Ketua DP.. tunggu, apa?" Kania menoleh tak percaya.

"Iya, anak ketua DPR. Kamu nggak tahu?"

Saat itu juga, Kania terdiam. Menganga. Dan tak percaya. "Kok... Kak Renatta tau?"

Renatta pun terkekeh. "Astaga, masa kamu nggak baca berita sih? Lagian siapa yang nggak kenal, dia?" tanya Renatta balik sebelum sejurus kemudian ia mengingat sesuatu. "Ah, anaknya memang kelihatan lebih rapi kalo di internet. Wajar aja kalo kamu nggak sadar."

Kania kembali terdiam dengan mulut setengah menganga. Astaga, jadi tadi pagi ia sarapan dengan anak dari salah satu orang terpenting di negeri ini. Kania tidak percaya.

Renatta menarik segaris senyum tipis. "Intinya kalo kamu nggak mau kenapa-napa, jaga jarak sama Evan. Nggak apa-apa, tanpa kamu perlu ngomong pun, dia paham, kok."

Kania meneguk ludahnya. Lagi-lagi, tatapan yang sama.

Kania tidak tahu lagi ada berapa anak dengan tatapan penuh luka di hotel ini. Kania pun mengigit bibir bawahnya. Meski ragu, Kania tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Kakak... pernah, gitu?"

Renatta kembali tersenyum tipis.

"Iya, makanya aku pindah sekolah."

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!