Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
"Iya nanti aku tunggu kamu."
"Baiklah."
"Aku mengerti."
Ekhemmm!
Suara deheman membuat Zara seketika menoleh. Dia mendapati Aven sudah berada di depan meja kerjanya.
"Sejak kapan dia berdiri di sana. Suaranya nggak kedengaran banget," batin Zara lalu dia segera memutuskan sambungan teleponnya dengan sang kekasih.
"Ini masih jam kerja kamu sudah tidak konsentrasi. Siapa?" tanya Aven dengan nada datarnya.
"Emm...maaf pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zara berusaha menekan rasa kesal dalam dirinya.
"Ini ada berkas yang harus kamu teliti ulang. Dan jangan suka main telepon dengan pacar saat kerja," tegas Aven sebelum dia masuk kembali ke dalam ruangannya.
"Iya pak," sahut Zara lirih begitu Aven berbalik meninggalkannya.
"Hmmm..," Zara mengecek berkas yang barusan diberikan.
Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebelum nanti sang kekasih datang menjemputnya.
......................
"Zara!" panggil Widia saat melihat sahabatnya itu bersiap-siap pulang.
"Hai, Wid, kamu juga akan pulang?" tanya Zara menatap Widia.
"Iya, kamu dijemput sama Azka ya?" pertanyaan Widia membuat Zara terheran. Kenapa Widia bisa tahu.
"Jangan menatapku seperti itu. Memang kamu mau dijemput siapa kalau bukan Azka. Kekasihmu kan hanya dia, hehehe," ujar Widia disambung dengan kekehannya.
Zara ikut tertawa mendengarnya. Kenapa dia bisa menaruh curiga karena apa yang dikatakan Widia benar adanya.
"Nah itu mobil Azka, kamu samperin gih," ujar Widia dan memang tampak mobil Azka sudah menunggunya di depan lobby perusahaan.
"Aku duluan ya Wid. Kamu nggak dijemput pacar kamu juga?" tanya balik Zara.
Widia menggelengkan kepalanya keras.
"Pacarku lagi sibuk. Tetapi nanti kalau udah nggak sibuk pasti akan mencarikan," sahutnya dengan senyuman.
"Hmmmm begitu, aku duluan ya kalau begitu," pamit Zara kemudian dia berjalan menuju ke arah mobil Azka yang sudah menunggunya sedari tadi.
Mobil Azka melaju meninggalkan area perusahaan MH. Sedangkan Widia yang melihat keduanya pergi buru-buru dia mengetikkan sesuatu di handphonenya.
Malam nanti kamu akan dapatkan yang kamu mau. Selesaikan segera hubunganmu dengan Zara. Aku sudah capek berpura-pura di depannya.
Lalu Widia melangkah keluar perusahaan setelah memesan taksi online.
Sementara di lantai khusus ruangan eksekutif. Nampak seorang pria memandangi kepergian Zara yang dijemput oleh seorang lelaki. Dia belum pernah tahu pria yang dikencani oleh Zara itu lelaki yang seperti apa.
"Siapa dia?" tanya Aven kepada Dion.
Asisten Dion adalah orang yang dekat dan kepercayaan Aven. Dia selalu ada membantu Aven selama mencari informasi apapun.
"General Manager dari perusahaan **. berumur dua puluh enam tahun. Tetapi..."
"Kenapa?" Aven menatap ke arah Dion yang sepertinya mengetahui sesuatu.
"Saya pernah melihat dia berjalan dengan salah satu karyawan di perusahaan kita juga. Dan dia salah satu karyawan bagian pemasaran. Namanya Widia Larasati," lapor Dion.
Aven menghela napasnya panjang mendengar apa yang Dion laporkan kepadanya. Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan perasaan seseorang di sini. Sebenarnya Aven malas ikut campur. Tetapi ini ada hubungannya dengan Zara. Kalau sesuatu menimpa zara tentu akan membuat kedua orang tuanya bersedih. Karena bagi mereka Zara sudah seperti anak sendiri.
"Awasi terus kedekatan dia dengan Zara. Kalau memang hubungan keduanya sudah tidak sehat. Buat Zara agar mengetahui perselingkuhan kekasihnya itu," ucap Aven memberikan perintah kepada Dion.
"Baik."
Dion segera menjalankan apa yang diperintahkan kepadanya.
Aven menatap malam kota yang sudah lama dia tinggalkan.
Sudah lama sekali ternyata dia meninggalkan negara ini hanya karena kecewa dengan orang yang salah dikenalinya.
......................
"Memang kamu ingin bicara apa, Azka?" tanya Zara yang sedang menikmati masakan Padang yang dia beli dengan Azka.
Sepulang kerja Azka ternyata mengajak Zara makan malam sekalian menjemput gadis itu pulang. Azka beralasan selama ini di sibuk mengerjakan proyek barunya. Dia ingin fokus agar bisa segera menghalalkan diri Zara.
"Emm...enggak Ra, aku cuma mau bilang, aku..aku..."
Zara menunggu Azka menyelesaikan ucapannya. Gadis itu menatap sang kekasih yang tampak ragu untuk mengutarakan isi hatinya.
Zara menyentuh jemari tangan Azka. Dia merasa kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Are you oke?" nada pertanyaan Zara yang lembut seketika membuat hati Azka dilema semakin dalam.
Dia merasa sangat bersalah kepada Zara. Karena sudah terjebak terlalu dalam akan permainan Widia. Akan tetapi untuk meninggalkan Zara, gadis yang dia sukai sejak pandangan pertama. Tentu saja sangat tida mudah bagi Azka mengambil keputusan ini.
Azka mengusap wajahnya dengan kasar. Hal itu membuat Zara semakin bingung dan juga khawatir.
"Kamu sedang ada masalah kah, az?" tanya Zara sekali lagi kepada sang kekasih.
Akan tetapi Azka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia meraih jemari tangan Zara dan menciumnya dengan penuh rasa cinta. Dan juga bersalah tentunya. Azka masih berat untuk melepaskan sosok gadis seperti Zara.
"Tidak sayang, aku hanya terlalu capek dengan pekerjaan ku saja akhir-akhir ini. Ya, aku minta maaf ya sudah tidak banyak peduli padamu. Dan terkesan mengabaikanmu. Padahal aku cuma ingin memberikan yang terbaik bagimu nanti," ujar Azka dengan tatapan penuh cinta ke arah Zara.
Mendengar ucapan Azka, Zara pun tersenyum.
"Aku percaya itu. Ya sudah ayo makan, aku sudah sangat lapar," rengek Zara dan hal itu membuat Azka semakin merasa galau.
Zara kembali menikmati makanan yang ada di depannya. Dia memang merasa ada yang mencurigakan tetapi dia tidak bisa menuduh sembarangan tanpa bukti.
"Maafkan aku Zara. Aku sudah menduakan kamu dengan Widia. Seandainya saja aku bisa mendapatkan kalian berdua. Pastinya akan sangat menyenangkan. Tetapi itu tidak mungkin. Kalian pastinya memaksaku untuk memilih," batin Azka sambil memandangi sang kekasih yang tampak begitu menggemaskan.
Bagaimana aku bisa meninggalkan dia?
❤️❤️❤️
TBC