Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Keluarga Tania.
Setelah tangis dan isakannya berhenti, Tania menceritakan apa yang ia alami hari ini.
Mulai dari telepon ibunya, kasus yang dialami ayahnya sampai harus membuatnya di penjara juga rencana Ibu yang ingin menjual rumah mereka untuk menebus ayahnya di penjara.
Reyhan diam mendengarkan, tidak memotong perkataan, Tania.
Sudah tidak ada lagi air mata saat Tania bercerita, hanya tinggal rasa kesal dan marah yang ia tunjukan, juga tidak lupa merutuki ayahnya, dan mengasihani ibunya yang selama ini masih bertahan dengan laki- laki seperti ayah.
“Aku ingin sekali membantu ibu. Aku punya uang untuk menebus ayah. Tapi,” Tania menjeda perkataanya “pasti ibu akan bertanya aku dapat uang sebanyak itu dari mana.”
Terlihat guratan kecewa di wajahnya.
“Aku bingung, apa yang harus aku lakukan, untuk Ibu.”
“Nia, apa, kau ingin pulang kampung?”
Pertanyaan Reyhan disambut anggukan antusias dari Tania, wajahnya berbinar.
“Boleh, Mas? Aku boleh pulang kampung?”
Reyhan mengangguk, Tania langsung berdiri, senang dengan apa yang ia dengar.
“Tapi dengan satu syarat.” Reyhan mengajukan persyaratan untuk Tana.
“Apa, Mas?”
“Terus kabari, Mas. Jangan hilang kontak dengan, Mas.”
“Baik!” Tania menjawab exited.
“Huuuu, yey, yey, pulang kampung, pulang kampung.”
“Nia,” Reyhan menarik tangan Tania, agar gadis itu berhenti teriak dan tertawa.
“Sebenarnya ada yang ingin, Mas katakan.”
Tania mengerutkan dahinya, “apa, Mas?” Penasaran.
“Biar, Mas yang beli rumah yang dijual ibumu, kamu pulanglah urus uang itu. Bukankah kamu bilang, Ibumu ingin membuat rumah setelah menjualnya.”
“Gunakan uang itu untuk membuat rumah, dan bahagiakan dia, selama kamu disana.”
“Mas,” lagi- lagi Tania dibuat terharu oleh perkataan Reyhan, “terima kasih, Mas.” Tania memeluk Reyhan.
Sesungguhnya Tania ingin menolak, tapi Tania tau itu cuma akan sia- sia dan Tania memilih berterima kasih pada Reyhan.
“Berterima kasihlah dengan benar,” Reyhan berbisik di telinga Tania.
Benar didunia ini tidak ada yang gratis. Gerutu Tania dalam hati.
Tapi meskipun begitu, Tania benar- benar senang dengan segala perhatian dari Reyhan, segala yang diberikan untuknya dan masa depannya.
“Baiklah, aku akan berterima kasih dengan benar.”
Tania menarik tangan Reyhan dengan tatapan nakalnya, membuat pria itu tersenyum senang dan mengikuti langkah Tania, masuk ke dalam, dan menutup pintu.
Tania mendorong tubuh Reyhan, tubuhnya terjatuh di atas tempat tidur.
Mata Reyhan masih menatap lekat ke tubuh Tania, gadis itu mulai melucuti pakaiannya satu persatu membuat Reyhan menelan ludah.
Tania naik ke atas perut Reyhan, membuka kemeja yang dipakainya, Reyhan menikmati segala gerakan yang dilakukan, Tania. Membiarkan gadis itu melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Suhu yang dingin di dalam kamar tidak bisa menghilangkan keringat di antara mereka berdua. Meskipun suhu dingin, tapi tubuh mereka panas, terbakar hasrat.
Di malam yang sunyi, hanya terdengar suara sahutan panas mereka dan decitan ranjang, andai saja tidak kedap suara, mungkin tetangga kamarnya sudah menempelkan telinga ke dinding.
_____
Keesokan paginya, seperti biasa, Reyhan bangun terlebih dahulu, dan mendapati tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun di bawah selimut.
Reyhan bangun, membuat selimut yang menutupi tubuh polos Tania tersibak. Reyhan kembali menutupi tubuh, Tania melindungi tubuhnya dari suhu dingin AC, lalu reyhan mandi dan bersiap untuk ke kantor.
Tapi sebelum itu, ia selalu menyiapkan sarapan untuknya terlebih dahulu baru kemudian membuatkan untuk, Tania.
Reyhan berjalan mendekat ke arah Tania, menggoyangkan tubuhnya agar segera bangun. Selain hari ini, Tania ada jam pagi, juga ia akan mengurus sesuatu sebelum pulang kampung.
Gadis itu menggeliat, membuat selimut yang menutupi tubuhnya tersingkir menampakan tubuh polosnya.
“Nia, kau sedang menggodaku, ya.” Reyhan sudah memainkan tangannya di bawah leher Tania.
Tania langsung tersadar, dan mengambil kembali selimutnya, dan membungkus tubuhnya sampai ke leher dan bergerak menjauh dari Reyhan.
“Hehe, Tania nggak tahu. Mas belum pergi ke kantor?”
Pergilah, pergilah. Memohon dalam hati, agar pria itu tidak terpancing dan menjadikan pagi ini panjang.
Reyhan tersenyum tipis melihat tingkah Tania.
“Ini, Mas mau berangkat.” Berdiri dari tempat tidur. Tania bernafas lega.
“Tapi kau malah menggoda, Mas.” Menatap lurus ke tania.
Aaaa, kumohon, tidak! Banyak yang harus aku kerjakan hari ini.
“Ee, Mas. Tania, ‘kan harus ke kampus pagi ini, ini jam dosen killer, loh. Tania mau mandi dulu.”
Tanpa ba bi bu, Tania bangun dengan lilitan selimut di tubuhnya, berjalan ke kamar mandi melewati tubuh Reyhan yang masih menatapnya, seperti ingin memakannya.
“Aku mau mandi,” berteriak, sambil berlari. Tapi sayang, ujung selimut Tania dapat ditarik Reyhan, lepas dari tubuh Tania.
“Aaaaaaa,” Tania berteriak, dengan terus berlari ke kamar mandi tanpa menutupi tubuhnya karena penutupnya sudah di tangan Reyhan.
Reyhan tergelak dengan tingkah menggemaskan Tania, bagaimana ia tidak makin hari semakin mencintai Tania.
“Huh! Dasar Mas-Mas mesum.” Mendengar gelak dari Reyhan membuat Tania semakin kesal.
Suara shower sudah terdengar dari balik pintu, Reyhan mengetuk pintu lalu berkata,
“Tania, Mas pergi dulu. Setelah itu makanlah sarapanmu.”
“Baik, Mas. Hati- hati di jalan. Aku akan menghubungi, Mas jika akan pergi.” Tania bicara setengah teriak agar suaranya terdengar Reyhan di balik pintu.
Mendengar jawaban Tania, Reyhan langsung berlalu tanpa menjawab.
Reyhan mengambil ponselnya di atas meja dan memakai jas berwarna coklat yang senada dengan celana juga sepatu pantofel.
Reyhan keluar apart, menuju lift. Entah kebetulan atau apa, lagi- lagi Reyhan berbarengan dengan pemuda di seberang apart Tania.
Tapi kali ini pemuda itu dulu yang sudah menunggu lift. Reyhan berjalan mendekat, mendengar suara langkah kaki, pemuda itu menengok ke belakang, asal suara.
“Om,” sapa pemuda itu dengan ramah saat melihat Reyhan.
Ck, memangnya wajahku se om- om itukah. Gerutu Reyhan.
Reyhan hanya membalas mengangguk, dan memasang wajah dingin seperti biasa.
Ting.
Lift datang, Reyhan masuk terlebih dahulu dan pemuda itu baru masuk.
“Ke Lantai satu,” Reyhan menyuruh tanpa mengatakan pada siapa dia bicara.
Tapi sepertinya pemuda itu tahu, jika dia yang di maksud dan langsung memencet tombol angka 1.
Ck, sepertinya aku salah memilihkan apartemen untuk Tania.
Reyhan sengaja mencarikan apartemen yang satu lantainya hanya ada tiga kamar, agar tidak ada orang yang lalu lalang di depan kamar apart Tania.
Sejujurnya Reyhan sudah mencarikan penthouse yang satu lantai hanya ada kamar, Tania, tapi gadis itu menolak karena jauh dari kampusnya.
Merengek dan minta apart yang dekat dengan kampus.
Dan sekarang, Reyhan menyesal telah menuruti kemauan Tania.
Huh! Harusnya, aku tidak menurutinya saat dia merengek. Tapi dia sangat menggemaskan saat seperti itu, tatapan matanya dan suaranya yang di buat- buat itu. Bagaimana aku tidak luluh.
“Om, kumohon, bagaimana tubuh kecilku dan wajahku yang seperti ini harus melawan kemacetan pagi hari di kota yang penuh polusi ini. Hem, hem.” Tania memohon dengan gerakan lucu dan suara yang di buat- buat.
Reyhan tidak sanggup melihat adegan dan mendengar suara, Tania akhirnya luluh dengan mencarikan apartemen yang hanya 10 menit dari kampusnya.
Bersambung…