Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Raja Obat
Qian Mei menghela napas, dia tidak tahu apa yang sudah terjadi. Situasi ini adalah perkembangan yang tak terduga.
Dia melihat Xue Hua dari atas ke bawah, orang yang sangat muda dan mungkin sebaya dengan anaknya.
"Semuda itu sudah menjadi tetua, perempuan muda ini memiliki bakat hebat yang bisa menantang langit." Pikir Qian Mei kagum dengan pencapaiannya yang semuda itu.
Melihat Xue Hua membuat Qian Mei bertanya, apakah jika anak nakalnya itu belajar kultivasi dan menjadi praktisi sedini mungkin dia akan berdiri di depannya dan memiliki aura yang sama seperti Xue Hua.
"Tunggu, perempuan ini memiliki nama yang unik."
Qian Mei tersadar dan sekali lagi melihat Xue Hua kemudian menahan napasnya karena terperangah dengan kecantikan sosoknya.
Sampai mendapatkan nama julukan angkuh seperti 'Dewi' sudah pasti seseorang harus memiliki penampilan layaknya namanya ini, tapi Qian Mei yang melihat Xue Hua tidak menyangkalnya lagi.
*
Zhen Liang perlahan membuka matanya, dia menghabiskan waktu sekitar seratus hembusan napas.
Saat melihat ke sekitar semuanya sudah berakhir. Dirinya menghela napas sebelum berbalik menuju Xue Hua. Tiba-tiba saja seseorang memeluknya membuat Zhen Liang tersenyum tipis.
Sebelum berkultivasi dirinya bisa merasakan energi samar milik Ibunya, dia tidak mengira jika Ibunya itu rela sampai jauh-jauh dari kediaman untuk menemuinya. Meski Zhen Liang tidak setuju karena artinya tidak ada penjaga di rumah sekarang.
"Zhen Liang!" Orang itu semakin memeluknya kencang.
Zhen Liang menghela napas dengan reaksi berlebihan itu, "Ayolah, aku baik-baik saja Ibu...Eh?"
Kelopak matanya terangkat, mulutnya terjatuh dengan tak bersuara. Mata mereka bertemu dan keduanya saling memandang satu sama lain, mereka memiliki pertanyaan yang sama.
"Jika Ibu di sana, maka siapa yang saat ini sedang memelukku?!"
Zhen Liang menjerit di dalam hatinya, tanpa menjawab pertanyaan ini ia sudah tahu siapa itu. Sungguh perkembangan yang tak terduga.
Di sisi lain, Qian Mei terlihat tersenyum dengan mengacungi jempol pada anaknya, "Kamu hebat sekali, memang yang diharapkan dari darah dagingku langsung!"
"Bukan seperti itu, huh." Zhen Liang menghela napas, dia menepuk jidatnya malas menjelaskan kepada Ibunya.
Xue Hua mungkin hanya khawatir saja kepada dirinya, tidak ada maksud yang lain karena begitulah sifat perempuan di depannya.
Apalagi Xue Hua tidak mungkin membiarkan ada hubungan seperti itu berjalan diantara master dan murid.
Setelah menenangkan dirinya, Xue Hua melepaskan pelukannya. Mukanya merah padam hingga ke ujung telinga, orang-orang bisa merasakan suhu badannya naik jika menyentuh sedikit saja kulit Xue Hua.
Qian Mei yang melihatnya tersenyum menggoda, sedangkan Zhen Liang hanya bisa berpasrah mengenai Ibunya yang sudah salah paham.
"Omong-omong apa yang Ibu lakukan di sini?"
Zhen Liang bertanya setelah berganti dengan pakaian yang baru karena pakaian yang sebelumnya sudah compang-camping.
Xue Hua yang melihatnya menghela napas, seandainya dia membawa beberapa pakaian ganti sekte. Pakaian itu bisa diserahkan sementara untuk muridnya.
"Anak nakal, kau tidak berterima kasih pada Ibumu dulu? Apa kau tahu Ibu yang telah menyelamatkan kalian, bisa-bisanya kau ingin menerobos di tengah kekacauan seperti barusan."
Jika dirinya tidak melakukan itu maka tidak tahu lagi kapan pencerahan akan datang kepadanya, atau bisa jadi tingkatan kultivasi Zhen Liang akan berhenti selamanya jika tidak melakukan penerobosan.
Alhasil, dia mendapatkan satu lagi tambahan peluru liar yang sebesar gunung di dunia dantiannya. Total peluru liar sekarang di dalam dirinya menjadi empat.
"Terserahlah." Zhen Liang mendengus.
"Mulai lagi, dasar anak nakal, kau selalu membuat Ibumu khawatir. Aku tidak mengira kau akan menyerang markas musuh sebelumnya."
Qian Mei yang mendengar cerita langsung dari Zhen Lia kemudian bergegas menuju ke tempat ini secepatnya, dia bersyukur melihat Zhen Liang sekarang baik-baik saja.
Sebelum sesampainya di sana, dirinya sudah mendengar kabar bahwa Paviliun Istana Ular sudah lenyap tak bersisa.
"Jadi Kelompok Ular Putih binasa bukan tanpa alasan."
Setelah melihat Xue Hua berdiri disisinya, Qian Mei mengerti apa yang terjadi.
"Senior Qian Mei memiliki kultivasi yang hebat."
Xue Hua yang melihat Qian Mei mengangguk. Dia mengerti akhirnya kenapa Kelompok Ular Putih bisa lenyap sekarang.
Keduanya tidak memperhitungkan jika itu dilakukan oleh Zhen Liang sendirian.
"Ada apa dengan kalian berdua?" Zhen Liang bertanya memecah keheningan karena keduanya terlihat larut dalam pikirannya sendiri.
*
Di dalam hutan dekat dengan Desa Huoyun. Terdengar suara pelan langkah kaki, mereka sengaja bergerak dengan berhati-hati. Salah satu dari mereka membuat ekspresi pahit di wajahnya, berulang kali dirinya melirik kearah desa dan meminta maaf.
"Tuan, apa ini keputusan yang benar?"
"Sesuai kataku, jika kita ke sana, kita hanya akan tertangkap dengan mudah." Katanya mengingat seseorang ahli praktisi Tahap Puncak muncul di kubu lawan.
"Tetapi Tuan Shi Qian, saya tidak membayar anda untuk bersembunyi." Kata pria tersebut, melihat sosok berjubah Sekte Naga Yin.
"Pak Tua Hu Tian, jangan memperumit segalanya. Anda tahu sendiri, bagaimana kekuatan musuh bukan?"
Hu Tian mengepalkan tangannya, benar apa yang dikatakan pria itu, musuh membawa ahli praktisi Tahap Puncak sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang di depannya.
Sekali lagi, Hu Tian yang berbalik mengutarakan permintaan maaf karena semua masalah yang dialami oleh penduduk desa disebabkan olehnya.
Shi Qian yang melihatnya kemudian berdecak kesal, "Apa tujuanmu meminta bantuan dari sekte kami, bukankah kau menginginkan anak perempuanmu kembali?"
"Feng'er..." Mata Hu Tian bergetar, kemudian mengingat kembali kenangan buruk bagaimana anaknya diculik oleh orang-orang jahat itu. Untuk membebaskan anaknya, mereka meminta Hu Tian bergabung dengan kelompoknya.
"Tunggu saja, Ayah akan segera datang untuk menyelamatkanmu."
Setelahnya Hu Tian pergi meminta bantuan salah satu sekte terdekat di wilayahnya dan memberikan seluruh uangnya, tapi meski dengan semua itu dirinya cuma mendapatkan sekelompok praktisi Tahap Master.
Sebelum perjalanan, mereka berjumlah enam orang, mereka berenam terlihat sangat kuat dan menjanjikan. Namun, kekuatan Setan Gunung sama sekali tak terduga, akhirnya dari mereka berenam hanya tersisa tiga orang saja.
Hu Tian menatap Shi Qian sebelum menghela napas panjang. Tiba-tiba sebuah ledakan terjadi di dalam desa yang membuat matanya terbelalak.
Asap tebal berwarna hijau zamrud mengepul dalam jumlah banyak sebelum membumbung ke langit, beberapa saat kemudian asap tersebut menghilang membuat langkah kaki mereka berempat berhenti untuk berbalik karena penasaran.
Apa yang terjadi membuat mata mereka berempat terbelalak, tidak pernah menyangka salah satu pemimpin yang sangat mereka takuti, Mu Zong tertangkap sedang berlari kabur menyelamatkan dirinya dengan ekspresi takut.
"Apa yang telah terjadi?" Hu Tian bertanya pada diri sendiri.
Mereka berempat memutuskan kembali ke desa.
