Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.
Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 18 — Perundungan
“Kau anak baru, ikut denganku!”
Orang yang sebelumnya mengetuk pintu kamar Jian Chen tanpa basa-basi langsung menyuruh agar Jian Chen ikut ke aula penginapan.
Jian Chen mengernyitkan alis tetapi tidak bertanya lebih. Pikirnya mungkin ada sesutu yang penting jadi ia menuruti anak muda didepannya dan mengekor ke lantai dua.
Di aula sendiri sudah ada banyak murid-murid lama yang sudah berkumpul, di tengah-tengah kumpulan itu ada anak berbaris berjumlah 7 orang. Jian Chen mengenal ke tujuh orang itu karena dia berangkat ke akademi bersama mereka. Jian Chen kemudian disuruh ikut berbaris juga.
“Sudah semuanya, Bos, mereka berjumlah 8 orang sedangkan 2 nya lagi adalah perempuan yang ada dipenginapan khusus wanita.” Orang yang tadi mengetuk pintu Jian Chen melapor.
Jian Hai mengangguk, dia berjalan pelan lalu berdiri dihadapan Jian Chen dan 7 murid baru lainnya.
“Pertama-tama aku ucapkan selamat atas kalian yang telah dipilih oleh Ketua Klan masuk kesini.” Orang itu mengeluarkan kipas dari lengan bajunya. “Perkenalkan namaku Jian Hai, aku adalah pemegang kekuasaan di penginapan ini…”
Dahi Jian Chen mengerut, sepertinya dia sudah tahu alasan kenapa dirinya dibawa kesini.
“Aku adalah orang yang tidak suka berbasa-basi, jadi intinya kalian anak baru harus menurut apa yang kami perintahkan…”
Jian Hai secara terang-terangan mengatakan bahwa anak yang baru masuk akademi harus menjadi pembantu dipenginapan Klan Jian dan menuruti setiap keinginannya.
Dia juga menambahkan kompensasi agar memberikan sumber daya padanya setiap bulan.
“Kau pikir kami budakmu! Aku datang kesini untuk berlatih!” Salah satu anak yang berbaris dengan Jian Chen langsung membantah bahkan sebelum perkataan Jian Hai selesai.
“Hm? Kau keberatan. Baiklah…”
Jian Hai melirik orang yang ada disampingnya lalu memberi instruksi. Orang itu yang mungkin bawahannya mengangguk, ia mendekat pada anak tadi dan tanpa basa-basi langsung memukul perutnya dengan keras.
Anak itu terjatuh tersungkur seketika, tidak sampai disana, murid lama juga menyerang lagi dengan menendang perutnya hingga anak itu terpental mengenai tembok.
“Pukuli dia sampai tak sadarkan diri, jangan beri ampun walau dia memohon…”Jian Hai bertitah dingin tanpa harus menoleh ke belakang. Ia kemudian kembali menatap pada orang yang berbaris. “Itu adalah pelajaran untuk kalian kalau membantah perintahku, jika kalian mengetahui, orang-orang disini bawahanku.”
Ada sekitar 20 orang lebih yang berdiri mengelilingi Jian Chen dan murid baru lainnya, mereka semua menatap dengan senyuman sinis dan merendahkan.
Enam anak baru lainnya, kecuali Jian Chen, langsung mengangguk ketakutan, mereka melihat temannya dipukuli walau sudah memohon dan pengeroyokan itu berhenti sampai temannya pingsan.
“Hm? Aku baru melihat ada seseorang yang memiliki mata seindah ini…” Jian Hai awalnya tidak melirik Jian Chen tetapi tatapan mata emas Jian Chen seolah tak dapat dihiraukan. “Apakah kau sungguhan berasal dari Klan Jian?”
Dibanding menjawab, Jian Chen hanya menghela nafas panjang. Ia membalikan badan untuk kembali ke kamarnya, menurutnya ia tidak punya waktu untuk meladeni mereka.
Aksi itu membuat orang yang melihatnya melotot, mereka jelas tidak menyangka kalau Jian Chen bakal menghiraukan pertanyaan bosnya.
Saat Jian Chen menuju pintu luar langkahnya terhenti ketika ada yang menghadang didepannya.
“Kau cukup pemberani juga ternyata…” Jian Hai tertawa kecil dari belakang.
Jian Chen menghela nafas pelan karena tidak bisa lari dari sini, ia berbalik lagi menghadap Jian Hai. “Kau tidak merasa takut kalau aku akan melapor hal ini pada Ketua Klan?”
“Sudah banyak yang mengatakan seperti itu padaku tetapi kenyataannya tidak pernah terjadi. Kau tahu kenapa?” Jian Hai tersenyum penuh makna.
Jian Chen tidak menjawabnya, ia sudah tahu karena dirinya pernah di posisi seperti itu. Dikehidupan lalu Jian Chen juga dipukuli karena membantah seperti anak tadi lakukan.
Tidak ada yang mengadu pada tetua atau ketua klan perihal kasus perundungan ini karena jika berani dan ketahuan, Jian Hai dan pengikutnya tidak segan-segan akan memberikan perhitungan yang lebih kejam.
Jian Chen baru bebas perundungan saat dirinya sudah setahun di akademi, biasanya orang seperti Jian Hai lebih senang terhadap murid baru karena mudah diperas sedangkan yang sudah di bully olehnya menjadi takut dan hormat padanya.
Jian Hai menjadi lebih disegani bahkan tidak sedikit yang pernah dibullynya menjadi bawahannya dan ikut jadi penindas.
Tentu saja Jian Chen sudah mengenal Jian Hai sejak awal, walaupun dia pernah membully dirinya sebenarnya Jian Chen sudah lupa kejadian itu apalagi ketika klannya dibantai.
Jian Hai dan anak-anak klan lainnya dibunuh saat hari libur tahunan akademi tiba, mereka semua berpulang ke Klan Jian waktu itu sehingga ikut terhabisi.
Entah kenapa ketika mengingat kasus pembantaian ini, Jian Chen selalu menatap orang sesama klan nya dengan perasaan iba.
“Kau masih ragu? Jika kau berani melangkah sekali lagi, kuyakin kau akan sama seperti dia.” Jian Hai tersenyum lebar, menunjuk anak tadi yang sudah tak sadarkan diri.
“Aku tidak punya waktu berdiri disini, aku baru melakukan perjalanan yang panjang jadi jangan ganggu aku.”
Sorot mata Jian Chen berubah menjadi dingin. Awalnya ia tidak mau mengurusi masalah ini karena masih banyak yang hal yang harus ia urus.
“Bocah arogan…”
Orang yang menghadang langkah Jian Chen sebelumnya sudah melayangkan tinju dari belakang secara tiba-tiba.
Walau tidak melihat Jian Chen punya insting yang tinggi sehingga bisa menangkap kepalan tangan itu dengan mudah.
Pria yang menyerang Jian Chen terkejut, seharusnya lawannya tidak melihat ia yang mengayunkan tangan secara diam-diam.
Sebelum pria itu ingin menarik tangannya kembali, Jian Chen menekuk pergelangan tangannya ke bawah hingga membuat pria itu meringis kesakitan.
Pria itu mulai memohon agar Jian Chen melepaskannya karena cengkraman Jian Chen seolah bisa mematahkan tangannya dengan mudah. Pria itu juga sadar, kekuatannya dengan Jian Chen sangatlah jauh.
Merasa tidak bisa berdiam diri lagi, salah satu bawahan lain ikut menyerang Jian Chen namun sebelum tangannya mendekat, Jian Chen sudah memberikan tendangan cukup keras hingga membuat ia terpental dan langsung pingsan.
Semua orang di aula terkejut melihatnya kecuali Jian Hai, pemuda itu justru merasa antusias dan tersenyum lebar.
“Aku suka anak baru yang pemberontak sepertimu.” Jian Hai menutup kipas kecilnya lalu melangkah pada Jian Chen. “Sayangnya kau anak baru, walaupun kuat kau tidak sepantasnya seperti itu pada seniormu.”
Jian Hai bergerak cepat memberikan serangan pada Jian Chen namun dia tidak menyangka ilmu tapaknya yang ia banggakan justru mudah ditahan oleh lawannya.
Jian Chen melepaskan cengkraman dari tangan pria tadi sebelum beralih menangani Jian Hai, kedua tapak saling beradu hingga menimbulkan gelombang kejut.
Rasa sakit yang hebat terasa di bagian pergelangan tangan, Jian Hai mundur beberapa langkah sedangkan lawannya hanya diam ditempat. Jian Hai tidak menyangka ilmu Tapak Besi yang ia banggakan justru akan kalah.
Walau sedikit meringis Jian Hai berpura-pura tidak merasakan sakit itu. Raut wajahnya berubah menjadi lebih dingin dan beringas. Jian Hai maju lagi dan kini mengalirkan tenaga dalamnya yang banyak.
Kultivasi Jian Hai adalah Alam Roh Tahap 7 sangat jauh dengan Jian Chen yang sudah mencapai Alam Jiwa Tahap 5. Jian Hai juga percaya diri karena umurnya lebih tua dibanding Jian Chen.
Kedua tapak bertemu kembali, Jian Hai kali ini terpental hingga mengenai tembok. Darah segar keluar dari sudut bibirnya.
Mata Jian Hai memerah, ia menatap tajam pada bawahannya yang hanya menonton dari tadi.
“Sampai kapan kalian melihat? Habisi dia…” Jian Hai menunjuk Jian Chen dengan penuh kebencian.
Jian Chen yang melihat semua orang di aula menyerangnya hanya mendengus, sepertinya ia harus memberi pelajaran pada murid-murid Klan Jian di akademi ini.