Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tidak mengenalmu
Laki-laki itu adalah Jhon, laki-laki yang selama ini merindukan kekasihnya yang sudah lama menghilang dari pandangannya. Jhon mengerjapkan kedua bola matanya, ia ingin memastikan bahwa perempuan yang ada di depannya itu adalah Mentari perempuan yang selalu ada dalam pikirannya. Perempuan yang selalu ia rindukan siang dan malam, perempuan yang sudah membuatnya tergila-gila dan perempuan yang sudah mengisi penuh hatinya hingga membuat para perempuan manapun tidak dapat masuk ke dalam hatinya.
Perlahan Jhon mulai melangkahkan kedua kakinya mendekati Mentari yang saat ini sedang menerima panggilan telpon dari seseorang. Tatapan matanya tidak lepas dari wajah cantik Mentari yang terlihat semakin cantik di matanya. Jhon benar-benar ingin memeluknya, ingin menciumnya dan tidak ingin melepaskannya.
Namun sayangnya, Jhon tidak bisa melakukannya karena keadaan sekitar cafe itu cukup ramai. Jhon hanya bisa mendekatinya dan menyapanya dengan nada suara terdengar berat. "Mentari, ternyata benar kamu adalah Mentari. Aku sangat merindukanmu, Mentari. Kenapa kamu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepadaku? Kenapa kamu pergi meninggalkanku? Apa kamu tahu, selama ini aku selalu merindukanmu, selama ini aku tidak bisa melupakanmu, dimana kamu bersembunyi selama ini? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu?"
Mentari terdiam sambil menatap Jhon yang berbicara tanpa jeda. Bahkan Mentari lupa jika panggilannya masih belum di matikan karena Jhon tiba-tiba saja datang menghampirinya dan berceloteh yang tidak ia mengerti sama sekali.
"Apa dia gila? Kenapa dia tiba-tiba mengoceh kepadaku? Eh tunggu, wajahnya sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana ya?" Batin Mentari sambil mundur satu langkah ke belakang membuat Jhon seketika menarik tangannya dengan kuat. "Kau mau apa? Lepaskan tanganku." Sentak Mentari yang begitu terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Jhon barusan.
"Kenapa? Apakah selama lima tahun kamu sudah tidak mengingatku lagi?" Jhon mencengkeram kuat tangan Mentari. "Mentari, kemana saja kamu selama ini? Apakah kamu tidak tahu kalau dulu aku mencarimu seperti orang gila hah! Dan sekarang kita di pertemukan kembali, tapi sikapmu malah seperti ini kepadaku." Ucap Jhon tanpa melepaskan cengkramannya.
Mentari semakin tidak mengerti, ia tidak tahu siapa laki-laki gila yang sedang mencengkram lengannya itu, apakah dia mengenalnya? Ataukah laki-laki itu memang sudah gila? Mentari terus bertanya-tanya dalam hatinya sambil berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman laki-laki tak di kenal itu.
"Maaf. Mungkin kamu salah mengenal orang, aku bukan perempuan yang kamu maksud. Dan aku tidak mengenalmu sama sekali. Jadi, tolong lepaskan tanganku, atau aku akan berteriak."
Jhon tertawa, ia tidak berniat untuk melepaskan cengkramannya, justru ia semakin kuat hingga membuat Mentari kesakitan. "Tidak, aku tidak salah orang. Kamu adalah Mentari, kamu perempuan yang dulu meninggalkanku tanpa sepatah katapun. Kamu perempuan.... " Ucapan Jhon tercekar di tenggorokkan ketika Mentari menyela ucapannya.
"Aku minta lepaskan tanganku. Namaku memang Mentari, tapi aku tidak mengenalmu, tuan. Jadi tolong lepaskan tanganku sekarang." Tegas Mentari sambil menatap tajam Jhon yang tengah menatapnya penuh kerinduan.
"Tidak akan pernah sebelum kamu menjelaskan kepadaku alasan kamu pergi meninggalkanku dulu." Jhon menarik tangan Mentari dengan kasar, rasanya ia ingin membawa perempuan itu masuk ke dalam mobilnya dan membawanya pulang ke rumahnya untuk di intorgasi.
"Lepaskan aku, kau benar-benar sudah salah orang." Mentari terus berusaha untuk melepaskan cengkramannya dari Jhon, namun sayangnya ia tidak bisa dan ia terpaksa harus berteriak minta tolong kepada semua orang yang ada di sana. "Tolong saya, ada orang jahat yang ingin menculikku." Teriaknya membuat Jhon seketika menghentikan langkah kakinya.
Semua orang lantas melihat ke arah Jhon, mereka menelisik penampilan Jhon yang begitu elegant dan juga tampangnya yang sangat tampan, sangat tidak mungkin jika dia melakukan penculikkan. Apalagi tempat itu sangat ramai, sangat tidak mungkin sekali.
"Hey! Lepaskan dia, kalau tidak, aku akan menelpon polisi." Salah satu laki-laki bertubuh gemuk seperti ikan bantal datang menghampiri Jhon. Ia berusaha untuk menarik tangan Mentari, namun sayangnya ia tidak bisa.
"Kalau lo masih sayang sama nyawa lo. Sebaiknya lo tidak perlu ikut campur. Ini adalah urusan gue sama istri gue. Paham." Ucap Jhon dengan nada terdengar dingin dan juga tatapan matanya yang begitu tajam membuat laki-laki bertubuh gemuk itu seketika mengkerut ketakutan.
Semua orang yang ada di tempat itu saling berbisik satu sama lain, mereka seperti sedang menonton drama korea saja.
"Masalah suami istri ternyata."
"Ah pantas saja aku tidak percaya kalau laki-laki se tampan itu adalah seorang penjahat. Ternyata mereka sedamg bertengkar."
"Mana ada penjahat setampan itu, ngadi-ngadi aja lo. Sudahlah kita pergi yuk. Jangan sampai kita kena semprot juga."
Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut dan juga Mentari yang terlihat sangat amat kesal.
"Ikut aku, aku ingin mendengarkan semua penjelasanmu tentang kejadian lima tahun yang lalu." Ucap Jhon kembali menarik tangan Mentari dan melangkahkan kedua kakinya menuju parkiran mobilnya.
"Dasar gila. Aku sama sekali tidak mengenalmu. Jadi lepaskan aku sekarang juga." Sentak Mentari sambi menarik tangannya agar lepas dari cengkraman Jhon yang kuat itu.
"Ya. Aku memang gila, Mentari. Kamu yang sudah membuatku gila. Jadi kamu harus tanggung jawab atas perbuatanmu itu."
"Siapa laki-laki ini sebenarnya? Kenapa dia bisa tahu namaku? Apakah dia sebagian dari masa laluku?" Mentari kembali bertanya-tanya dalam hatinya. Ia berusaha untuk mengingat laki-laki itu, namun nihil, ia sama sekali tidak mengingatnya.
Mentari berusaha untuk tenang dan memikirkan cara untuk lepas dari genggaman Jhon yang menurutnya lelaki gila karena sudah mengganggunya. "Katakanlah, apa yang kamu inginkan? Kamu butuh uang? Aku bisa memberimu uang. Tapi tolong lepaskan aku, aku harus pulang sekarang." Ucap Mentari membuat Jhon semakin kesal. Yang Jhon inginkan bukanlah uang, melainkan dirinya.
Jhon seketika menarik tangan Mentari hingga membuat Mentari terjatuh ke dalam pelukannya, ia memeluk Mentari melepaskan rasa rindu yang hampir membuatnya gila. Jhon tidak lagi memperdulikan orang-orang yang berlalu lalang dan juga Egi yang terlihat sedang memelototkan kedua bola matanya dengan sempurna.
Bersambung.