Tring
" Melalui pesan ini aku talak kamu. Mulai hari ini kita bukan lagi suami istri."
Dunia wanita 35 tahun itu seakan runtuh. Dia baru saja selesai melakukan operasi sulit pagi ini. Dan pesan yang berisi talak dari suaminya membuat wanita itu terhuyung.
" Kenapa, kenapa kamu ngelakuin ini ke aku."
Dia tentu bingung, selama 3 tahun menjalin pernikahan mereka terlihat baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun berseteru.
Jadi, apa penyebab pesan talak itu sampai terjadi?
Apakah pernikahan wanita itu akan benar-benar hancur? Atau dia akan berusaha untuk mempertahankannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSMSC Chapter 21
Sudah lewat seminggu dari kejadian hari itu, Neha tentu beraktifitas seperti biasa. Sebagai dokter dia tentu harus profesional, tidak mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Tapi Neha bersukur, melalui kesibukannya di rumah sakit, dia tidak lagi memikirkan perihal hubungan pernikahannya.
Seperti yang diucapkan oleh sang ayah, Neha membiarkan Dimitri yang menggugatnya. Dia menunggu surat dari pengadilan yang akan dikirimkan oleh Dimitri. Dan Neha juga tidak pernah menduga bahwa Dimitri sebelumnya sudah pernah membuat surat gugatan cerai. Semua itu hasil dari penyelidikan Nayaka.
" Haah, aku nggak ngira ternyata dia pernah akan menceraikan aku. Rupanya selama ini aku yang kelewat bodoh. Aku berusaha mempertahankan pernikahanku, tapi dia nggak," gumamnya lirih.
Berbeda dengan Neha yang sudah bisa atau dikatakan memaksakan diri untuk bisa beraktivitas normal, Dimitri sama sekali tidak keluar rumah. Ia tidak pergi ke perusahaan dan juga dia mengabaikan semua panggilan serta pesan yang masuk ke ponselnya. Pria itu seperti tengah merasakan stres yang luar bias.
Dia juga tidak membukakan pintu ketika Nilam datang. Nilam yang tidak mengetahui pin kunci rumah Dimitri hanya bisa menggedor-gedornya saja. Waktu itu Nilam bisa masuk ke dalam rumah karena memang pintu rumah masih terbuka sedikit, jadi dia tidak bersusah diri memikirkan cara untuk masuk.
" Mas ... Keluar! Sampai kapan kamu mau kayak gini hah!" Nilam kembali datang, ia memukul pintu lebih keras lagi agar Dimitri mau membukanya.
Dugh dugh dugh
" Sialan, kalau kayak gini terus nggak akan bisa apa-apa aku. Apalagi aku udah dipecat dari AD. Haah, kampret."
Beberapa hari yang lalu, tepatnya dua hari yang lalu, Nilam yang baru datang ke kantor langsung di panggil oleh atasan. Ia pikir hanya Tuan Bhumi saja yang memanggilnya, tapi ternyata di dalam ruangan itu ada kedua orangtuanya Tuan Bhumi yakni Tuan Abra dan Nyonya Ciara.
Tentu saja Nilam bingung mengapa sepagi itu dia sudah dipanggil. Terlebih lagi jika diingat-ingat, ia yakin bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan dia menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.
" Muli hari ini kamu tidak perlu bekerja di AD. Ino ku berikan gaji bulan ini dan sekaligus pesangon mu."
Bukan Tuan Bhumi yang memecatnya tapi langsung Tuan Abra. Nilam masih belum mengerti mengapa dua tiba-tiba mendapat pemecatan.
" Tunggu Tuan, saya ada salah apa ya?"
" Kesalahan kamu adalah karena kamu telah berbuat buruk kepada kerabat kami. Mungkin kamu pikir ini nggak ada hubungannya. Tapi tidak bagi kami. Neha bagi kami sudah seperti kerabat, kami berteman dekat, dan kamu bisa-bisanya menjadi wanita perusak rumah tangga Neha. Kami jelas nggak bisa memperkerjakan orang semacam itu. Jadi pergi lah, cari perusahaan yang mau mempekerjakan mu."
Degh!
Nilam sangat terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa istri dari Dimitri itu berkenalan baik keluarga pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
Melihat Nyonya Ciara yang bicara dengan sinis dan menggebu-gebu, jelas sekali bahwa saat ini wanita itu membencinya.
" Pergilah, sudah bagus kamu hanya saya pecat. Saya mungkin bisa lebih kejam lagi dengan membuat referensi buruk tentang mu ke semua perusahaan sehingga kamu tidak bisa bekerja dimanapun. Tapi itu bukan tugas saya. Silakan pergi," imbuh Nyonya Ciara. Wanita paruh baya yang masih cantik itu berwajah sangat masam dan seolah ingin meremass wajah Nilam.
Maka dari itu Nilam yang tadinya santai kini mulai panik. Dimitri terlebih tidak menjawab semua panggilan dan pesannya. Ia datang juga selalu diabaikan. Jadi sekarang Nilam bertekad bagaimanapun caranya dia harus bisa bertemu dengan pria itu.
Dugh dugh dugh
" Mas, buka! Kalau kamu nggak mau buka pintu, aku bakal bawa security buat dobrak pintu rumah kamu. Mas Dimi, buka pintunya!"
Nilam semakin keras berteriak dan menggedor pintu. Dia acuh tak acuh saat ada beberapa orang yang lewat dan memerhatikannya. Saat ini yang harus dilakukan adalah bertatap muka dengan Dimitri dan itu tidak bisa ditunda hingga esok atau esoknya lagi.
" Maas !"
Klaak
" Masuk, brisik banget."
Nilam mengerutkan alisnya ketika Dimitri keluar dan mempersilahkan dirinya masuk. Dia kaget melihat tampilan Dimitri yang tidak karuan.
Pria itu hanya mengenakan kaos oblong, celana pendek, rambut acak-acakan, jambang yang tumbuh lebat dan mata yang kuyu. Nilam semakin terkejut saat melihat isi rumah yang begitu berantakan. Bungkus makanan dan minuman berserakan, kain-kain tergeletak dimana-mana. Sungguh kacau.
" Mas, apaan sih semua ini. Kamu udah gila ya?"
" Cerewet."
Hanya satu kata itu yang meluncur dari mulut Dimitri. Nilam membuang nafasnya kasar. Rupanya Dimitri sangat hancur saat ini tapi dia tidak boleh diam saja. Jika dimitri hancur, maka bagaimana nasib dirinya dan anaknya nanti. Apalagi dia sudah tidak memiliki pekerjaan.
" Mas, gimana proses cerai kamu sama Bu dokter? Dan kapan kamu mau nilkahin aku."
" Kan aku udah bilang kalau aku nggak bakalan ceraiin Neha. Jadi mending kamu pulang aja deh sana."
Plak!
Jika beberapa hari yang lalu Nilam yang ditampar oleh Dimitri, maka sekarang gantian Nilam yang menampar Dimitri. Ia sangat kesal melihat Dimitri yang sekarang ini. Dimitri yang ia lihat saat ini sangat jauh berbeda dengan Dimitri yang ia kenal selama ini.
" Jangan jadi pria bodoh Mas, apa yang terjadi padamu seolah-olah semua ini adalah salahku. Nggak, kamu juga salah, jadi jangan merasa hidupmu hancur gara-gara aku. Lihat saja, kalau dalam waktu dua minggu ini kamu nggak juga nikahin aku, maka aku bakalan ngelakuin apa yang waktu itu aku bilang. Aku nggak mau hancur sendiri. Dan aku minta uang, aku harus priksa ke dokter kandungan. Jangan lupa, ini adalah anakmu."
Sreeet
Tap tap tap
Braaak
" Arghhhh, brengseeek!!!"
Dimitri berteriak dengan begitu keras. Dia melemparkan apa saja yang ada di depannya. Ia sama sekali tidak menduga bahwa hidupnya akan menjadi seperti ini.
Ia berjalan dengan terhuyung, meraih ponsel yang sudah beberapa hari ia tidak sentuh itu. Banyak sekali pesan dan panggilan yang masuk ke sana. Dimitri melihat satu per satu, tidak ada nama Neha di sana yang ia tulis dalam kontak menjadi 'istriku'.
Dari sekian banyak pesan dan panggilan telepon yang masuk tidak satu pun dari Neha.
" Kamu beneran mau pisah sama aku Neha?" Dimitri tergugu, sekarang dia menangis pilu menyesali apa yang sudah dilakukannya.
Dimitri menghapus air matanya. Ia lalu kembali melihat ponselnya. Ada nama sang ayah mertua disana. Dan itu lah yang pertama kali Dimitri buka dan baca.
" Segera ajukan gugatan cerai, aku tunggu dalam seminggu ini. Jika kau tak kunjung mengirimkan surat gugatannya, maka kau akan habis."
Membaca pesan itu, Dimitri hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Agaknya ia tidak akan bisa lagi terus bersama sang istri, namun Dimitri tiba-tiba tersenyum simpul.
" Aku tahu apa yang harus aku lakukan."
TBC
penasaran sama isi surat Neel ke Neha... mungkinkah Neel confess ke Neha melalui surat...?
"sakjane aku iki entok jatah rabi ora to? kok aku kro othore kon study terus..selak tuek aku mengko?? pdhl loh nikah niku syarate mung kalih.."kalih sinten"?? monggo dijawab thor..?? 😁
Nayaka bertanya pd dirinya sendiri