NovelToon NovelToon
Alea Si Gadis Tersisihkan

Alea Si Gadis Tersisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

"Kamu harus menikah dengan Seno!"

Alea tetap diam dengan wajah datarnya, ia tidak merespon ucapan pria paruh baya di depannya.

"Kenapa kamu hanya diam Alea Adeeva?"

hardiknya keras.

Alea mendongak. "Lalu aku harus apa selain diam, apa aku punya hak untuk menolak?"

***

Terlahir akibat kesalahan, membuat Alea Adeeva tersisihkan di tengah-tengah keluarga ayah kandungnya, keberadaannya seperti makhluk tak kasat mata dan hanya tampak ketika ia dibutuhkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

"Nak Alea, ini...?" Mata Eyang Elaine berkaca-kaca melihat isi dalam lemari.

Menurut Eyang sama sekali tidak ada pakaian bagus di sana, hanya pakaian usang yang sepertinya di beli dari pasar malam, bahkan warnanya sebagian telah memudar.

'Apa yang dia pakai untuk pergi ke kampus, apa yang dia pakai untuk bertemu teman-temannya jika semua pakaian miliknya seperti ini? ... Apa dia di remehkan di tempatnya menuntut ilmu?' pikiran Eyang berkelana. Alea memang bukan cucunya tapi pertemuan pertama ketika Alea menolongnya entah mengapa sangat berkesan.

Alea menghela nafas, tahu apa yang dipikirkan Eyang. Mungkin bagi orang yang memiliki uang banyak seperti Eyang dirinya terlihat sangat menyedihkan dan seluruh pakaiannya tidak layak. Namun, bagi Alea sendiri semua pakaiannya masih sangat layak, memang sebagian warnanya sudah pudar tapi sebagiannya lagi masih bagus hanya saja mungkin sudah ketinggalan mode.

"Eyang!"

Eyang Elaine tersentak. "Mmm? ... Oh, iya." Eyang menepuk jidatnya. "Kamu mau ambil baju, ya. Tadi Eyang udah bilang mau bantu pilihin baju, eh, malah bengong."

Eyang berusaha mencairkan suasana dan merubah raut wajahnya agar Alea tak merasa tersinggung.

"Tapi sepertinya nggak jadi, takut anak muda seperti kamu nggak cocok dengan selera Eyang yang kolot ini. Kamu ambil sendiri aja ya, Sayang!"

Alea tahu itu hanya alibi Eyang saja, dia yakin wanita itu tidak bisa memilih karena menurutnya semua pakaiannya jelek dantidak pantas. Tapi, Alea memaklumi, Eyang tidak bersikap buruk atau merendahkannya saja sudah membuat Alea merasa lebih baik.

Alea meraih celana jeans panjang kebiruan yang menurutnya paling bagus diantara yang lain dan sebuah kaos berwarna maroon yang pernah ia beli kembaran dengan Ivy sebulan lalu di sebuah marketplace. Karena malu, Alea izin pada Eyang untuk membawa pakaiannya ke kamar mandi dan mengenakannya di sana.

Selesai berpakaian, Alea mulai merapikan penampilan di mulai dengan menyisir rambutnya yang panjang dan basah, menuangkan bedak tabur yang memiliki wangi khas bayi ke tangan dan menepuk-nepuknya sebentar lalu menyapukannya ke seluruh wajah, terakhir lipstik murah berwarna nude ia oleskan ke atas bibir.

Eyang Elaine hanya mengamati aktivitas Alea dalam diam penuh kagum dengan kemandiriannya.

"Aku tidak pandai memakai riasan dan aku juga tidak punya. Aku harap Eyang tidak keberatan dengan penampilanku ini, kalaupun keberatan kita tidak tidak perlu pergi ke butik. Eyang bisa memilih bajunya dan aku hanya perlu memberitahu Eyang ukuran bajuku, aku tidak akan menolak!"

"Tidak! Tidak!" Eyang menggeleng cepat.

"Tidak ada yang salah dengan penampilanmu dan kamu harus mencobanya sendiri agar kamu bisa menilai apa yang harus dikurangi atau ditambah dari gaunnya."

Alea bergeming. Pernikahan ini bukan atas dasar keinginannya, ia tidak antusias untuk ikut menyiapkan, bahkan jika Eyang memutuskan segalanya sendiri tanpa meminta pendapatnya pun Jelita tidak keberatan.

Eyang meraih kedua tangan Alea dan menggenggamnya.

"Eyang paham kamu terpaksa dengan pernikahan ini, tapi keluarga Eyang tidak bermain-main dengan sebuah pernikahan, jadi Eyang harap kamu juga melakukan hal yang sama!"

Alea bergeming, berkutat dengan pikirannya yang rumit.

Dering telepon milik Eyang mengganggu obrolan mereka dan saat melihat nama pemanggil Eyang ternyata mereka berasal dari orang butik.

"Mereka sudah menunggu!" Eyang memperlihatkan layar ponsel yang menyala dengan adanya pemberitahuan telepon masuk kepada Alea.

"Yuk kita berangkat!" Eyang meraih tas mewahnya di atas ranjang lalu mengamit lengan Alea dan menariknya keluar.

Alea tidak membawa apa-apa, hanya sebuah ponsel yang ia taruh dalam kantong celana. Tidak seperti gadis lain yang setidaknya ada satu atau dua perhiasan maupun aksesoris yang melekat di tubuh jika pergi keluar, Alea yang sama sekali tidak memakainya karena memang tidak memilikinya.

"Ayo, Emir!" ajaknya.

Paman Emir berdiri dan pamit pada Arka dengan menyalami pria itu.

"Alea, patuh dan turuti kata Eyang nanti, jangan membuat masalah apalagi merepotkan mereka!" Pesan Arka yang hanya ditanggapi datar oleh Alea, bahkan untuk sekedar menatap wajah ayah biologisnya pun Alea enggan.

"Pak Arka tidak perlu khawatir, Alea aman dalam pengawasan kami!" jawab Eyang.

"Kalau begitu kami pergi dulu, pegawai butik sudah menunggu. Oh iya, sampaikan salamku kepada istrimu!"

Arka tersenyum paksa dan mengangguk. Mengantar kepergian Eyang Elaine dan Paman Emir sampai ke teras. Namun, saat Eyang dan Alea hendak menaiki mobil, Bianca dan Raya berlari tergopoh-gopoh dari dalam.

"Eyang!" seru Bianca berteriak hendak menghampiri Eyang dengan mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari menuruni tangga teras yang cukup tinggi.

"Bianca, hati-hati!... Awas terjatuh!" seru Raya yang berhenti di teras menatap Nara khawatir, apalagi Bianca menggunakan high heels meskipun tidak terlalu tinggi.

"Bianca?"

"Iya, Eyang. Aku dengar dari Mama katanya Eyang ada di sini, aku baru selesai membersihkan diri saat mama memberitahu jadi aku sedikit terlambat menyapa Eyang. Beruntung Eyang masih di sini, hampir saja aku terlambat kalau nggak cepet-cepet turun. Oh, iya Eyang dan Alea mau kemana?" cerocos Bianca panjang lebar dan diakhiri dengan pertanyaan.

Eyang memandang Alea sekilas lalu menjawab. "Ke butik, untuk fitting baju pengantin!"

'Sial, ternyata Mama nggak bohong,' batinnya yang mulai di liputi rasa iri dengki.

"Benarkah?" seru bianca bertanya dengan antusias seraya tersenyum lebar yang dibuat-buat.

Eyang mengangguk dan balas tersenyum.

"Kalau begitu boleh aku ikut, Eyang? Aku punya selera yang bagus, loh dan siapa tahu pendapatku nanti berguna. Lagian aku juga Kakak Alea, sudah seharusnya aku menemani adikku yang akan mencoba gaun pernikahan!"

Eyang menoleh meminta pendapat Alea, tetapi Bianca kembali bertanya.

"Bagaimana, Eyang, boleh? Alea, boleh 'kan?"

"Itu benar, Alea. Biar Bianca ikut menemanimu, nanti kalau ada hal yang tidak kamu sukai atau hal yang membuatmu tidak nyaman tapi segan mengatakannya pada Eyang, kamu bisa berbicara pada kakakmu. Tenang saja, kamu tahu sendiri kakakmu adalah orang yang bisa diandalkan!" timpal Raya dari belakang.

Alea mendecih sinis dalam hati.

"Sandiwara yang bagus dan kompak."

Eyang kembali menoleh ke arah Alea, kembali meminta pendapat gadis itu.

"Terserah, Eyang!" jawab Alea.

Alea tahu percuma menolak karena Bianca akan tetap memaksa, apalagi penampilan gadis itu sudah seperti orang yang bersiap pergi. Dia juga tidak ingin berdebat lebih lama, kasihan pegawai butik yang sudah menunggu.

"Ya sudah, ayo masuk ke mobil!" ajak Eyang.

Bianca dengan tidak tahu malu berlari memutar dan masuk di kursi penumpang padahal Alea yang lebih dulu membukanya. Malas berdebat, Alea beralih membuka pintu mobil bagian depan dan mendudukkan dirinya di kursi sebelah Paman Emir.

Eyang menghela nafas pasrah dan tidak mengatakan apa-apa, hingga mobil melaju menuju butik hanya suara Bianca yang terus berceloteh bertanya ini dan itu. Eyang menanggapinya seadanya tapi sepertinya Bianca tidak menyadari itu.

"Eyang memesan gaun pengantin untuk Alea pakai di hari pernikahan di butik ini?" tanya Bianca terkejut yang matanya terbelalak ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah butik terkenal yang jasanya biasa dipakai oleh artis-artis ternama tanah air.

Sebenarnya Alea tak kalah terkejut dengan Bianca tapi ia berusaha tetap tenang.

Mendengar pertanyaan Bianca, Eyang Elaine mengangguk seraya mengulum senyum lalu mengajak mereka turun.

Baru saja memasuki butik yang berdesain full kaca, seorang pria bertubuh kurus dan berpenampilan nyentrik menyapa Eyang Elaine.

"Elaine, kamu lama sekali!" keluhnya sedikit merajuk dengan bibir mengerucut. Eyang dan pria itu lalu melakukan cipika-cipiki.

"Maaf, Daf tadi aku harus menjemput calon mantuku dulu."

Pria bernama Dafa mencebik.

Menatap dua gadis asing yang datang bersama Eyang dengan dahi berkerut.

"Yang mana dia?"

Eyang menarik tangan Alea. "Kenalin, ini calon mantuku namanya Alea dan ini Bianca kakaknya Alea!" Eyang memperkenalkan keduanya.

Tidak ada paman Emir diantara mereka karena pria itu tidak mau ikut masuk ke dalam butik. Ia lebih memilih menunggu di cafe terdekat dan meminta Eyang menghubunginya jika urusannya di butik sudah selesai.

"Jadi ini calon mantumu?... Calon istri Seno dan keduanya adik kakak?"

Eyang mengangguk mengiyakan dan Dafa mengulurkan tangan mencoba berkenalan.

"Bianca Elizha Wicaksana. Karya Om bagus-bagus loh, aku kagum!" puji Bianca memperkenalkan diri seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mengamati pakaian-pakaian yang tergantung maupun yang terpasang di patung.

"Terima kasih atas pujiannya!" ucap Dafa lalu beralih mengulurkan tangan pada Alea dan Alea menyambutnya.

"Alea!"

"Nama yang bagus!" puji Dafa dan Alea hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan.

Dafa tidak berbicara lagi, sebaliknya ia mengajak Eyang Elaine dan Bianca juga Alea untuk mengikutinya menaiki tangga menuju lantai dua. Di sana gaun pengantin yang di pesan seni berada.

"Masih kuat?" tanya Dafa meledek Eyang.

"Masih, kalau nggak kuat ya gampang tinggal minta kamu menggendongku!"

Dafa tertawa. "Gimana ceritanya, badanku yang sekecil ini tidak mungkin mampu menggendong tubuhmu yang penuh dengan gizi. Kamu itu ada-ada sja, El!"

Keduanya adalah teman sekolah jadi sudah tidak heran jika keduanya sangat akrab. Mereka tiba di lantai dua, di ruang kerjanya dan di sana ada tim yang berjumlah tiga orang.

"Lun! ... Lunaa! ... Gaun pengantin pesanan keluarga Jenggala keluarkan!" teriak Dafa.

Seorang wanita muda lalu datang membawa baju yang sangat indah berwarna putih, wanita itu menghampiri Bianca yang sudah memisahkan diri dari Eyang Elaine dan Alea dengan melihat-lihat karya ekslusif Dafa di lantai dua.

"Nona, silahkan di coba gaunnya, di sana ruang gantinya!"

"Eh, Luna, bukan itu tapi yang ini!"

Tommy menggeleng lalu menunjuk Alea

"Hah?"

Wanita bernama Luna merasa sedikit bingung dan tidak yakin. Dia pikir Alea adalah pelayan Eyang Elaine, meskipun cantik tapi penampilannya yang sangat sederhana dan jauh dari kata mewah, siapapun pasti seperti dirinya yang tidak mengira jika gadis itu adalah calon menantu keluarga Ravindra.

Bianca lalu mengulum senyum. "Bukan saya, itu wanita yang berdiri di sebelah Eyang yang harus mencobanya."

Meskipun tetap ragu dan menunjukkan kebingungan di wajahnya. Luna tetap berjalan menghampiri Alea dengan canggung. "Maaf, saya tidak tahu!"

Alea mengangguk tapi tidak mengatakan apa-apa dan ekspresinya juga tetap datar membuat Luna merasa tidak enak.

Butik yang dikelola Dafa memiliki peraturan keras, siapapun pegawainya harus memperlakukan pelanggan sama, tidak membedakan apalagi hanya menilai orang dari pakaian yang dikenakan.

"Sudah aku bilang, kamu harus belajar berpakaian yang benar. Lihat, gara-gara selera model pakaianmu yang sangat buruk bukan cuma kamu yang malu, Eyang juga pasti malu dan aku juga malu."

"Sudah, sudah tidak apa-apa. Eyang tidak malu, yuk Eyang temani mencoba gaunnya!" Eyang menggamit lengan Alea bermaksud menuntut gadis itu menuju ruang ganti.

Namun, Alea bergeming dan menatap Bianca tajam. Eyang merasa tidak enak pada Dafa dan pegawainya itu, takut terjadi keributan dan menjadi tontonan, apalagi ada beberapa rombongan yang juga naik ke lantai dua untuk mencoba gaun yang mereka pesan.

"Kamu tahu aku tidak punya uang untuk membeli baju yang bagus seperti bajumu karena kamu merampas seluruh uang yang seharusnya untukku!" ujar Alea dingin.

Setelah mengatakannya, Alea berjalan menuju ruang ganti yang sudah ada Luna di sana menunggunya.

Bianca tercengang lalu tertawa paksa karena semua orang menatapnya meski tidak secara terang-terangan dan hanya melirik saja yang membuat Bianca menjadi kikuk.

"Sejak kapan aku merampas uangnya, padahal mama dan papa memberi kita uang bulanan dalam jumlah yang sama!" gerutu Bianca dengan suara yang sedikit keras.

Bianca kembali berkeliling untuk melihat-lihat, sedangkan Eyang duduk di kursi tunggu depan ruang ganti bersama Dafa, mereka terlibat obrolan ringan berbagai topik pembahasan.

"Wooww, sangat cocok untuk Anda. Mari saya akan membantu Anda keluar!" ucap Luna.

Alea tidak mengatakan apa-apa dan hanya menurut saja. Ketika keluar dari ruang ganti, Eyang Elaine terkagum-kagum dan segera beranjak menghampiri Alea.

"Sayang, kamu cantik sekali. Cucu Eyang itu pria bodoh kalau dia tidak jatuh cinta padamu setelah melihat penampilanmu ini!" seru Eyang heboh.

"Tunggu sebentar, Eyang mau ambil videonya!" Eyang segera menyalakan tombol kamera di ponselnya dan merekam Alea yang wajahnya tampak memerah karena malu.

Entah mengapa, keantusiasan Eyang membuat hatinya menghangat dan pujian-pujian yang terus dilontarkan Eyang membuatnya merasa malu.

Sedangkan Bianca mengepalkan tangannya erat. Gaun pengantin mewah dan elegan yang di kenakan Alea membuat hatinya terbakar, Bianca tahu harga gaun itu tidaklah murah bahkan harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Dalam benak Bianca berpikir Alea tidak boleh mendapatkan itu semua, dia tidak pantas.

Bianca mendekat mencoba menilai gaun yang dikenakan Alea.

"Bianca, bagaimana menurutmu? Cantik 'kan?" tanya Eyang.

Bianca memaksakan senyumnya, mengangguk tapi wajahnya tidak memperlihatkan kepuasan.

"Eyang, aku rasa gaun ini jelek dan terlalu seksi. Aku takut Alea tidak nyaman, bagaimana kalau gaun yang itu!" Bianca menunjuk gaun sederhana di patung pojok ruangan.

"Itu sepertinya bagus dan sesuai dengan kepribadian Alea yang menyukai kesederhanaan!"

Eyang dan Luna mengerutkan keningnya pada gaun yang ditunjuk Bianca, gaun itu memang bagus tapi model yang digunakan sudah lampau. Sedangkan Dafa yang mendengar gaunnya dikatakan jelek dan terlalu seksi tersenyum mencibir. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekat, menghampiri Bianca.

"Gaun itu punya orang!" ucapnya berbohong. Gaun itu adalah gaun pernikahan rancangan pertamanya, tidak ia sewakan pada siapapun karena ada kenangan tersendiri didalamnya.

"Benarkah, kalau begitu yang sana aja."

Bianca menunjuk sembarang gaun secara acak.

Dafa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana, Eyang?"

"Siapa kamu, berani sekali mengganti gaun pilihanku!" Suara tegas, dingin dan sedikit terdapat kemarahan dari nada bicaranya mengejutkan semua orang.

"Gaun yang dipakai Alea adalah pilihanku, tidak ada satu orang pun yang berhak menggantinya bahkan jika itu Eyang maupun Alea sendiri!" lanjut Seno yang memberi peringatan dengan sangat tegas tidak ingin dibantah.

Bianca tersenyum kikuk tapi ia belum menyerah dari usahanya membuat Alea menggunakan gaun yang jelek.

"Ta-tapi, Seno. Penilaian sesama wanita terkadang lebih efektif daripada penilaian pria. Sebagai kakak Alea aku hanya mencoba membantu."

"Kau terdengar sangat antusias daripada Alea sendiri, atau kau ingin menggantikan posisinya? Aku tidak keberatan membuatmu memilih gaun sendiri meskipun seleramu sangat buruk!"

Bianca tercengang dan menjadi gelagapan.

Ia menggeleng cepat menolak usulan Seno yang baginya sangat mengerikan, saking takutnya ia bahkan tidak mendengar saat Seno mengatakan bahwa seleranya dalam memilih gaun sangat buruk.

"Tidak! Tidak!... Aku tidak mau. Eyang aku pergi dulu, sepertinya aku mempunyai janji bersama teman-temanku!" pamitnya tergesa-gesa.

Tanpa menunggu jawaban Eyang, Bianca melipir begitu saja dengan langkah cepat meninggalkan area butik, mencegat taksi lalu entah pergi ke mana.

1
Giandra
ada lagi yang cari penyakit
Retno Harningsih
up
Giandra
ayo Alea perjalanan hidupmu baru dimulai tunjukkan ketegasanmu jangan biarkan orang orang terutama para pelakor menindasmu
Giandra
zea dan Bianca mencari penyakitnya sendiri
Retno Harningsih
up
Giandra
momen canggung malah kepergok ada yang masuk pasti salah paham
Giandra
semoga lancar acaranya
Giandra
kau menggali kuburanmu sendiri ana siapapun itu kalau dia customer perlakukan dengan baik sesuai prosedur
Giandra
semoga aman sampai acara pernikahan terlaksana dan seterusnya
Giandra
semoga Alea kalau sudah menikah dengan Seno pribadinya berubah lebih tegas dan cerdik tidak mudah ditindas karena sudah mendapatkan pelajaran hidup yang keras
Hrawti
Luar biasa
Adyava
Novelnya bagus sih cuman kadang nama pemerannya berubah-ubah, tolong lebih teliti lagii yaa thor/Smirk/
Reaa: okee kak terimakasih sudah mengingatkann, selanjutnya aku bakal lebih telitii lagii/Smile/
total 1 replies
Giandra
nama tokoh pemerannya berubah ubah
Reaa: maaf yaa kak klo tidak nyaman dlm membaca novelku yg inii, selanjutnya aku bakal lebih teliti lagii/Smile//Smile/ & terimakasih sudah mengingatkann/Rose//Rose/
total 1 replies
Giandra
sepandai-pandai tupai melompat suatu saat pasti akan terjatuh.siap siap kau dikebiri arka
Giandra
Alea Cinderella
Sheryl
Suka banget sama novelnyaa, seruu poll
Sheryl
Lanjut Thorr
A F I S ❀
bau² pelakor tpi seno lucuu bgt mna kepergok eyang lgi wkwk
A F I S ❀
wahh siapa tuhh
A F I S ❀
ceritanya seruu,ditunggu kelanjutannya thor!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!