Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DELAPAN BELAS
Mendengar ucapan pemilik warung, membuat bara dan Sutrisno saling berpandangan heran.
Mengapa ada aktivitas pabrik, saat weekend tiba harusnya kan semua libur kecuali satpam penjaga pabrik bergantian saja yang bekerja. Pantas saja dia selalu kebingungan dengan hasil data input dengan kenyataan di lapangan yang berbeda, terkadang Bara selalu dimarahi karena salah perhitungan ternyata ini jawabannya, pikir bara dengan senyum smirk.
"Ibu, tolong buatin kopi. Kayaknya enak cuaca dingin gini minum kopi," ucap bara kepada pemilik warung.
"Siap, mas," lalu pemilik warung menoleh kepada Trisno.
Seolah paham maksudnya, "iya lah, Bu. Seperti biasa kesukaan saya," tutur trisno.
"Siap, kalau gitu saya kebelakang dulu buat kopi"
setelah pemilik warung pergi, Trisno dan bara langsung memulai obrolan sesekali melirik pabrik berada.
Bara melihat kearah pabrik tak ada yang mencurigakan hanya sunyi sepi disana membuat ia kebingungan, padahal dia ingat betul bahwa akan sesuatu terjadi pada hari ini namun masih belum ada tanda tanda aktivitas yang dilakukan.
"Nih, mas Trisno kopinya" ucapan Bu warung menyadarkan bara dari lamunannya.
"Makasih, Bu," ujar Trisno
"Yang ini spesial buat mas bara ganteng."
"Terima kasih, Bu" ucap bara sambil menarik bibirnya keatas sedikit
"Waduh di senyumin Mas Bara meleleh hatiku." Mendengar ucapan pemilik warung bara hanya terkekeh lalu ia kembali ke mode serius.
"Bu, saya mau tanya kalau pabrik kerja malam hari kira kira jam berapa beroperasi nya," tanya bara penuh selidik.
"Oh, itu biasanya mas suka ada mobil box yang keluar masuk itu jam sepuluhan kayaknya ya biasa agak malam," ucap Bu warung terus terang membuat bara kembali menegakkan tubuhnya setelah meminum kopi panas tadi.
Bara langsung mengecek jam tangan keluaran terbaru yang dia pakai masih menunjukkan pukul 21.30, setengah jam lagi ia akan melihat pertunjukan orang yang berkhianat dipabrik menjalankan aksinya.
"Malam juga, ya," gumam Trisno yang masih didengar oleh pemilik warung.
"Ya, begitu kali kalau kerja malam sama aja kayak pabrik lain, kalau gitu ibu tinggal ya ada pembeli," ungkap ibu warung, yang berlalu pergi untuk melayani pembeli.
"Mas Bara sekarang gimana?" tanya Trisno yang kini memusatkan perhatian kepada Bara.
"Kita tunggu sampai mobil box datang nan..."
Belum selesai bara mengucapkan ucapan nya, terlihat mobil datang langsung membunyikan klakson dan satpam yang berjaga segera membuka pintu pagar.
Bara melihat sepintas aktifitas didalam sana terlihat sedang membawa barang seperti kain kain yang memiliki kualitas baik dan bagus juga barang lain yang sengaja ditukar dengan kualitas rendah, agar menurunkan citra perusahaan jelas ini adalah konspirasi saingan perusahaan hanya saja Bara belum tau perusahaan mana yang jadi saingan Opa nya itu.
"Mas Bara, saya ingin tanya penasaran juga kenapa harus repot repot kita lakuin kayak gini wong perusahaan orang kok."
"Kata siapa? ini punya opa ku"
"Jangan ngaku ngaku mas, saya juga mau kalau jadi cucunya itu enak tinggal menikmati hidup aja tapi gak perlu segitunya juga," ucap Sutrisno yang tak percaya omongan Bara
"Kamu gak tau saja sekalipun hidup enak tapi tak pernah merasakan kasih sayang orang tua buat apa, sedangkan kamu meskipun hidup sederhana ibu kamu selalu ada walaupun jauh bisa kamu datangi sedangkan saya tidak bisa," ujar Bara dengan raut wajah sendu.
"Apa perlu saya buktikan dengan menelpon, Opa ku," tantang Bara.
"Waduh, kalau Mas Bara bilang begitu berarti bener dong jangan sampai buat gara gara nanti tau tau jadi gembel di kota orang, apalagi kan kalau orang kaya tinggal tunjuk aja langsung semua keinginannya terwujud," ujar Trisno dalam hati
"Jangan, mas. Nanti malah ganggu Opa saya percaya kalau Mas itu cucunya, tapi saya bingung waktu Mas Bara sakit kenapa Opa gak jenguk," tanya Sutrisno penasaran
"Opa marah sama saya karena bikin masalah terus."
Dengan mengangguk-anggukkan kepala kini Trisno mengerti memang kehidupan orang kaya seperti itu biar kapok jadi rakyat biasa agar cepat jera, "saya salut loh Mas Bara gak lawan Opa nya kan banyak tuh cucu orang kaya yang arogan tapi Mas Bara pengecualian kayaknya."
"Ya karena saya cuman punya Opa."
"Terus, ibu bapak Mas Bara kemana?"
Bara yang ditanya seperti itu langsung mengalihkan perhatiannya ke arah pabrik saat melihat mobil box sudah keluar dari dalam. "Supri, ayo kita siap siap pergi sekarang."
"Kemana? mas," tanya Sutrisno heran
"Itu, mobil nya udah mulai jalan" saat Trisno menoleh maksud Bara, segera ia berdiri mengikuti bara yang sedang membayar kopi lalu menuju motornya melupakan obrolan mereka tadi.
Bara dan Sutrisno yang mulai ketinggalan jauh, karena tiba tiba mesin motor mendadak mati segera menyusul mobil setelah akhirnya bisa dinyalakan. Menyalip beberapa kendaraan hingga diklakson pengemudi karena kebut kebutan dijalan ramai sampai akhirnya mesin motor dihentikan kala mobil box yang mereka susul berhenti didepan pabrik garmen bertuliskan 'ANGKASA JAYA GARMEN' segera Bara keluarkan ponsel untuk memotret segala yang dibutuhkan.
Bara kira sebesar apa pabrik saingan mereka ternyata tak ada apa apanya dibanding milik opa nya. Hanya bangunan baru namun mampu bekerja sama dengan orang dalam pekerja pabrik miliknya hingga bisa mengambil barang barang disana.
"Mas, mau kemana lagi kita?" tanya Trisno saat melihat bara sudah memasukan kembali ponselnya.
"Untuk sekarang kayaknya stop dulu, karena bukti sudah cukup. Apalagi ini sudah mulai tengah malam mending kita pulang."
"Ya udah kalau gitu, nanti kalau ada perlu apa apa lagi tinggal bilang aja, mas."
"Ok," lalu segera Trisno menjalankan motornya untuk pulang ke rumah.
"Mas Bara, mau diantar pulang kemana ke kontrakan atau ke rumah mertuanya?" tanyanya saat menjalankan motornya.
"Pulang ke kontrakan kayaknya kalau pulang kesana, apalagi jalanan sepi takut ada begal nyegat," tutur Bara
"Bener juga, apalagi suasananya masih serem banget," ucap Trisno dengan bulu kuduk berdiri.
Sampai dikontrakkan Bara turun dari motor segera ia lepaskan helm dari kepala nya langsung melangkah ke dalam rumah sebelum masuk terdengar suara yang mengejutkannya.
"Eh, Mas bara baru pulang?" ucap Bu Ani yang tiba-tiba ada di sebrang rumahnya.
"Astaga," ucap bara sambil mengusap dadanya kaget, "untung gak jantungan."
"Tau tuh Bu Ani ngagetin aja bisanya," ucap Trisno yang menimpali ucapan Bara.
"Ngapain sih Trisno nimbrung aja kamu gak di ajak," ujar Bu Ani dengan melotot galak, lalu berubah lembut saat berbicara dengan Bara
"Kemana Sekar gak pulang kesini?"
"Enggak, nginep dirumah mertua kalau gitu saya masuk dulu," ucap Bara sambil berlalu masuk ke dalam rumah
"Aduh ganteng nya manusia satu itu udah macam artis Korea aja," tutur Bu Ani sambil menyangga pipinya sambil melihat pergerakan Bara, saat menoleh ke arah trisno lalu mukanya berubah galak, "ya ampun muka nya astaghfirullah bikin sepet," ucapnya sambil berlalu masuk rumah.
"Ye, dasar Bu Ibu sukanya yang bening doang."
"Haruslah!!"
paksa hancurkan pernikahan anaknya..