Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namaku Renata Bukan Angel
Hal inilah yang dialami Renata Carissa, putri dari seorang Panglima TNI sekaligus Psikiater cantik. Wanita mandiri yang tidak pernah mengetahui bila sang suami──Jefra Annefall, bekerja sebagai Intelijen Negara.
Keduanya sudah menikah selama 25 tahun. Namun, Renata baru mengetahui pekerjaan Jefra sebagai mata-mata setelah sang suami meninggal dunia. Pria yang sangat dicintainya sepenuh hati.
Ini memang kebodohannya yang tidak pernah memperhatikan bahwa Jefra sering pergi untuk waktu lama, karena bekerja jauh dari rumah. Dan itu cukup membuktikan kebenaran yang begitu mengejutkan tentang indentitas sebenarnya Jefra.
Renata awalnya hanya mengenal Jefra sebagai seorang Bodyguard dari suami sepupunya. Lalu mereka jatuh cinta dengan cara yang begitu manis dan akhirnya menikah. Mereka telah memiliki satu anak laki-laki yang begitu tampan, yang bernama Radion Isireilov.
Renata meneteskan kristal bening yang begitu banyak saat membaca surat-surat pengakuan Jefra, serta rasa menyesal karena telah membohonginya selama ini. Renata baru mengetahui jika sang suami adalah pria yang hebat melebihi apa yang dia kira. Kisah mengenai kehidupan Jefra telah membuat Renata terkagum-kagum.
Renata melihat kebelakang dan berpikir tentang kehidupan macam apa yang dimiliki suaminya. Namun, Jefra tetap bertahan dengan dirinya.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
"Radion, maafkan Mama yang meninggalkan kamu untuk menyusul Ayahmu."
Renata dapat melihat putranya yang menangis tersedu-sedu sebelum dirinya menuju kegelapan, menghembuskan napas terakhirnya.
**
Perlahan-lahan jari itu bergerak dan mencoba membuka kedua matanya. Sepasang bola mata berwarna cokelat mulai nampak dan memfokuskan apa yang pertama kali dilihat.
Ruangan serba putih dan bau obat yang sangat menyengat.
"Ugh.." erangnya saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri.
Renata mencoba berpikir keras. Bukankah dia sudah meninggal? Kenapa masih merasakan rasa sakit?
"Apa ini di akhirat?" gumam Renata.
"Akan lebih bagus jika kamu pergi ke akhirat. Kenapa beban keluarga sepertimu masih saja hidup?" ucap seseorang dengan sinis.
Renata langsung melirik si pemilik suara yang berada tepat di samping ranjang yang ditidurinya.
Garis wajah tegas, bola mata hijau yang menatap tajam, bibir tipis, hidung mancung, alis menyatu, dan rambut pirang cokelat terang.
Mata hijau? Apa ini di Eropa?
Si pria tampan semakin menatap tajam, "Berhentilah menatapku, Jal*ng!"
Renata sontak bangkit, duduk di ranjang, bahkan dia mengabaikan kepalanya yang berdenyut lagi, ditatapnya si pria marah.
Siapa Pria itu? Berani-beraninya memakiku Jal*ng!
Si pria tampan agak terkejut dengan tatapan Renata yang tajam. Seperti baru pertama kali mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.
"Siapa kamu? Apa mulutmu tidak pernah merasakan bangku sekolah? Seenaknya saja memaki!"
Si pria semakin terkejut dibuatnya. Dia terlihat tidak menyangka kalau-kalau Renata berani berseru kencang padanya, terlebih lagi tidak mengenalnya.
"Apa kamu sedang bercanda, Angelica Renata Tan?"
Jantung Renata terpompa karena mendengar nama yang terasa familiar itu.
Kenapa aku dipanggil dengan nama itu?
"Aku──"
Baru saja ingin menyangkal jika itu bukan namanya, perkataan Renata terpotong oleh suara pintu yang terbuka dengan kasar.
"Angel!" seru seorang pria paruh baya yang tidak Renata kenali, "Bagaiman bisa kamu membuat Sanaya celaka! Sudah Ayah bilang jangan rusak rumah tangga Sanaya dan Alvaro!"
Renata hanya terdiam, dirinya sungguh bingung dengan keanehan yang sedang dialaminya.
Angel, Sanaya, dan Alvaro. Dia ingat dengan nama-nama itu.
Bukankah itu nama-nama tokoh dari novel yang aku dapatkan dari salah satu pasienku dulu?
Pikir Renata sungguh terheran-heran.
"Sudah, Ayah. Ini bukan salah Kak Angel, dia tidak sengaja," ucap si perempuan yang terbalut perban di kepala.
"Dia mencoba menabrak kamu, Sanaya! Jangan membelanya terus!" seru si wanita paruh baya.
"Tapi, Ibu──"
"Tunggu!" seru Renata memotong perkataan Sanaya.
Seketika semuanya menatap Renata.
"Kalian siapa? Namaku bukan Angel, sepertinya kalian salah orang," ujarnya kemudian.
"Angel kamu.... hilang ingatan?" kata seorang pria yang sejak tadi diam tanpa ekspresi.
Namun, Renata juga tidak mengenali pria tampan itu.
"Ck, paling juga dia sedang bersandiwara," decak pria yang pertama kali Renata lihat.
"Sebaiknya kalian keluar, adikku tidak membutuhkan kalian yang justru semakin memperparah keadaannya!" seru si pria tanpa ekpresi.
"Tapi, Kak Zayn. Aku juga khawatir dengan keadaan Kak Angel," ucap Sanaya berkaca-kaca.
"Sayang, kamu memang terlalu baik pada pelakor busuk itu. Pantas saja Angel selalu memanfaatkan kebaikanmu ini," ucap si pria bermata hijau sembari merangkul pundak Sanaya.
"Alvaro, Hiks..."
Sanaya menangis, entah apa yang membuatnya menangis.
"Kenapa menye-menye sekali sih jadi cewek," ucap Renata tanpa sadar.
"Apa kamu bilang?" Alvaro menatap tajam Renata.
"Ah, tidak," jawab Renata kalem.
Alvaro semakin terheran-heran dengan sifat kalem gadis yang terduduk di ranjang rumah sakit itu. Biasanya, gadis itu selalu cari perhatian dan bersikap layaknya jal*ng. Bahkan sampai merendahkan harga diri menjadi pelakor demi menarik perhatiannya yang kini sudah menikah dengan Sanaya.
'Apa dia sungguh hilang ingatan?' batin Alvaro.
"Baiklah, urus anak tidak berguna ini, Zayn. Ayah juga tidak sudi jika harus terus melihat anak pembawa sial ini," ucap si pria paruh baya──Rendra, begitu pedas dan menyakiti hati.
Dan entah kenapa hati Renata nyeri mendengarnya. Hatinya terasa seperti tercubit saat mendengar ucapan itu.
"Ayah, jaga perkataanmu. Mau bagaimanapun juga Angel juga putrimu," wajah Zayn terlihat mengeras, terlihat tidak suka dengan ucapan Ayahnya.
"Tapi Angel sudah berniat membunuh Sanaya. Meskipun mereka bukanlah saudara kandung, tapi tidak seharusnya Angel melakukan itu, hiks... " ucap si wanita paruh baya──Santy dengan linangan air mata, "Padahal aku sangat menyayangi Angel seperti putriku sendiri, tapi dia justru.... "
"Stt, sudah jangan seperti ini, ayo kita keluar dari sini," ujar Rendra pada Santy, sang istri.
Kemudian pasangan paruh baya itu keluar, diikuti dengan Alvaro yang membantu Sanaya dengan mendorong tiang infus istrinya itu.
Kini hanya tertinggal Renata dan Zayn.
Renata terdiam bagai orang bodoh. Dia berpikir jika siapa yang sebenarnya gila di sini? Dirinya atau orang-orang yang memanggilnya Angel? Apa dirinya tidak jadi meninggal?
"Di mana Radion?" tanya Renata tiba-tiba.
Ya, Renata harus mencari Radion, putranya.
"Siapa Radion? Kenapa kamu mencarinya, Angel?" Zayn bertanya balik dengan mengeryit dahi.
Renata menatap kesal Zayn, pria itu masih saja memanggilnya Angel.
"Hei, anak muda! Namaku Renata bukan Angel, Radion itu putraku!" seru Renata dengan lantang.
Sebenarnya di mana Renata sekarang?
_To Be Continued_