"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh
Setelah semuanya sudah terbongkar di restoran tempo hari lalu, Helena benar-benar dibuat shock. Tidak menyangka bahwa kedua temannya bisa melakukan hal keji dan ternyata menyimpan rasa tidak suka kepadanya.
Sedangkan untuk Sera, wanita itu tidak kalah kagetnya saat mengetahui fakta yang baru diketahui dan tidak disangka-sangka. Dirinya sendiri sudah tidak berhubungan lagi dengan kedua temannya yang bermasalah, masih ada rasa shock yang menderanya, juga menghargai perasaan Helena yang sudah di khianati kedua teman mereka, walau tau bahwa dirinya dan Lucia adalah teman dekat sekali.
Bila di sini perasaan Helena tengah bersedih dan tidak menyangka atas kejadian yang menimpanya, beda lagi pada perasaan Trissa. Wanita itu cukup senang saat mengetahui bahwa Helena sudah mengetahui bahwa temannya sudah menghianati dan menjebaknya.
"Jadi, Helena sudah mengetahui bahwa kamu yang sudah menjebaknya di hotel malam itu? " tanya Trissa pada Tari di hadapannya.
Kini keduanya berada di salah satu cafe, Tari yang meminta bertemu untuk menceritakan kejadian di restoran tempo hari lalu.
"Benar, bukan itu saja. Bahkan Lucia juga mengaku bahwa dia juga ikut campur tangan menjebak Helena malam itu. " jawab Tari santai, sambil menyesap minumannya.
Mendengar itu, Trissa mengeluarkan senyuman liciknya. "Bagus, kita tinggal membereskan rencana kita selanjutnya maka, Boom! Pernikahan mereka langsung hancur lembur, dan aku bisa menggantikan posisi Helena setelahnya. " ujar Trissa tidak sabar akan hari itu tiba nanti.
Tari hanya terdiam mendengarnya, di sudut hatinya ada sedikit rasa bersalah kepada teman semasa kuliahnya itu. Untuk soal Damian, Tari sudah tidak begitu menyukainya, hanya dulu masa masa kuliah saja dirinya menaruh hati kepada laki-laki tampan itu.
Jadi, bila Trissa menyukai Damian dan berniat ingin memiliki laki-laki itu. Tari tidak peduli, selagi dirinya bekerja dan mendapatkan uang, dirinya tidak masalah, bahkan jika persahabatannya hancur sekaligus.
Sudah dikatakannya, Tari sangat kesal dan iri kepada Helena. Wanita itu dari jaman kuliah dulu hingga kini selalu beruntung di sukai dan mendapatkan seseorang yang di sukai nya.
"Aku akan mengirimkan uang karena sudah memberikan berita sebahagia ini. Hahaha, Helena pasti shock berat saat tau bahwa teman baiknya ternyata menusuk nya dari belakang. " ujar Trissa, menatap Tari di hadapannya dengan senyuman liciknya.
•••••••••
Sementara di tempat lain, di perusahaan Damian. Laki-laki itu sibuk dengan lembaran-lembaran pekerjaannya yang menumpuk di atas meja, akhir-akhir ini Damian emang lagi sibuk-sibuknya, bahkan berita tentang kejadian Helena dengan teman-temannya di restoran saja dirinya tidak tau apapun.
Helena belum bercerita, melihat bagaimana kesibukan Damian dan laki-laki itu sering pulang kerja hingga larut malam, membuatnya enggan untuk bercerita hingga nanti bila Damian tidak begitu sibuk seperti sekarang.
'Tok'
'Tok'
'Tok'
Suara pintu ruangan kerjanya di ketuk membuat atensi Damian sejenak teralihkan pada pintu yang tertutup rapat, Damian kembali fokus pada lembaran lembaran kerjanya sebelum bersuara menyuruh masuk pada seseorang yang sudah mengetuk pintu ruang kerjanya.
"Masuk! "
'Ceklek'
"Damian, aku datang mengantarkan secangkir kopi untuk kamu. " Dellia sang pelaku yang mengetuk pintu tadi, melangkah menghampiri meja kerja Damian dengan secangkir kopi ditangannya.
Damian sontak menghentikan pekerjaannya, menatap heran dan sedikit kesal pada kedatangan Dellia yang membuat aktivitas pekerjaannya sedikit terganggu. Wanita itu sudah terhitung lima hari bekerja sebagai asistennya, ada plus minus di dapatkannya.
Plusnya seperti kinerja Dellia yang memang sangat bagus dan cekatan dalam membantu Niko bekerja, dan minusnya ya begini, Dellia kadang suka datang ke ruangannya dengan membawa makanan atau minuman. Gak penting menurutnya, karena bila Damian memerlukan atau menginginkan makanan atau minuman dirinya tinggal memanggil office gril untuk membawanya ke ruangan kerjanya.
Damian dulu memang sempat sedikit terpukau dengan sosok Dellia yang sangat anggun dan terkenal pintar itu, hanya sebatas kagum saja. Tidak ada perasaan suka atau cinta seperti apa yang orang-orang perkirakan, untuk sekarang pun perasaan kagumnya sudah tidak ada lagi.
Alasannya karena dirinya sudah jatuh hati kepada Helena, juga karena sikap Dellia akhir-akhir ini yang terkesan agresif membuatnya ilfeel.
"Kamu gak perlu repot repot sampai mengantarkan kopi seperti ini, ada office gril yang akan mengantarkan bila saya menginginkan kopi atau makanan apapun nanti. " ujar Damian dengan nada tegas dan dingin.
Dellia bisa senekat masuk ke ruangannya karena Niko hari ini izin tidak masuk kerja karena ada urusan keluarga, bila laki-laki itu ada di sini, asistennya akan menjadi garda terdepan untuk menghalangi usaha Dellia yang ingin mendekatinya.
"Gak ngerepotin kok, kamu kan sekarang lagi sibuk dengan berkas-berkas kerja, jadi aku sengaja buatin kopi untuk menemani kesibukan kamu. "
"Kalau aku sibuk, kamu pun juga sama sibuknya. Daripada capek-capek membuatkan kopi untuk aku, lebih baik kamu ngurusin pekerjaan kantor biar cepat selesai, aku mau pulang cepat ingin bertemu istri aku di rumah. " ujar Damian sengaja menekankan kata pulang dan istri.
"Kamu kenapa bisa berubah begini sama aku? " kata Dellia dengan raut wajah sedihnya.
"Berubah bagaimana maksud kamu? " tanya Damian bingung, dia menyimpan lembaran kerja yang di pegangnya di atas meja.
"Berubah, kamu dulu selalu bersikap baik dan perhatian sama aku, tapi sekarang kamu cuek dan dingin. "
"Hmm? Karena itu? Apa salahnya bersikap baik dengan kolega bisnis? Kamu gak lupakan kalau perusahaan ayah kamu dan perusahaan saya pernah bekerja sama? Saya juga tidak mungkin memperlakukan kamu dengan buruk dan kasar di depan orangtua kamu, kan? Dengan yang lain pun saya selalu berlaku profesional, bersikap baik dan juga ramah, bukan dengan kamu saja. Juga, saya sudah menikah dan memiliki seorang istri, tidak etis rasanya bila kamu wanita lajang malah mendekati laki-laki yang jelas-jelas sudah bersuami. " kata Damian panjang lebar.
Dellia termangu mendengar jawaban panjang Damian, "Kamu bukannya tidak menyukai istri kamu itu? "
"Kamu tau apa? Hanya karena melihat saya dan istri tidak begitu mesra di halayak umum bukan berarti kamu bisa menyimpulkan bahwa saya tidak menyukai istri saya, bila saya tidak menyukainya, kami tidak akan menikah dan bersama hingga setahun ini. "
Dellia terdiam, mulutnya seakan terkunci rapat. Keduanya terdiam beberapa saat hingga Damian kembali bersuara dengan wajah datar.
"Kamu kembali keruangan kamu, saya tidak mau kejadian seperti ini kembali terulang. Dan ingat batasan kamu, disini saya adalah atasan kamu, juga seorang laki-laki yang berstatus sudah menikah, jadi saya mohon sama kamu untuk tau batasannya. " ujar Damian setelahnya memberikan peringatan kepada Dellia.
Tubuh Dellia sontak kaku sejenak, dia membungkukkan badannya sebagai permohonan maaf. "Maaf, pak atas sikap lancak saya, kalau begitu saya undur diri. " Dellian membungkukkan sedikit badannya dan berbalik untuk keluar dari ruangan Damian dengan perasaan yang hancur lebur.
Setelah pintu ruangannya sudah tertutup dan menghilangnya Dellia dari pandangannya, Damian bergerak menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan lesu, mengusap wajahnya dengan perasaan kesal.
"Kenapa cobaan pernikahan sangat berat seperti ini. " gumamnya, belum juga dengan permasalahan yang menimpa Helena kini malah bertambah dengan sikap Dellia kepadanya.
•
•
•
ini banyak typo dan gak nyambung sih, soalnya aku lagi gak fokus buat ngetik cerita, tapi kalau gak update takut nantinya dapat peringatan dari Novel Toon karena cuti up beberapa hari.
maaf ya kalau part ini gak nyambung dan ngawur. suka kalian suka dan gak pada kabur ke tempat lain🗿