Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi
...--------------------------------...
"Nyonya, kami berhasil mendapatkan penginapan tapi ..." Stero tampak enggan melanjutkan kalimatnya, "Hanya penginapan biasa nyonya, bahkan harganya sangat murah." Ungkap Sarkan menggantikan Stero yang merasa tidak enak membiarkan nyonya nya menginap di penginapan yang murah, padahal jika nyonya nya ingin Stero akan mencarikan penginapan VIP yang jauh lebih bagus.
"Tak apa, memang itu yang aku inginkan." Ucap Katrina membalas disertai anggukan, "Ayo kita ke sana." Rombongan itu pun segera berangkat menuju penginapan yang sudah Stero dan Sarkan reservasi.
Sesampainya mereka di penginapan, mereka langsung di sambut dengan hangat oleh seorang wanita paruh baya beserta suaminya yang punya postur tubuh tinggi kurus dengan kumis panjang melengkung. "Selamat datang di penginapan kami tuan-tuan dan nona-nona." Kata sambutan dari pria pemilik penginapan itu.
"Saya sudah reservasi beberapa kamar dan bisa tunjukkan saya di mana letak kamar kami, sebab kami ingin segera beristirahat." Ucap Stero menjelaskan.
"Baik, silahkan tuan-tuan ikuti saya." Ucap pria itu dan keempat kesatria beserta Simon dan Adolft mengikuti pria berkumis itu. Sedangkan ketiga perempuan beda usia itu mengikuti istri pemilik penginapan yang akan mengantarkan mereka ke kamar mereka masing-masing, ketiga anak Katrina akan tidur di kamar yang sama dengan ibunya.
Sesampainya di kamar nya, Katrina langsung membaringkan tubuhnya, "Hah ... nyamannya." Batin nya ketika tubuh nya yang sudah sangat lelah terlalu lama berkuda akhirnya bisa merasakan berbaring kembali di kasur yang empuk. Katrina memejamkan mata nya sembari menikmati kenyamanan. Perlahan-lahan kesadaran nya terjatuh ke dalam buaian tidur yang tenang.
Harrison yang menyadari ibu nya sudah tertidur, meraih selimut yang terlipat tidak jauh dari jangkauannya lalu menyelimuti tubuh Katrina yang sudah masuk ke alam mimpi. Helena, Harri dan Henry juga ikut tidur di samping Katrina.
.
.
.
Di sebuah tempat yang serba gelap, Katrina merasa jika tubuhnya saat ini sedang berdiri tegap di kegelapan itu. Katrina tidak tahu dengan jelas apakah matanya terbuka atau tertutup saat ini, yang pasti ia harus segera menemukan setitik cahaya agar ia bisa melihat dan mendeskripsikan apa yang telah terjadi padanya saat ini.
Namun setitik cahaya pun tak ia lihat di tempat gelap itu, mendadak Katrina merasakan perasaan deja vu dengan situasi saat ini. "Apa aku mati lagi?" Batinnya bertanya-tanya, ia ingat dengan jelas di mana waktu ketika ia mati dan berakhir jiwa nya sempat berada di tempat gelap seperti sekarang ini.
Tiba-tiba muncul suara klik seperti suara tombol yang di tekan. Seketika matanya terbuka lebar waktu di depan nya muncul pemandangan terang yang menampilkan dua orang berbeda gender yang tiba-tiba berada tidak jauh di hadapannya, namun kedua orang itu membelakangi nya membuat Katrina tidak dapat melihat dengan jelas sosok dua orang tersebut.
Tepat di atas kedua orang itu muncul sebuah cahaya yang menyinari mereka berdua bagaikan sebuah lampu sorot yang biasa Katrina lihat waktu menyoroti seorang pembawa acara. Membuat Katrina dapat melihat dengan cukup jelas kedua sosok yang tengah membelakangi nya saat ini, meski ia masih tidak bisa melihat rupa dari dua orang tersebut.
Sontak Katrina membelalakkan matanya ketika melihat warna rambut dari kedua orang itu. Wanita yang berdiri tegap dengan mengenakan gaun satin berwarna putih seperti gaun tidur, memiliki rambut lurus dan berwarna orange bagaikan warna langit ketika akan terbenam, persis sekali dengan rambut Katrina. Pria yang berdiri tegap itu juga memiliki warna rambut yang sama, berwarna orange.
Sosok wanita yang berdiri berdampingan dengan sosok pria itu tiba-tiba menunjukkan pergerakan, wanita itu mengubah posisi berdiri nya menjadi duduk bersimpuh namun masih membelakangi Katrina. Membuat Katrina semakin penasaran dan hendak mendekati kedua orang itu.
"Halo! Apa kalian mendengar ku? Hei!" Panggil Katrina berharap jika kedua orang itu mendengar nya, lagipula jarak mereka tidak terlalu jauh juga.
Katrina tidak bisa menggerakkan tubuh nya, seolah-olah tubuhnya di tahan oleh sesuatu hingga ia tidak bisa menggerakkan sedikitpun tangan maupun kaki nya. Kedua orang itu seakan tuli, mereka sama sekali tidak bergeming dengan ucapan Katrina.
Pria berambut orange itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah cambuk yang ia keluarkan dari rompi hitam nya. Dengan rasa cemas disertai jantung yang berdebar Katrina mulai bertanya-tanya apa yang akan pria itu lakukan pada wanita yang bersimpuh itu? Pikirannya mulai melambung kemana-mana, menebak apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya.
Pria itu mengangkat tangan kanan nya yang memegang pangkal cambuk,
Trasss! Trasss!
"AAARRGGHTT!"
Lolongan menyedihkan terlontar dari mulut wanita itu. Jeritan lantang nya memekikkan telinga Katrina serta menusuk tulang hingga ke relung hati Katrina yang paling dalam, sungguh Katrina tidak tahan melihat pria itu dengan tega nya menghempaskan ujung cambuk itu ke punggung wanita yang tengah duduk bersimpuh di depannya hingga berkali-kali.
Rintihan kesakitan dari wanita itu terdengar pilu dan menyayat hati serta pendengaran Katrina. "HENTIKAN! HEI KAU, BERHENTI MENYAKITINYA!" Teriak Katrina dengan lantang berharap pria itu berhenti memukuli wanita yang saat ini masih berteriak kesakitan. "KUBILANG BERHENTI!!" Tenggorokan Katrina terasa perih sebab berteriak dengan lantang, namun tetap tidak terjadi apapun.
Bagaikan tuli, pria itu tidak mendengar jeritan lantang dari Katrina dan terus menerus mencambuk punggung wanita itu hingga gaun satin berwarna putih yang wanita itu kenakan kini telah berubah warna menjadi merah darah yang muncul dari punggung wanita itu.
"Tidak ... Hentikan, kumohon..." Ucap Katrina dengan lirih, hati nya tidak tahan melihat serta mendengar suara jeritan dari wanita yang tersiksa di depannya.
"Berhenti... berhenti... berhenti..." Lirih Katrina, suara nya sudah mulai terdengar serak. Wanita itu terus di cambuk dan terus menerus menjerit kesakitan, namun tidak sepatah katapun terlontar dari bibir wanita itu, ia hanya menjerit namun tidak melontarkan kata-kata menyuruh pria kejam itu untuk berhenti mencambuk dirinya.
Katrina lah yang terus menerus berteriak berharap pria itu mendengarkan teriakan nya dan menghentikan penyiksaan itu.
"u.... Bu... Ibu... Ibu" Samar-samar Katrina mendengar suara anak kecil yang memanggil namanya, seketika ia tersadar dari tidur nya dengan nafas tersengal-sengal serta keringat yang bercucuran memenuhi wajah hingga lehernya.
"Ibu baik-baik saja?" Tanya Harrison dengan raut wajah cemas, waktu itu ia sedang tidur pulas sembari memeluk lengan ibu nya, tapi samar-samar ia mendengar suara tangis seseorang. Harrison terbangun dan mendapati Katrina yang menangis dalam tidur nya serta ucapan-ucapan yang terlontar di mulut ibu nya yang mengatakan untuk berhenti, Harrison tidak tahu, apa maksud dari ucapan Katrina.
Henry dan Helena juga ikut terbangun mendengar tangisan ibu nya, saat itulah mereka bertiga berusaha membangunkan ibu nya, detak jantung mereka berdebar kencang karena merasa khawatir melihat kondisi ibu nya yang menangis sembari mengucapkan kata berhenti.
Tanpa menjawab pertanyaan Harrison, Katrina bergegas bangun dan berdiri lalu mencari-cari sebuah cermin. Katrina berjalan kesana kemari mencari sebuah cermin, hingga ia keluar dari kamar nya di waktu yang masih menunjukkan tengah malam.
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...