Follow IG: Nophi_Yhulia27 Pesona pria bernama Nikki Erlangga, Memang tak usah di ragukan lagi. Ketampanan nya banyak membuat para wanita tergila gila padanya. Dan bahkan, Selalu berlomba lomba untuk mendekati nya. Pria berusia 39 tahun itu adalah seorang perwira polisi. Wajahnya yang tampan rupawan. Mampu menghipnotis semua kaum hawa. Usianya boleh mateng. Ia juga seorang duda beranak satu. Namun, rasa cintanya yang begitu besar kepada mendiang istrinya. Membuat Nikki tak bisa melirik wanita lain lagi. Ataupun berniat untuk menikah kembali. Hingga pada suatu malam sebuah insiden terjadi, Yang harus membuatnya mempertanggungjawabkan perbuatannya. Mampukan Nikki membuka hatinya kembali, untuk seorang wanita?. Dan bagaimana kah kisah percintaan nya setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopita Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesayangan Om Duda
Nikki menghentikan mobilnya, tepat di depan sebuah rumah mewah di kawasan elit kota tersebut. Baby pun segera bergegas turun dari mobil duda beranak satu itu. Karena gadis itu telah melihat mobil Papa nya sudah terparkir rapi di halaman depan rumah mewah dua lantai itu.
Tok... Tok...
Gadis itu mengetuk kaca jendela mobil tepat di samping Nikki. Karena, Baby telah turun lebih dulu. Nikki pun hanya berdiam diri saja di dalam mobilnya. Pria itu menurunkan kaca mobilnya.
"Gak usah mampir ya om!". Seloroh Baby saat Nikki telah menurunkan kaca jendela mobilnya.
Baby hanya tersenyum menggoda. Kala melihat dahi Nikki telah mengkerut sempurna akan ucapan nya barusan.
Baby tanpa malu malah langsung mengecup bibir Nikki. Membuat Nikki melotot tak percaya.
"Sampai ketemu besok, Om duda kesepian!". Baby mengedipkan sebelah matanya, dan langsung berlari dengan tawa di bibir nya.
"Sial". Nikki memukul setir mobilnya. Saat melihat Baby sudah masuk kedalam pagar rumah yang menjulang tinggi itu.
"Kenapa gue malah tak bisa berkutik begini, sih?. Dasar gadis binal!?". Guman Nikki merutuki kebodohannya sendiri.
Nikki bahkan hampir tak mengenali dirinya sendiri. Jiwa playernya seketika hilang, saat di depan Baby yang ada dalam otaknya hanya bayan- bayang kenikmatan bersama gadis muda itu. Yang usianya malah tak jauh beda dari putri nya sendiri, dan hanya berjarak tiga tahun saja. Karena ia memiliki seorang putri yang saat ini masih duduk di bangku kelas sepuluh SMA.
Nikki langsung bergegas pergi. Melajukan mobilnya untuk pulang kerumah. Karena seharian ini ia sibuk razia gabungan, dan juga menghabiskan waktunya bersama Baby, di rumahnya yang belum lama ini ia beli.
Drt... Drt...
Nikki melirik ponselnya yang tiba- tiba berdering. Saat ia sedang fokus menyetir, senyum pria itu terbit ketika melihat nama putrinya yang muncul memenuhi layar benda pipih itu.
"Ada apa sayang?. Papi sebentar lagi sampe rumah".
"Tari boleh titip sesuatu Pi? ". Tanya suara seorang gadis begitu lembutnya.
"Tentu saja sayang. Mau beli apa?. Hem?”
"Coklat ". Jawab nya dengan terkekeh kecil.
"Sayang, kau itu sudah remaja tapi makin kesini malah semakin doyan aja makan coklatnya? ". Nikki menggoda putrinya, yang tidak bisa jauh dari cemilan itu. Beruntung nya sang putri rutin periksa gigi nya ke dokter. Kalau tidak mungkin ia sudah sering sakit gigi sejak dulu.
"Hihii... Ayolah pi!. Tari janji gak banyak-banyak kok". Mohon nya dengan senyum dibibirnya. Karena saat ini ia sedang melakukan panggilan video nya.
"Baiklah, Papi akan belikan. Sekarang tutup dulu ya telpon nya!. Karena Papi lagi nyetir".
"Oke Papi, I love you".
Tut... Tut... Tut...
Nikki menggeleng kan kepalanya. Sikap putrinya sangat mirip dengan mendiang istrinya. Bahkan, wajahnya semakin lama malah semakin mirip Almarhuma Luna. Hanya Tari harapan Nikki dan juga kekuatan nya selama ini. Bahkan, gadis remaja itu sampai saat ini belum pernah bertemu langsung dengan Mami nya.
Kesedihan mendalam pernah di alami pria itu. Hingga ia hampir putus asa. Jika saja bukan karena pesan yang ditulis dalam sebuah surat oleh istrinya. Mungkin Nikki tidak akan sekuat sekarang.
Tak mudah baginya untuk melupakan sosok Luna. Namun, Ia juga harus bertahan hidup demi membesarkan putrinya seorang. Buah cintanya dengan mendiang sang istri.
"Anak kita sudah remaja honey. Seandainya saja kau masih hidup, mungkin aku akan jauh lebih bahagia lagi". Guman Nikki yang sempat menghentikan mobilnya.
Air matanya selalu saja mengalir ketika ia mengingat momen bahagia bersama satu-satu nya wanita, yang sangat ia sayangi setelah Mommy dan adiknya.
"Uhhh... ". Helaan nafas yang begitu kasar. Selalu ia lakukan ketika pikiran nya kembali masuk dalam masa lalunya.
Nikki mengambil dompetnya. Dan membuka benda itu perlahan.
"Kau pasti melihat kelakuan ku sekarang bukan?. Aku tahu pasti kau kecewa saat ini. Karena aku malah sudah meniduri seorang gadis". Lirih Nikki sambil memegangi dompetnya. Dimana ia menyelipkan sebuah foto berukuran kecil disana, yaitu foto mendiang istrinya.
Tak mau terlalu larut dalam ingatannya lagi. Nikki kembali menginjak pedal gas mobilnya. Dan mulai melanjutkan perjalanan, untuk pulang kerumahnya.
Sedangkan di dalam rumah yang mewah. Baby saat ini tampak mengendap-endap. Untuk menghindari Papanya. Gadis itu malah memilih jalan belakang rumah sana. Daripada ia harus lewat depan, yang sudah pasti Papanya ada di ruang keluarga.
"Darimana saja, Baby? ".
Deg...
Baru saja ia berhasil membuka pintu belakang. Yang menuju ke arah dapur, bariton suara Papanya malah sudah menyapanya. Baby pun hanya nyengir kuda memperlihatkan deretan gigi rapi miliknya. Dan berjalan perlahan menghampiri papanya, Dimana saat ini tengah berdiri di depan pintu samping kulkas.
"Dari cuci kaki Pa". Jawab Baby berusaha tampak santai.
"Habis darimana?. Hem?. Sampe harus mengendap- endap seperti maling begitu?".
"Awww... Papa sakit. Nanti kalau telinga Baby lepas gimana dong? ". Baby memegangi telinganya yang di jewer oleh Papa nya barusan.
"Makanya jangan bohong sama Papa!. Jawab dulu dari mana? ". Tanya Pak Gunawan menatap wajah putrinya penuh curiga.
"Baby dari Mall pa". Jawab Baby nyengir kuda kembali memperlihatkan deretan gigi rapinya itu.
"Kenapa mobil kamu tadi di anterin sama pak polisi? ".
"Hah? ". Baby terlihat terkejut. Saat mendengar kata- kata Papanya.
Gunawan menatap putrinya kembali. Dan membuat Baby mulai memutar otaknya. Untuk mengarang cerita,agar ia tidak di curigai oleh Papa nya saat ini.
"Baby...!?”
"Oh itu, tadi mobil Baby pecah ban di tengah jalan Pa. Terus kebetulan jalan nya sepi banget. Eh gak sengaja ada mobil polisi yang lewat. Ya, Baby minta tolong aja sama polisi nya".
"Terus!".
"Baby naik taksi online Pa, Soalnya—"
"Udah sana mandi!.Kalau udah selesai segera turun!. Papa tunggu di meja makan!".
Baby pun hanya menganggukkan kepalanya saja. Meskipun ia sedikit bingung akan sikap Papa nya saat ini. Bisanya, Papa nya itu selalu bertanya secara detail. Namun, Kali ini Baby merasa ada yang aneh dengan Papanya sendiri. Tetapi, Ia setidaknya bisa lega,karena tak di interogasi secara detail.
Pak Gunawan pun sudah melangkah pergi. Meninggal putrinya yang masih saja berdiri di dapur itu.Sekarang yang akan kena amukan Baby adalah Nikki. Dan hal yang membuat Baby lebih bingung lagi. Kenapa Nikki bisa tahu alamat rumahnya.
"Awas saja om itu. Kenapa juga pake di anterin kerumah sih mobilnya? ". Guman Baby sedikit kesal.
" Baby...!".
" Ah, iya pa. Baby mandi dulu".
Gadis itu bergegas pergi, sebelum Papanya berubah pikiran lagi. Ia langsung ngacir mengarah ke tangga. Dimana kamarnya ada di lantai dua. Sedangkan Papanya hanya menarik sudut bibir nya saja. Wajah pria paruh baya itu tidak bisa dilihat sedang marah ataupun bahagia. Namun, Ia hanya memasang wajah datar yang khas.
*****
"Mentari, Papi pulang". Teriak Nikki sambil membawa kantong kresek bewarna putih di tangan kanannya.
Seorang gadis remaja yang sangat cantik. Dengan rambut panjang terurai. Tampak berlari kecil menghampiri Nikki. Rumah yang cukup luas, hanya satu lantai itu adalah tempat tinggal Nikki, sejak ia di tugaskan di kota ini, rumah ini adalah rumah yang ia tempati pertama kalinya, bersama mendiang istrinya dulu.
Memang tidak begitu mewah, jika di banding kan dengan kediaman keluarga nya yang ada di Jakarta sana. Namun, cukup mewah untuk ukuran seorang perwira seperti dirinya.
Gadis remaja itu langsung mencium punggung tangan Papinya. Dan wajahnya pun selalu tersenyum kala ia menyambut kedatangan sang Papi.
"Mana pesanan Tari, Pi? ".
Nikki menyodorkan kantong Kresek nya. Dan membuat wajah Tari langsung berbinar. "Makasih Pi". Nikki pun hanya menganggukkan kepalanya saja. Sambil mengulas senyum smirk.
"Bibi udah pulang? ". Tanya Nikki sambil mengusap pucuk kepala Tari.
"Iya, anak bibi lagi sakit pi. Makanya bibi pulang lebih awal dari biasanya". Jawab Tari jujur.
"Jadi kamu belum makan? ". Tanya Nikki lagi pada putrinya.
Gadis remaja bernama Mentari itu hanya menggeleng kan kepalanya saja. Membuat Nikki membuang nafasnya pelan.
"Tari nungguin Papi pulang dulu. Gak enang makan sendiri Pi". Sahutnya sambil tersenyum.
"Baiklah, Nanti ngemil coklat nya!. Papi mandi dulu. Setelah itu kita makan malam bersama! ".
"Oke Papi".
“Kenapa, papi tidak menikah lagi saja?" seloroh putrinya sambil menatap sang papi, dimana Nikki sontak menghentikan langkah kaki untuk beranjak pergi.
“Mentari!”
“Biar papi tidak kesepian lagi!” ujar Mentari lagi sambil tersenyum. Terlihat jelas jika ia sangat tulus mengatakan nya.
“Jangan bicara aneh-aneh!. Papi mau mandi dulu!, nanti kamu malah kelaparan "
Gadis remaja bernama Mentari itu hanya menganggukkan kepala saja. Karena ia sudah tahu jawaban sang papi, jika ia membahas masalah ini.
Nikki pun langsung beranjak mengarah ke kamarnya. Sedangkan, Mentari menuju ke arah dapur. Sambil membawa kantong kresek yang tadi diberikan oleh Papinya.
“Mami adalah wanita yang sangat beruntung, dicintai secara tulus oleh pria seperti papi. Tapi, Tari mohon mi restui Papi jika suatu hari nanti Papi menemukan wanita baru yang bisa sayang secara tulus seperti Mami!. Bahkan, Tari rela di nomor duakan asalkan Papi bisa bahagia dengan pilihan hatinya!” doa Mentari begitu tulus untuk sang Papi.
bru jg sbntar sndwranya,udh kthuan aja....akhrnya mlah bka puasa y nikki....
baby amnesia???