Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Pemandangan Bawah Laut
Setelah mencapai lokasi menyelam terbaik di pulau itu, Fort membantu Peat memakai perlengkapan dengan hati-hati. Tangannya bergerak cekatan, memastikan semua terpasang dengan benar.
‘’Kak Peat, jangan terlalu nyaman dengan bantuan Kak Fort. Dia sudah biasa melayani turis cantik seperti ini,’’ goda Boss memegang masker selam.
Fort tersenyum lebar. ‘’Ya, tapi tidak ada yang secantik dia.’’
Peat mendelik. ‘’Jangan pikir aku terpesona dengan kata-katamu. Cepat selesaikan saja.’’
Setelah semuanya siap, mereka melompat ke dalam air satu per satu, kecuali Boss yang tinggal di speedboat untuk menyiapkan hidangan.
Meski sedikit gugup, Peat mengikuti arahan Fort yang menuntunnya dengan tenang.
Saat berada di bawah air, Peat tercengang. Keindahan karang warna-warni, ikan-ikan tropis yang berenang riang, dan kilauan sinar matahari yang menembus air membuatnya terdiam kagum.
Fort menunjuk beberapa satwa laut, menjelaskan nama-namanya dengan isyarat tangan. Tapi Peat terlalu sibuk menikmati pemandangan dan mulai berenang lebih jauh.
Ketika Peat berenang sendiri ke arah batu karang besar, tanpa sengaja tali penghubung regulator ke tabung oksigennya tersangkut dan akhirnya robek, membuatnya tiba-tiba kehilangan udara.
Fort yang menyadari Peat sudah terlalu jauh, segera menyelam lebih dalam ke arahnya. Ia melihat Peat dalam kepanikan, dan tanpa berpikir dua kali, ia melepaskan regulatornya sendiri, memberikan napas buatan secara langsung.
Mata Peat membulat besar ketika bibir mereka bertemu, membuatnya langsung mendorong Fort. Namun, pria itu tetap memaksa menciumnya untuk memberikan nafas buatan.
Peat yang tadinya menolak, akhirnya mulai tenang.
Fort kemudian memasang regulatornya pada Peat, dan mengisyaratkan untuk segera berenang ke permukaan.
‘’Boss!’’
Orang yang dipanggil menoleh dan segera menghampiri. ‘’Apa yang terjadi?’’
‘’Dia hampir tenggelam,’’ kata Fort.
Boss terbelalak. ‘’Aku cuma pergi lima menit untuk selfie, dan dia hampir tenggelam?!’’
‘’Kalau kamu sibuk dengan selfie, aku akan menenggelamkanmu di sini. Cepat bantu dia naik!’’ seru Fort.
‘’Dasar kakak bajingan,’’ umpat Boss mengulurkan tangan sambil Peat menaiki tangga speedboat lalu memapahnya ke sofa.
Fort segera mengambil handuk dan menyelimuti Peat sambil memastikan wanita itu tidak mengalami cedera serius.
‘’Kau baik-baik saja?’’ tanyanya dengan nada khawatir.
Peat terengah-engah, tapi akhirnya mengangguk. ‘’Aku... Aku baik-baik saja. Terima kasih.’’
......................
Krismon duduk di depan laptopnya mencoba men-stalker postingan Peat.‘’Astaga, masih belum ada postingan terbaru di akun sosmednya. Ini tidak mungkin.’’
Ia mengecek akun sosmed Peat lainnya dan hasilnya tetap sama. Wanita itu sama sekali belum mengunggah apa pun, seolah-olah memang sengaja menyembunyikan keberadaannya.
‘’Dia juga belum melihat pesanku. Apakah dia memblokir nomorku? Tapi, foto profilnya masih terpajang. Ya Tuhan, sebenarnya pergi ke mana ciptaan-mu yang satu itu? hiks, hiks….’’
......................
Fort membawa kapal perlahan kembali ke pulau. Angin laut yang sejuk membantu menenangkan Peat, yang kini duduk dengan pandangan mengarah ke cakrawala. ia terus meliriknya sesekali dari tempat kemudi, raut wajahnya penuh rasa bersalah.
Boss yang biasanya cerewet, justru kali ini lebih pendiam. Ia duduk di dekat Peat, sesekali mencoba mencairkan suasana. ‘’Kakak Ipar, kau tahu aku sebenarnya pahlawan di sini, kan? Kalau aku tidak ada, mungkin Kak Fort sudah lebih gugup lagi.’’
Peat hanya tersenyum kecil, sedangkan Fort menatap adiknya dengan tajam. ‘’Diamlah bajingan, ini bukan saatnya bercanda.’’