Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 3 Menikah
Brug!
Alvaro melempar tasnya ke sembarang arah, lalu beranjak menuju kamarnya.
“Vero!” Langkah kakinya berhenti mendengar namanya dipanggil.
“Ada apa Bang?” tanya Vero membalikan badannya menghadap orang yang memanggilnya.
“Gue mau nikah,” katanya tepat di hadapan Alvaro.
“Sama siapa, Bang?” tanya Alvaro wajahnya seketika berubah menjadi serius.
“Sama cewek lah.”
“Iya, tau maksudnya ceweknya siapa, Bang Naufal?”
Lelaki itu Naufal Putra Abikara kakak dari Alvaro Putra Abikara.
“Nanti lo juga tau, Ro,” sahut Naufal beranjak menaiki tangga.
“Sok misterius lo Bang, nggak asik,” ketua Vero mengikuti langkah Naufal.
***
Di ruangan yang begitu mewah, aneka bunga mawar menghiasi seisi kamar dengan cat biru muda dan campuran merah jambu. Terlihat Naya tengah duduk di depan cermin dengan gaun pengantin, memperlihatkan kecantikan nya dan balutan mahkota yang terpasang indah di atas kepalanya.
Penampilan cantiknya itu seakan tak bersahabat dengan dirinya. Tak ada senyuman yang terukir manis di bibirnya, hanya lamunan yang terpantul oleh cermin di hadapannya.
“Senyum dong, ini kan hari pernikahanmu.” Ucapan Mamanya mampu membuyarkan lamunan Naya.
Naya membalas dengan senyuman, pertanda ia bahagia di depan Mamanya.
.
Kayra ingin mengambil minuman untuk dirinya dan Luna, namun seseorang menabraknya dari belakang akibatnya minuman itu tumpah mengenai gaun yang di pakainya.
Sorot mata yang tak asing itu saling bertemu, menampilkan ekspresi terkejut keduanya.
“Vero!”
“Kayra!”
“Ngapain lo disini?” tanya Vero.
“Seharusnya gue yang tanya sama lo, ngapain lo disini. Ini tuh acara pernikahan kakak gue,” terang Kayra, dirinya sibuk mempersilakan gaun yang ketumpahan air minum itu.
“Hah! Kakak!” Alvero terkejut.
“Berarti yang nikah sama abang gue itu, kakak lo?”
Keduanya saling terkejut. Dunia begitu sempit, sampai-sampai mempertemukan mereka kembali, cerita kehidupan bagaikan cerita novel yang memiliki banyak plot twist di akhir cerita. Seperti pertemuan kedua mereka berdua.
–
Siang berganti menjadi malam. Acara pernikahan Naya dan Naufal sudah berakhir sejak dua jam yang lalu, kini mereka tengah membersihkan diri.
“Barang lo banyak banget sih,” gumam Naufal membawa barang-barang Naya ke kamarnya.
“Ya namanya juga perempuan, pasti barang- barangnya itu banyak banget, ada makeup, alat mandi, baju, novel, dan masih banyak lagi,” terang Naya.
Naufal hanya bisa memijat pelipisnya, ia tak bisa membayangkan sebanyak apa barang-barang Naya di kamarnya.
Naya membuka lemari, melihat tumpukan baju Naufal yang begitu rapih. Sedikit kagum dengan lelaki yang kini menjadi suaminya, walaupun lelaki dia mampu menata kamarnya begitu rapih. Naya mulai menempatkan baju-bajunya di lemari yang kini sudah menjadi miliknya juga.
Naya meluruskan kedua kakinya di ranjang kasur dengan pandangan mata tertuju pada laptop yang menampilkan drakor kesukaannya.
Clek
Pintu kamar mandi terbuka, menampakan Naufal tengah mengeringkan rambutnya yang acak-acakan dengan handuk. Naufal menatap Naya yang tengah menatapnya.
“Terpesona? Memang gue tuh ganteng, tapi nggak gitu juga kali ngeliatnya,” ucap Naufal.
Naya memutar bola matanya malas, dan kembali menatap layar laptop dihadapannya.
Naufal beranjak menaiki ranjang berniat untuk duduk disamping Naya, namun Naya buru-buru langsung menendangnya, sehingga Naufal tersungkur ke shofa.
“Apa-apaan sih lo, enak aja mau seranjang sama gue,” gumam Naya.
“Ini kan kamar gue, hak-hak gue dong mau tidur dimana,” protes Naufal mengelus sikutnya akibat benturan sofa.
“Ngga! Pokoknya yang tidur di kasur itu gue, dan lo tidur di sofa!” Naya menarik selimutnya dan mulai memejamkan mata.
Naufal menarik selimut Naya kembali, berusaha mengambilnya. Semua tenaga Naya menariknya kembali, jadilah mereka saling tarik-menarik selimut.
“Buat gue!”
“Ini punya gue!”
Tenaga Naufal lebih kuat dari Naya, tarikan Naufal yang begitu kuat hingga membuat Naya ikut terserah ke selimut dan ia terjatuh ke bawah.
“Aduh, sakit,” rengek Naya memegang pinggangnya.
Naufal tertawa kemenangan. Keduanya sama-sama impas, saling sakit karena ulah mereka berdua.
Naufal mengambil selimut tak lupa mengambil bantal dan ia mulai membaringkan tubuhnya ke sofa yang tak jauh berbeda empuknya dengan kasur. Dengan wajah kesal, Naya mengambil selimut miliknya di lemari dan mulai berbaring di kasur.
**
Suara ayam berkokok yang saling bersahutan menandakan matahari mulai terbit dengan sinarnya, dan suara kicauan menjadi melengkap suasana di pagi hari pukul 06.00 wib.
Bertepatan dengan bangunnya Naya dari tidur nyenyak semalam. Naya mengucek kedua mata, tidak melihat keberadaan Naufal.
“Tikus!” teriak Naya.
Panggilan itu adalah panggilan khusus Naya beri untuk Naufal sejak SMA.
Berharap ada sahutan dari dalam kamar mandi, namun tak ada jawaban. Selimut dan bantal di sofa pun sudah ditaruh semula kedalam rancak.
*
“Good morning, sayang!” sapaan dari Oma Yuma di meja makan yang tengah menyiapkan sarapan.
“Morning, Oma.”
Naya melihat sekeliling rumah begitu sepi hanya ada Oma Yuma. Sebenarnya Naya tengah mencari keberadaan Naufal yang menghilang entah kemana.
“Kok sepi Oma, yang lain pada kemana?” tanya Naya.
“Abikara sudah berangkat ke kantor, Vero masih tidur, kalau Naufal habis sholat subuh langsung joging,” terang Oma.
“Oh, Naya bantuin nyiapin yang Oma.” Naya membantu mengoleskan selai roti.
“Pagi!” Suara Naufal yang masuk melalui pintu belakang.
“Naufal, kamu joging nya lama banget sih, kasian istri kamu nyariin,” ujar Oma.
Seketika Naya membulatkan matanya, padahal dirinya tidak menanyakan Naufal. Naufal hanya mengangguk paham.
“Iyalah Oma, istri aku kan nggak mau jauh-jauh dari aku, tadi malam aja tidurnya minta di peluk,” kata Naufal, tangannya merangkul Naya.
Naya hanya tersenyum pasrah, sebenarnya di dalam hati rasanya ingin muntah mendengar perkataan Naufal barusan.
“Iya, kamu kemana aja sih, aku nyariin kamu?” Naya membalas rangkulan Naufal, sesekali mencubit pinggangnya.
“Aduh, kamu tuh gemes banget sih Baby.” Naufal mencubit pipi Naya, sebagai balasan karena Naya mencubit pinggangnya.
“Aduh kalian berdua pagi-pagi udah romantis aja sih, Oma jadi iri.”
“Selamat pagi wahai penghuni rumah ini!” teriak Vero berjalan menuruni tangga, yang sudah siap ingin berangkat ke sekolah.
“Pagi Oma!” Vero mencium pipi Oma.
“Pagi cucu Oma.”
“Pagi pasutri baru!” Vero ingin memberi ciuman untuk Naufal, namun Naufal segerah menarik bibirnya itu.
“Main nyosor aja lo,” celetuk Naufal.
“Yakan gue mau beri lo ciuman pagi.”
Naufal bergelidik geli melihat tingkah adiknya.
**
Hari ini Naufal tidak berangkat kerja, dirinya sudah berjanji membantu Naya untuk mencari informasi Raka. Tujuan mereka ke rumah keluarganya Raka yang kemarin Naya sempat kesana namun tidak ada informasi yang ia dapat.
“Ini bener nggak sih rumahnya?” tanya Naufal melihat rumah yang seperti tak berpenghuni.
“Bener, gue terakhir kesini tiga tahun lalu.”
Naufal mengecek ke jendela, hanya kegelapan yang ia lihat tak ada apapun di dalam.
“Kayaknya pindah rumah deh, Naya,” tebak Naufal, jari telunjuknya meraba jendela.
“Liat deh, berdebu. Itu artinya rumah ini nggak ada penghuninya.” Naufal menyimpulkan.