Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Mencari Annisa
Mendengar kalimat sanggahan dari Zayed, hal itu membuat Emran naik pitam, selama ini Emran memang tidak pernah di tolak oleh siapapun, dan atas apapun. Jangankan menolak, jika ada yang mengatakan tidak saja Emran tidak akan mau menerimanya.
Tok tok tok
Terdengar ketukan pintu dari balik dinding kaca ruangan kerja Emran.
"Masuk !" Ketus Emran yang masih merasa kesal.
Bukan Annisa atau Zayed yang telah membuatnya kesal, nyatanya Amir lah yang berdiri di ambang pintu ruang kerja nya.
Tidak sedikitpun merubah mimik wajahnya, Emran tetap dalam mode Serius
"Ada Apa ?" Tanyanya kemudian
"Maaf Pak Emran. Saya ingin menyampaikan ini pada anda" ucap Amir dengan membungkukkan badan dan menyodorkan Amplop coklat di meja Emran.
Emran menatap sekilas pada amplop berukuran sedang tersebut "Apa itu !" Ucapnya ketus
"Saya tidak tahu pak ,hanya saja Nona Annisa menitipkannya pada saya kemarin malam" Jawab Amir
"Annisa " Gumam Emran lirih dengan menautkan kedua alisnya, yang seketika menampakkan guratan halus di dahinya.
"Oh, Sebelumnya nona Annisa sendiri berniat akan memberikannya pada Bapak langsung, namun saat itu anda telah pulang awal" Ucap Amir lagi dengan sopan
Emran memilih segera meraih amplop coklat tersebut, dan lalu membuka nya.
"Surat pengunduran diri" Gumam Emran dalam hati.
Masih dalam suasana hati tidak baik sebelumnya, kini Emran merasa emosinya sudah berada di ubun-ubun.
"Arghhh" Geram Emran dengan meremas kertas yang masih dia pegang.
"Beraninya" Ucap Emran dengan nada sarkas.
Bahkan Amir pun sampai terperanjat kaget dengan gerakan cepat tangan Emran yang menghantam meja kaca di depannya.
Emran hanya mendengus kesal, menyandarkan tubuh nya di sandaran kursi kebesarannya, memejamkan mata dan menghirup udara dalam.
"Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya" Ucap Emran dingin pada sang asisten pribadi. Memijat pelipisnya yang seketika berdenyut.
Emran sudah dapat memastikan bagaimana reaksi dari sang putri jika tahu hal ini, dan pasti Yasmine akan sangat sedih.
"Maafkan saya Pak" ucap Amir yang membungkukkan badan, dengan perasaan penuh sesal.
"Cari tahu kemana dia saat ini, dan alasan apa yang membuat dia mengundurkan diri" Ucap Emran dingin, masih dengan memejamkan mata.
"Fiuh" Helaan nafas yang terdengar begitu berat dari mulut Emran
Masih begitu pagi, dan dia sudah harus merasakan kepalanya begitu keras berdenyut.
"Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja" cecar Emran dengan nada lirih.
"Daddy !" suara nyaring Yasmine yang begitu saja masuk kedalam ruangan nya.
"Sayang" Jawab Emran dengan merubah mimik wajahnya menjadi lebih ramah.
Emran segera menghampiri sang putri, berjongkok, dan mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan gadis kecil di hadapannya.
"Mommy mana dad?" tanya Yasmine penuh semangat.
Emran tersenyum getir mendengar pertanyaan sang putri "Oh, paman Amir sedang memanggilnya" kilah Emran yang tidak tahu harus mengatakan apa pada sang putri.
Tidak mungkin bagi Emran untuk mengatakan kenyataan yang sebenarnya pada sang putri.
Yasmine pun menganggukkan kepala dengan bahagia, berjalan menuju sofa Yang dan di ruang kerja Emran, disusul dengan kedua pengasuh Yasmine dari belakang.
Menatap dari meja kerjanya, Emran begitu meras bersalah pada sang putri, melihat rona bahagia Yasmine yang begitu mendamba kedatangan Annisa membuat nya begitu merasakan perih yang begitu menyayat relung hati.
Emran memilih untuk berbohong , meskipun saat ini dirinya tidak mengetahui keberadaan Annisa dimana.
***
Pagi ini Annisa terbangun dengan pikiran dan hati yang lebih segar.
"Annisa" Sapa Aisha yang berjalan menuju kamarnya.
"Ka.. !, hati-hati" Ucap Annisa dengan mengusap perut Aisha yang mulai membuncit karena kehamilan yang sudah memasuki bulan ke tujuh
Kedua kakak beradik itu memang begitu menyayangi, terbukti jika ada kesulitan apa pun dari salah satu diantara mereka, maka keduanya akan selalu sigap untuk membantu.
"Kakak pengen ngajak kamu ke pasar, Mau ?" ajak Aisha pada sang adik.
Wajah Annisa pun berbinar mendengar ajakan dari sang kakak, sudah cukup lama rasanya Annisa tidak pergi ke pasar, sudah sejak selama di Dubai, Annisa jarang pulang, dan seandainya pulang pun Annisa tidak pernah kemana-mana.
Sehingga saat ini Annisa merasa sangat bahagia dengan ajakan sang kakak.
"Annisa siap-siap dulu ya ka, kakak tunggu sebentar" Ucap Annisa dengan berbalik dan masuk ke dalam kamarnya.
Beberapa saat menunggu akhirnya Annisa telah siap.
"Yuk !" Ajak Annisa dengan wajah cerah yang tertutup oleh cadar.
Dulu sebelum Aisha hamil, ketika keduanya akan keluar bersama, Annisa akan membonceng sang Kaka menggunakan motor Scoopy kesayangannya, namun kali ini Annisa tidak berani membonceng sang kakak, jadi keduanya memilih memesan taksi online untuk mengantarkan ke pasar.
Tujuan Aisha adalah membeli beberapa Keperluan untuk dapur dan yang harganya jauh lebih murah di banding dengan membeli di supermarket
Menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, akhirnya keduanya sampai di depan pintu masuk pasar modern, menyusuri jalan sempit menuju kios-kios penjual bumbu dapur, dan bahan masak lainya.
Karena konsepnya pasar modern , jadi lapak-lapak pedagang pun sudah di tata dengan rapi, jadi lebih memudahkan pembeli untuk mencari barang tertentu.
Bukan Annisa jika melupakan tradisi lama, Annisa yang terkenal suka nawar jika berbelanja, saat ini mengeluarkan keahliannya dalam hal tawar menawar.
Aisha pun sampai di buat geleng-geleng dengan tingkah sang adik, namun tidak masalah baginya, karena Annisa pun juga masih dalam batas wajar dalam memberikan penawaran pada para pedagang.
Tidak butuh waktu lama akhirnya semua keperluan dapur, terutama untuk dapur besar pesantren telah di dapatkan semuanya.
Annisa sedikit kerepotan dalam membawa banyak kantong plastik berisi belanjaan, karena dia tidak tahu akan sebanyak ini.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk meminta bantuan pada jasa angkut untuk membawa belanjaan ke luar pasar.
Setelah berada di luar pasar Annisa merogoh saku gamisnya. mencari benda pipih serbaguna uang selalu dia gunakan untuk berkomunikasi dengan siapapun. Berniat untuk memesan taksi online.
"Ka" suara Annisa sedikit panik
Aisha haya memandang sang adik dengan dahi berkerut.
"Ka, Lhoo !" panggil Annisa lagi dengan semakin panik, dan meraba setiap saku yang ada di gamisnya, dan memeriksa Sling bag miliknya.
"Astaghfirullah ada apa Nis ?" tanya Aisha yang melihat Annisa begitu panik
"Ka , handphone Annisa ka !" pekik Annisa dengan wajah bingung
"Handphone kamu dimana ?" tanya Aisha, dan Annisa hanya menjawab dengan gelengan kepala, seraya masih berusa ha mencari handphone miliknya.
"Kamu taruh dimana tadi ?" tanya Aisha yang juga berusaha mencari.
"Aku masukan dalam saku ka, Annisa ingat sekali" ucap Annisa
"Ya Allah, Bagaimana ini " Ucap Annisa dengan wajah panik.
"Ka Coba di telepon nomor Annisa" pinta Annisa pada sang Kaka.
Aisha dengan sigap pun mengeluarkan handphone miliknya dari dalam tas, dan segera menekan tombol panggilan pada nomor handphone Annisa.
"Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan"
"Ya Allah Nis, Nomornya tidak bisa di hubungi" ucap Aisha panik
"Astaghfirullah " gumam Annisa.
Sejenak suasana menjadi panik.
Setelahnya Annisa meminta sang kakak untuk menunggu, dan dirinya akan kembali ke tempat sebelumnya dimana mereka membeli beberapa barang belanjaan.
Annisa sedikit berlari, satu demi satu pedangan dia tanya i dan dia pastikan ada atau tidak handphone miliknya yang mungkin saja terjatuh di sekitaran tempatnya berbelanja.
Cukup lama Annisa berputar-putar , menundukkan kepala, meneliti setiap sudut dan setiap tempat yang sebelumnya dia singgahi.
***
Dengan langkah gontai Annisa keluar , dan menyusul sang kakak yang sudah cukup lama menunggu dirinya.
"Ketemu" Tanya sang kakak setelah melihat adiknya berjalan menuju tempat ya berdiri.
Annisa hanya menggeleng lemas dengan wajah lesu.
"Astaghfirullah " gumam Aisha. Dengan menarik nafas dalam.
Sebenarnya bukan soal handphone nya yang Annisa pikirkan, namun soal nomor handphone miliknya. Karena Annisa masih harus terhubung dengan kampusnya.
kalau-kalau ada informasi penting dari kamus, berkaitan dengan wisuda nya.
"Ya sudah begini saja, kita mampir ke center saja kita minta pemulihan SIM card nya " tawar Aisha
Annisa pun menjawab dengan anggukan kepala, hal itu bisa di lakukan namun pastinya membutuhkan waktu beberapa saat dalam prosesnya.
***
apa lagi lihat di balik cadarnya anissa.
wahhh takutnya emran kena serangan cinta jantungnya