NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 03 :

Lanna terbangun lemas. Duduk di atas ranjang tempat tidur untuk ukuran satu orang. Memegangi kepalanya yang terasa pusing serta penglihatannya yang masih terasa sedikit kabur.

"Sadar juga akhirnya kau,"

Lanna melonjak kaget mendengar suara bariton tepat di telinganya yang begitu tiba-tiba. Jantungnya serasa ingin copot dan suara itu berasal dari arah sampingnya.

"Kau mengejutkanku!" Lanna memekik menoleh ke arah sang sumber suara.

Lelaki itu tidak menjawabnya, dia lantas menegakkan tubuhnya menatap datar ke arah Lanna yang masih memasang ekspresi terkejut padanya. Dadanya nampak kembang kempis.

"Aku tidak sudi melakukan hal aneh padamu. Lagipula tidak napsu dan kau bukan tipeku. Aku tidak menyukaimu," kata lelaki yang belum di ketahui namanya itu.

Melihat sang gadis di hadapannya itu langsung sibuk menutupi dadanya dengan kedua tangan seolah-olah dirinya hendak melakukan hal senonoh. Dia bukanlah seorang lelaki yang berkelakuan brengsek seperti yang di pikirkan. Justru jauh dari itu semua.

Lanna mendengus namun tidak berniat membalas perkataan apapun melalui mulutnya, menatap si lelaki berambut hitam dengan mata hazel itu berjalan mendekati jendela, memandang keluar. Sekilas ada perasaan aneh pada lelaki itu, dia setengah menoleh kepada Lanna yang masih duduk di atas ranjang tempat tidur miliknya.

"Tumben tidak membalasnya?"

"Apa? Balas apa?"

Lelaki itu membalikkan tubuhnya, Memiringkan kepala menatap Lanna serius. "Biasanya mulutmu itu bawel luar biasa. Kau tipikal perempuan yang bermulut kasar, dan kau selalu berdebat dengan siapapun termasuk diriku. Kau selalu tidak mau kalah,"

"Masa, sih?" Heran Lanna.

Bahkan Lanna benar-benar tidak mengenal siapa lelaki yang berada di hadapannya sekarang ini.

"Kau sendiri siapa?" Tanya Lanna penasaran.

"Kau sungguhan sedang mempertanyakan aku ini siapa?" Tanya balik si lelaki.

Lanna mengangguk polos. "He'em. Memangnya ada yang salah dengan itu?"

Bukannya menjawab lelaki itu kini malah terdiam menatap Lanna cukup lama sekitar 5 menit tanpa berkedip sama sekali. Membuat Lanna menjadi gugup salah tingkah sendiri. Matanya berkeliling tidak berani menatap sekaligus merasa tidak nyaman. Bayangkan saja, di tatap dalam satu detik saja sudah tidak karuan ini lagi 5 menit. Keheningan tercipta di antara mereka sesaat hanya bunyi detik jam yang mengisi ruangan tersebut.

"Xavier Walters," Jawabnya masih menatap gadis di hadapannya.

"A-ah, ya... Terimakasih sudah menjawab, Xavier... Walters?" Intonasi Lanna melambat di ujung kalimatnya merasa takut. Menundukkan pandangannya, bibirnya menyunggingkan senyuman kaku.

Sungguh, Lanna benar-benar berusaha sehati-hati mungkin terhadap lelaki yang berada di hadapannya ini. Memang, Lanna mengakui bahwa lelaki di hadapannya itu tampan dengan tubuh idealnya tapi ekspresinya yang terlihat galak serta dingin itu membuatnya sedikit ketakutan. Xavier, aura lelaki itu terlihat begitu dominan dan Lanna merasa terintimidasi dengan itu, Lanna takut di apa-apakan.

"Kau bahkan bisa mengucapkan kata terimakasih sekarang?" Kata Xavier.

Lanna sontak memundurkan wajahnya ketika wajah Xavier tiba-tiba saja sudah berada di depannya. Sebenarnya dirinya pun juga bertanya-tanya dari awal kemunculan lelaki yang sudah di ketahuinya bernama Xavier ini. Tadi tiba-tiba ada di sampingnya, sekarang tiba-tiba sudah berada di hadapannya saja dengan jarak yang dekat. Secepat kilat, seperti dalam satu kedipan mata atau bahkan tidak? Lanna tidak mengerti belum benar-benar bisa mencernanya yang jelas dia juga sedang di landa kebingungan.

"Kau, sejak kapan kau sedekat ini?" Tanya Lanna bingung sekaligus lebih tambah terkejut lagi. Namun kali ini gadis itu dapat mengontrol ekspresinya dengan baik.

Xavier duduk di tepi ranjang di dekat Lanna. Lagi-lagi menatap Lanna cukup lama seperti sebelumnya, tapi tidak selama tadi. Tatapan yang tidak bisa Lanna mengerti sama sekali. Merasa tidak tahan, Lanna pun akhirnya berkata.

"kalau memang aku memiliki kesalahan padamu aku minta maaf. Tapi tolong katakan, aku akan berusaha untuk memperbaikinya. Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Sebab—"

"Sebab apa?" Sela Xavier.

"Sebab kau membuatku takut dan juga aku malu dengan tatapanmu," setelah itu Lanna memalingkan wajah ke arah lain.

Setelah mendengarkan pengakuan Lanna yang merasa takut terhadapnya, kali ini Xavier benar-benar merasa terheran-heran di buatnya. Itu tergambar jelas melalui alisnya yang nampak mengernyit. Apalagi ketika mendengarkan gadis di hadapannya itu bisa berkata maaf dan satu lagi memperbaiki kesalahannya. Xavier mencondongkan tubuh serta wajahnya, menatap mata gadis itu secara bergantian. Sedang Lanna menundukkan pandangannya, dia tidak berani membalas tatapan mata Xavier merasa malu. Xavier melihat bagaimana pipi gadis itu memerah padam walaupun terlihat samar.

"Sepertinya kematianmu sudah membuat otakmu langsung mati dan jadi amnesia," ucap Xavier beralih menatap lurus ke depan. "Kau bahkan seperti tidak mengenaliku juga. Baru kali ini aku mendengarmu berbicara tentang maaf. Kau juga merasa malu padaku. Padahal kau bukan seorang gadis yang seperti itu, kau itu suka tidak tahu malu,"

"Apa maksudnya itu? Amnesia bagaimana? Memang aku ini kenapa? Aku tidak mengerti kau membicarakan tentang siapa. Aku ini Lan—eh?"

Lanna menghentikan ucapannya menyadari sesuatu hal. Merasa ada yang berbeda pada dirinya. Rambut, Lanna baru menyadari dengan rambutnya yang tidak sengaja tersibak oleh tangannya sendiri ketika sibuk membalas celotehan Xavier yang kini lelaki itu beralih mengalihkan pandangannya menatap Lanna kembali.

Lanna memegangi rambutnya yang tiba-tiba saja berubah menjadi panjang sepinggang dan berwarna pirang.

"A-ada apa dengan rambutku? Kenapa begini? Bukankah rambutku pendek dan berwarna hitam?" Tanya Lanna menatap rambutnya.

Bahkan Lanna merasa sama sekali tidak memiliki koleksi wig sekalipun semasa hidupnya.

Belum sempat Xavier menjawab pertanyaan Lanna, gadis itu langsung bangkit dari ranjang dan melangkahkan kakinya menuju cermin di sudut ruangan kamar. Cermin besar berbentuk persegi panjang dengan ukiran seperti akar pohon di tepinya. Di sana, Lanna berdiri menatap pantulan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan mulai terperangah. Lanna menatap pantulan wajahnya di cermin dan meraba cermin tersebut kemudian meraba wajahnya sendiri. Menggeleng pelan Lanna merasa ini bukanlah dirinya, bukan juga wajah miliknya.

"Dan kenapa dengan wajahku? Kenapa berubah? Aku tidak pernah menjalani operasi bedah plastik sekalipun, ini kenapa?" Tanya Lanna lagi namun kali ini nada suaranya terdengar lebih rendah.

Xavier datang menghampiri, berdiri di belakangnya ikut menatap pantulan dirinya serta pantulan gadis di depannya dengan tinggi sebatas lehernya. Xavier masih diam hanya memperhatikan. Belum menyahuti apapun yang di lontarkan Lanna.

Lanna membalikkan tubuhnya menghadap Xavier. Sorot matanya seolah meminta jawaban. "Aku, ini bukan aku. Ini bukanlah diriku. Aku tidak mengenal tubuh ini, wajah ini. Tolong... Tolong jelaskan padaku sebenarnya ada apa... "

Ucapan Lanna lagi-lagi terhenti. Samar-samar teringat akan satu hal. Menundukkan kepalanya Lanna menatap kedua telapak tangannya yang masih terlihat pucat pasi. Dan Lanna ingat sekarang.

Jika memang ini adalah akhir dari segalanya, akhir dari takdir hidupku yang menyakitkan, tidak mengapa. Setidaknya sebelum kematianku dan dengan cara seperti inilah aku di jemput, tidak mengapa. Setidaknya aku mengakhirinya setelah melakukan kebaikan dengan menolong manusia lainnya. Ayah, ibu... Akhirnya kita akan bersama lagi.

Adalah kata-kata terakhir sebelum kematiannya. Lalu Lanna teringat dengan tanda di lehernya. Kembali menatap cermin, menatap lehernya untuk memeriksa di balik rambut panjangnya itu kemudian matanya melebar.

"Ini, tanda ini. Sekarang sudah terlihat jelas. Tapi bagaimana?" Seru Lanna melihat sekali ke arah Xavier dan cermin bergantian.

Tanda di lehernya itu menampilkan bentuk seperti cakaran kecil, seperti cakaran hewan. Lebih mirip tanda lahir.

"Lanna Xevellyn,"

Lanna terdiam. Dengan jelas Lanna mendengar namanya di panggil oleh Xavier. Menolehkan kepala pada Xavier, menatap lelaki di hadapannya itu.

"Lanna Xevellyn," Panggil Xavier lagi.

"Kau tahu aku? Kau tahu siapa aku? Kau tahu namaku? Kau ta–tahu... "

Mendadak penglihatan Lanna menjadi kabur dan perlahan-lahan menggelap setelah itu pertahanan tubuh Lanna pun runtuh.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!