NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Skidamarink Kading Kading

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi ".

Deg

Vano menggeleng dan wajahnya kembali murung.

"Kak... Suruh team Cyber lacak lokasi terakhir hpnya." seru Mikha.

Tanpa bicara lagi, Vano segera menghubungi tim andalannya itu. Seperti mencari informasi soal Bella dan keluarganya, melacak lokasi ponsel kantor yang dibawa Rachel bukan lah hal sulit sama sekali.

"Royal Tower. Ayo Mikh... "

Mikhaela mengikuti Vano. "Wahh... Rachel Rachel cowo yang gua kenal selama bertahun-tahun spek kulkas dua pintu, bener-bener bertekuk lutut ya di kaki lu. Aohhh... Segitunya dia ngejer lu." Mikhaela terkekeh tanpa suara melihat Vano yang sibuk sekali menyetop taksi untuk mereka tumpangi menuju lokasi dimana Rachel. Sekaligus ia juga senang ia akan bertemu crushnya siapa lagi kalau bukan Jevon, kakaknya Rachel.

🍀🍀

"Ngga nyangka banget ya Hel, kita ketemu lagi. Cowo kamu posesif banget. Padahal cuma kenalan."

"Udah lah dia emang gitu. Ngga nyangka juga kamu anak temennya tante yang mau dikenalin ke aku."

"Kamu mau di Adelard sampai kapan?".

"Dua hari lagi pulang, aku minta cuti seminggu kemarin."

"Boleh ngga aku main kapan-kapan ke Orion kalo lagi senggang."

"Kurang kerjaan banget sih. Adelard ke Orion itu dua jam terbang mas bro, kamu kira segampang itu, kecuali Orion-Mithnite cuma setengah jam naik mobil."

"Ya kan kalo senggang."

"Iya ya, lupa. Dokter kan senggangnya cuma dikit. Heheh... ".

"Boleh minta nomer kamu ngga?".

"Baang... Bacain nih nomer gua, gua lupa nomer gua berapa, hape gua ketinggalan di kantor. Gua tahu lu nguping Jepon... ".

Deg

Wajah Jevon bersemu merah, sementara Sebastian sudah terkekeh melihat interaksi kakak beradik itu. Sedangkan Jevon mulai merasa kuatir pasalnya Mikha tidak lagi membalas pesannya yang terakhir.

Meskipun ada rasa janggal di hatinya, ia memilih diam. Jevon cukup penasaran apa yang terjadi, apalagi sekarang ada pria lain di samping adiknya, apakah pria lain yang sedang dalam perjalanan akan tantrum? Wahhh Jevon benar-benae excited.

Jevon hanyalah anak ayam yang sampai sekarang masih suka ke kanak-kanakan menurut Rachel, dan itu memang yang sekarang ia lakukan.

Rachel mulai bosan karena Sebastian tidak kunjung pulang dari penthouse kakaknya, padahal pria itu sudah bersamanya sejak pagi hari, sampai sekarang sudah hampir tengah malam pria itu tak kunjung pergi juga.

"Bas, aku tidur duluan ngga papa ya."

"Oh.. Kamu udah ngantuk? Oh... Astaga. Maaf Hel... Aku lupa waktu.. ", ringis Sebastian menatap jam raksasa di ruang tamu itu.

"Hehe... Keliatan sih kamu kalo udah ngomong kaya nge rap, berpuluh-puluh kata, satu napas. Duluan ya, kalo kamu mau nginep ada banyak kamar, kamu tinggal pilih, atau di kamar bang Jevon."

"Ngga, aku juga balik aja, jam 8 aku ada jadwal. Operasi."

"Ya udah, Hati-hati ya Bas.. Aku ngga anterin kamu ke basement."

"Iya, Hel. Ngga papa."

Jevon agak kecewa tidak sempat melihat pacarnya Rachel yang sedang otw itu bertengkar dengan Sebastian.

🍀🍀

Pagi hari yang dingin di Adelard, salju pertama sudah turun dia hari yang lalu, dinginnya makin menjadi saja semakin harinya membuat Rachel enggan turun dari tempat tidurnya sebelum tengah hari. Jevon pasti sudah pergi bekerja, tapi ia masih enggan beranjak dari kasurnya. Karena ia merasa nyaman sekali saat ini, hatinya terasa ringan, dan tubuhnya dipeluk seseorang. DI PELUK SESEORANG...

Spontan Rachel mendapatkan 100% kesadarannya. Jevon tidak lagi memeluknya ketika tidur sejak gadis itu lulus SMA, malu katanya sudah dewasa. Lalu siapa? Tangan kekar putih pucat...

"Aayang gue....?", pekik Rachel sangat pelan.

"Iya Ayaang ini aku... ", balas Vano.

Rachel membalik posisinya menghadap Vano yang masih setia melingkarkan tangannya. Rachel diam. Mata prianya bengkak, kantong matanya jelas sekali, bahkan belum seminggu double chin yang Rachel sukai itu agak mengecil.

Supp... Vano menarik kesayangannya lagi untuk ia peluk. Mengendus aroma alami tubuh Rachel sebanyak yang ia bisa, menciumi pucuk kepala wanitanya sebanyak yang ia bisa.

"Aku ngga salah yaang, aku ngga nyentuh siapa pun, kenapa kamu ngga tanya aku langsung, kenapa malah diam lalu ngilang gitu aja... ".

Rachel tahu saat ini prianya itu ingin meledak-ledak, ia tahu karena debar jantung prianya itu biasa ia rasakan, kencang sekali. Badan Vano juga gemetar, tapi pria itu tipe yang sangat soft spoken ketika bersamanya, tantrumnya hanya karena cemburu atau di diami. Tapi sekarang Rachel benar-benar sadar prianya ini ketakutan.

"Satu-satunya yang nyaman ku sentuh, yang berbagi selimut, berbagi makanan, itu cuma kamu yaang... Aku ngga akan mau sama yang lain yaang.. Rumahku itu kamu yaang. Kalo kamu juga pergi, aku kemana... ", isak Vano.

Air mata Vano turun ke dagu dan beberapa menetes di kening Rachel yang ia peluk.

"Percaya sama aku, Yaang... Aku udah bungkam cewe syaland itu, jangan marah lagi ya yaang, kalo marah itu yang tantrum, jangan diem-diem, serem yaang... Hiks." Tangis Vano lagi.

Rachel tetap diam mendengarkan semua keluhan prianya, ia bingung sekarang, apakah ia harus percaya, apakah ini benar? Apakah ini adalah akting Vano? Tapi kenapa meyakinkan sekali?

"Aku dibohongin mama yaang, mama nyuruh aku ngantering barang ke cewe itu, ternyata di jebak buat ngopi bareng... Trus... ".

Rachel melepas pelukannya dan menciptakan jarak, menatap Vano dengan tajam.

Supp... Dengan mudahnya lagi dan agak dipaksa Vano menarik kembali Rachel ke pelukannya.

"Dengerin dulu sampai habis." Ucap Vano karena sebenarnya ia agak ngeri ditatap seperti itu.

"Sehabis dari cafe itu dia nyeret aku ngemall seharian, dan dia mau beli parfum dan nyemprotin parfum banyak ke aku. Maaf aku ngeh nya lama yaang kemarin, maaf banget. Maaf banget.. Maaf yaang... Dan story itu aduh... Aku ngga tahu dia visi misi apa buat begituan, dan aku yakin itu tujuan dia buat manipulasi pikiran kamu, karena dia suka aku, dan dia tahu soal kita... ".

"Semua itu kamu tahu dari mana? ", Rachel keluar dari pelukan Vano dan mengeluarkan kalimat pertamanya membalas banyak sekali ungkapan Vano sejak tadi.

"Kemarin sore aku ngga sengaja nemuin buku kecil kamu, aku kira bakal dapat bocoran dari sana, ternyata isinya huruf Alien... ".

" Pfftt... "

"Jangan ketawa kamu Yaang, hati aku masih cenat-cenut ini. Terus handphone kamu pakai lowbat segala, untung chargernya sama. Yaa... Ketemu semuanya disitu. Aku taunya.... Dari situ. " Lirih Vano, napasnya kembali agak sesak, ia kembali menangis di atas kepala Rachel yang ikut diam.

"Ayaang gua ngga bohong kan? ", tanyanya akhirnya.

"Ngga, buat apa. Jujur aja masih berpotensi di tinggal apalagi bohong. Satu-satunya salahku cuma beli skincare sama nyetok kulkas berlebih, itu doang yaang. Maaf, ngga lagi lagi. Sumpah aku kira kamu marah gara-gara itu, ternyata... aohhh"

Rachel menghempas napasnya di dada Vano, aroma prianya kembali, tidak ada campuran aroma asing lainnya. Ia membalas pelukan hangat Vano di pagi hari yang dingin itu.

"Ayaang..." rengek Vano lagi, rengekan yang sebenarnya sangat Rachel rindukan.

"Hmm... "

"Abang kamu pacaran sama Mikha ya?".

"Belum, masih pedekate itu."

"Pedekate kok desah...".

"Hah? ".

Flasback setibanya di Royal Tower

Vano dan Rachel pergi menghampiri satpam hunian mewah itu. Tidak butuh waktu lama, mereka mengetahui dimana unit yang Jevon tinggali.

"Mikhaela... ".

"Bas... "

"Kok bisa ada disini?".

"Mau jemput Rachel. Kamu dari mana? ".

"Dari rumahnya Jevon, baru tahu mereka kakak adik."

"Oh.. Iya, kamu hati-hati ya. Kita masuk dulu."

Sebastian tahu dan ingat betul siapa pria itu, karena pernah hampir adu jotos jika tidak salah satunya tidak di tarik Rachel. Begitu pun Vano sudah panas sejak dari Orion, melihat story Jevon dimana si kesayangannya malah asyik kejar-kejaran dengan pria itu. Keduanya hanya saling lirik, tidak berteguran sama sekali.

Ting tong...

Bel pintu dipencet, Jevon segera membukanya. Tatapan pria itu datar apalagi kepada pria putih pucat disamping perempuan yang sedang di dekatinya.

"Mas... Ini kak Vano."

"Trus...?", Jevon terlihat datar lebih ke tidak perduli.

"Saya mau jemput Rachel." Seru Vano dengan tenang, sementara Mikha sudah panik dalam diamnya, apa yang akan dilakukan pria yang sama tinggi sama besar ini. Hanya dia perempuan disana, mana mampu ia melerai jika kedua orang ini bergulat. RACHEL.... DIMANA RACHEL...

"M-mas boleh kita masuk dulu?", tanya Mikha yang berusaha semampunya agar kedua pria yang saling bertatapan tajam itu teralih.

"Oh.. Iya."

Vano dan Mikha masuk. Berbeda dengan Mikhaela yang langsung duduk di sofa dengan kikuk, Vano dengan gaya bebasnya kesana kemari membuka satu persatu pintu di ruangan luas itu.

"Heh... Bihun mau ngapain lu.. !", bentak Jevon.

"Cewe gua, gua nyari cewe gua...! ", balas Vano tanpa memperdulikan formal tidaknya lagi terhadap orang yang baru saja ia kenal.

"Berani amat lu sama ade gua... ", kesal Jevon masih mengikuti Vano yang kesana kemari.

"Berani lah, kalo lu suruh gua nikahin adek lu sekarang, ayo... Sekarang! Dari pada gua ditinggal lagi, gua gila anj!n9... Ngga sanggup guaa.... ", isaknya luruh tiba-tiba didepan Jevon.

"Bisa-bisanya adek gua nemuin cowo spek yupi begini."

"Terserah lu, terserah mau nilai gua apaan. Ngga peduli gua, sekarang balikin adek lu ke gua, gua... Gua ngga bisa.. !!!! ", isaknya lebih keras.

"Lu serius kan sama adek gua, takutnya lu sama kayak Samuel. Kenal kan lu? Dia juga kerja di tempat lu."

"Dia sepupu gua."

"BERARTI LU SAMA, SAMA DIA.....!!! ", bentak Jevon ingin menggeplak Vano.

"Mas... Mas... Stop... Mas Jev... Masalah mereka biar mereka yang selesaikan mas. Udah biarin. Mas... ", Mikha berusaha menarik Jevon.

Hampir lima menit Jevon menetralkan napasnya, lalu ia bangkit dan Vano melindungi kepalanya lagu takut mendapat serangan tiba-tiba.

"Ngapain lu bihun. Itu kamarnya disana." seru Jevon kemudian menunjuk dengan dagunya, satu pintu di ujung lorong.

"Gua ngga sama kayak Samuel, gua pastiin itu."

"Good, then."

Jevon mendekati Mikha dan langsung menggendongnya ala bridal style, jangankan Vano yang melihat, Mikha yang digendong saja speechless.

"M-mas.. Mau ngapain...masmmpphh... ". serangan tiba-tiba yang diberikan Jevon sembari berjalan menggendong wanita, sahabat adiknya itu.

Brukk... Jevon menendang pintu tak berguna itu agar terbuka lalu masuk dan menendang pintu itu lagi agar menutup. Lalu tidak lama setelahnya terdengarlah bunyi-bunyian yang sangat familiar ditelinga Vano. Bunyi-bunyian yang biasa ia ciptakan bersama Rachel jika sedang skidamarink kadong kading kalau istilah Jevon di pesan chatnya.

"Woahhh... Itu tadi apa... ", serunya sendirian dan bingung. Tidak percaya akan apa yang dilihat matanya. Jevon sat set sekali.

Flashback off

"Begitu yaang ceritanya, heheheh, seru banget kayaknya abang kamu tuh... ", Vano sudah bisa cengengesan sekarang.

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!