Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Keluar dari ruang siaran Alysa cepat menemui Reyhan. Laki-laki itu kini tengah meringkuk tidur seperti kucing kedinginan. Untuk beberapa saat Alysa diam, ia berdiri memandang Reyhan secara seksama.
"Udah bangunin, kesian." ucap Arif yang berjalan melewati Alysa, bersiap untuk pulang.
Alysa berjongkok dekat kursi. "Reyhan..." panggil Alysa. Sebenarnya Alysa tidak enak memanggil Reyhan nama tanpa menggunakan embel-embel Pak, tapi akan terdengar aneh dan mencurigakan kalau Alysa memanggil Reyhan didepan orang lain dengan panggilan Pak Reyhan.
"Reyhan..."
"Rey..." panggil Alysa lagi.
Tidak kunjung bangun, Alysa terpaksa menyentuh bahu Reyhan. Tangan Alysa menepuk-nepuk pelan tangan Reyhan.
"Reyhan... Bangun ih, udah malem," keluh Alysa.
"Euh....euhh..."
"Reyhan... Bangun." bisik Alysa.
Tubuh Reyhan sudah bergerak menggeliat, matanya sedikit demi sedikit terbuka.
"udah?" tanya Reyhan dengan suara serak khas bangun tidur.
"Udah... Ayo bangun."
Bukannya bangun cepat, Reyhan justru menarik telapak tangan Alysa yang ada dibahunya menjadi berpindah ke wajahnya.
"Reyhan..." tegur Alysa.
"Bentar aja, saya masih ngantuk." sahut Reyhan dengan mata tertutup.
"Reyhan jangan gini dong, aku gak enak sama yang lain," bisik Alysa lebih dekat pada Reyhan. Kepala Alysa melihat sekitar, meskipun hanya tersisa beberapa orang di ruangan tersebut, tetap saja Alysa tidak enak. Ia takut nantinya akan menjadi bahan gosip untuknya.
"Biarin dulu, Sa. Kasian." Arif, yang notabennya senior di perusahaan Alysa bekerja memberitahu.
Alysa memberikan seringai kecil sebagai tanggapan. Tapi, usahanya tidak berenti, ia terus mencoba membangunkan Reyhan.
"Reyhan bangun." bisik Alysa.
"Hmm..."
"Reyhan aku serius ya, kalau kamu ga bangun aku tinggal sendiri," ancam Alysa.
Reyhan segera membuka mata. "Iya saya bangun." Kata Reyhan, tapi sebelum itu ia mencium telapak tangan Alysa. "Maaf, lama ya bangunin saya," ungkap Reyhan.
Alysa segera menarik tangannya dari Reyhan. Segera ia beranjak, melihat pada Arif yang hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Duluan." katanya.
Alysa mengangguk kecil. Kembali kepalanya ia putar untuk melihat Reyhan. Laki-laki itu tampak sudah segar dari sebelumnya. "Ayo..."
Alysa berjalan lebih dulu. Reyhan mengikuti dari belakang, sudah lebih dekat dengan mobil. Reyhan berlari kecil untuk membukakan Alysa pintu mobil.
"Makasih, Pak."
Reyhan memutari mobil, siap mengemudi.
"Saya lapar, bisa temani saya dulu makan malam?" pinta Reyhan, ketika keluar dari gedung siaran Alysa.
"Pak Reyhan mau makan apa?" tanya Alysa."Saya biasanya makan nasi goreng didepan sana, rasanya enak, kalau Pak Reyhan mau coba."
"Boleh."
Alysa mengangguk. "Kamu... Setiap hari pulang malam?" tanya Reyhan.
"Iya. Kenapa?" tanya Alysa.
"kamu kenapa gak minta pindah jam, akan sangat rawan Alysa, setiap hari kamu pulang malam," ungkap Reyhan perhatian.
"Saya udah bilang, tapi sampai saat ini gak di Acc, saya bisa apa?"
Reyhan menatap Alysa, tangan kirinya terulur mengelus kepala Alysa. "Saya harap kamu bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik kedepannya."
"Kenapa?" tanya Alysa.
"Kenapa apanya?"
"Kenapa Pak Reyhan mau saya mendapat pekerjaan lebih baik?" tanya Alysa.
"Karna pekerjaan ini terlalu rawan kalau dilakukan setiap hari, Alysa."
"Selain itu?" tanya Alysa penasaran.
Reyhan tersenyum kecil. "Kamu mau saya jawab apa?"
"Apa?" tanya Alysa, sadar kalau pertanyaannya tidak perlu untuk diutarakan.
"Saya gak tau, kamu mau saya jawab apa, makanya saya tanya."
"Gak perlu." jawab Alysa singkat. Kenapa Alysa ini? Kenapa ia tidak puas akan jawaban Reyhan.
"Kita berenti di depan?" tanya Reyhan.
"Iya berenti depan."
Reyhan segera memarkirkan mobil dekat tenda nasi goreng. Sudah aman, Reyhan segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Alysa.
"Kalau nasi goreng gak enak, saya marah sama kamu." kata Reyhan.
"Percaya deh, enak."
Sampai di tenda nasi goreng, Alysa segera memesan dua nasi goreng. Satu untuk Reyhan dan satu lagi untuknya.
"Pedes gak?" tanya Alysa pada Reyhan disampingnya.
"Jangan."
"Pak satu pedes, satunya lagi enggak." ucap Alysa pada pembuat nasi goreng.
Kebetulan, malam ini nasi goreng tempat Alysa makan tidak cukup ramai. Jadi, Alysa bisa dengan cepat mendapatkan pesanan tanpa menunggu lama.
"Gimana? Enakkan?" tanya Alysa pada Reyhan.
"Iya."
Alysa tersenyum bangga. "Lidah saya gak pernah salah."
"Termasuk ciuman dengan saya?" bisik Reyhan seketika membuat Alysa hampir tersedak.
"Uhuk..uhuk..." Alysa terbatuk, yang segera diberi minum oleh Reyhan. Tanpa rasa bersalah, Reyhan bukannya meminta maaf ia justru mengulum senyum.
Alysa ingin menegur, tapi kondisinya tidak memungkinkan, saat ini keduanya di depan umum. Berbeda kalau hanya berdua, sudah pasti telinga Reyhan ditarik Alysa hingga merah kesakitan.
"Pelan-pelan." tegur Reyhan.
Ditengah Alysa masih dongkol karna ulah Reyhan. Secara tidak disengaja, kekasihnya, Rian datang. Ia seorang diri datang untuk membeli satu bungkus nasi goreng.
Ya Tuhan, Alysa lupa kalau tempat nasi goreng yang kini ia datangi bukan saja tempat biasa ia makan, melainkan tempat Alysa dan Rian kalau perutnya keroncongan diwaktu tengah malam tiba.
"Alysa." panggil Rian.
Kaki Rian mendekat pada meja. Melihat pemandangan janggal didepan matanya. Alysa yang tertangkap basah, terlihat panik akan kedatangan Rian.
"Sayang..." panggil Alysa.
"Kamu makan sama Dosen kamu?" tanya Rian curiga.
Alysa menutup mata sebentar untuk menenangkan diri. "Ee...Nggak." sahut Alysa.
"Terus?" tanya Rian.
"Kita...kita ga sengaja ketemu disini. Aku baru pulang siaran mampir, kebetulan Pak Reyhan ada disini." ucap Alysa bohong.
Rian menganggukkan kepala. "Kamu sendiri?" tanya Alysa.
"Aku baru pulang juga." ucap Rian memandang Reyhan yang santai masih melanjutkan makan malamnya.
"Udah makannya?" tanya Rian.
Alysa memandang nasi goreng sisa miliknya di piring. Sama sekali ia tidak berselera melanjutkan makan, ia lebih memikirkan bagaimana dengan Reyhan.
"Udah." sahut Alysa.
"Ayo pulang." ajak Rian. Segera Alysa mengangguk setuju, Alysa berdiri dari tempat duduk.
Selesai satu bungkus nasi goreng dibuat untuk Rian. Segera tangan Alysa ditarik oleh Rian. Tanpa berpamitan, tanpa melihat kebelakang, Alysa melenggang pergi meninggalkan Reyhan seorang diri.