Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam
Ke esokkan paginya Ana tersadar dari tidurnya, Beberapa kali ia mengerjapkan mata dan terkejut dengan sekitarnya. Ana pun bangun dan mendapati tangan kirinya terpasang infusan. "Aku di UGD, tapi siapa yang membawaku kesini" ucap Ana lesu.
Ana memanggil seorang perawat yang sedang lewat "Suster!"
"Anda sudah sadar?".
Ana mengangguk. "Apa yang terjadi padaku dan siapa yang membawaku kesini?"
Suster itu tersenyum "Yang membawa anda tadi malam seorang laki-laki dia bilang anda pingsan di jalan"
"Apa dia bilang namanya"
Perawat itu menggeleng. "sebenarnya dia baru saja pulang, dia menunggu anda di sini semalaman lebih tepatnya sih dia tertidur disebelah anda dan..". suster itu menunjuk bungkusan, "Dia menitip ini agar setelah sadar anda memakan apa yang ada di dalamnya"
Ana terheran-heran "Benarkah?". Suster itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan Ana.
"Siapa?.. Dia bahkan menungguku semalaman di sini" Ana berpikir keras "Apa dia John?" Ana menggeleng "Tidak mungkin, tapi bisa saja dia merasa bersalah" ucap Ana.
***
Di lain tempat yakni di gedung perkantoran pusat kota Harry Corp. Saat ini Harry pagi-pagi sekali menghadiri rapat di kantornya " .. Agar karyawan kita kerjanya bisa lebih efektif dan efisien maka kita akan meningkatkan lagi cara kinerja mereka." ucap salah satu karyawan.
semua orang terdiam menatap Harry yang tengah sibuk memperhatikan laptopnya. Harry melihat ke arah mereka "Baiklah sekian untuk hari ini"
Semua orang bubar meninggalkan ruangan rapat hingga menyisakan Harry dan Jimms. "Sepertinya anda tidak pulang kerumah pagi ini"
"Aku habis dari rumah sakit, kau tau dari mana aku tidak pulang pagi ini".
"Tante Cristy menghubungiku tadi pagi dia mengkhawatirkan anda, tapi kenapa anda bilang habis dari rumah sakit". Tanya Jimms.
Harry mengelak "Apakah menurutmu aku harus menjalankan rumah sakit menuruti perintah Kakek dan melepas perusahaanku ini"
"Jika anda menjalankan rumah sakit berarti anda siap menikahi Jenna" tanya Jimms.
Harry menggeleng.
"Pasti ada cara lain untuk tidak melepas perusahaan ini tapi tetap mematuhi kemauan kakek tanpa harus menikahi Jenna". Sahut Jimms.
Harry berpikir keras.
***
Di sebuah taman rumah sakit, Ana sedang duduk santai. Ana membuka bungkusan yang di tinggalkan "Baik sekali dia meninggalkan makanan ini untukku, malangnya nasibku" Ana menghela napas.
Ana mengunyah makanannya "Eem~ Enak sekali!!! astagaaa dia pasti bukan John, John mana mungkin begini."
"Aku jadi penasaran." ucap Ana.
"Untung saja hari ini aku masuk shift malam, aku masih ada waktu sampai sore untuk mencari tempat tinggal.
Ana melihat kopernya "Tapi dimana aku akan tinggalkan dia"
"Benar aku akan titipkan sebentar di rumah Marrie" Ana pun cepat-cepat menghabiskan makanannya dan bergegas menuju rumah marrie kakak iparnya.
Sesampainya di rumah marrie, Ana terkejut melihat keadaan tubuh marrie banyak terdapat luka lebam "kenapa dia begitu jahat"
Marrie tersenyum "ini salahku karena tidak bisa melawannya, tapi aku akan pulang kerumah orang tuaku aku sudah tidak tahan lagi bersamanya."
"Aku tidak menyangka John sampai berbuat seperti ini"
"Aku akan pergi secepatnya Ana, sebelum beberapa preman itu mencari John kesini sepertinya rumah ini juga tidak aman lagi john banyak berhutang".
Ana mengangguk dan menatap anak john yang sedang bermain "Kau benar kalian harus pergi secepatnya sebelum hal yang lebih parah lagi terjadi."
Marrie melihat koper "Apa kau juga akan pergi seperti kami?"
"Sebenarnya aku ingin menitipkannya sebentar di sini, tetapi kau bilang akan pulang ke rumah orang tua mu"
"Kenapa?"
"John menjual rumahku kemarin, dan aku harus mencari tempat tinggal sekarang"
Keduanya terdiam dan menghela napas panjang "Begini saja kau ikut kami" ucap marrie.
Ana menggeleng "Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku" sahut Ana sedih.
Keduanya pun hanya tertunduk lesu.
***
Sarah keluar dari rumahnya "Ana!" Sarah langsung memeluk Ana. "Masuklah" sarah membawa masuk Ana.
"Terima kasih sarah, maaf sudah merepotkanmu"
"Sudahlah jangan seperti, seharusnya kau menghubungiku secepatnya kau boleh datang kesini semaumu".
"Dimana orang tuamu"
"Oh mereka saat ini sedang liburan"
"Kau sendirian disini"
"Iyah," Sarah membawa Ana ke kamaranya "Beristirahatlah, apa kau sudah makan?" tanya sarah.
Ana menggeleng. "Baiklah ayo kita ke dapur untungnya aku masih memiliki beberapa makanan" ajak sarah.
Mereka pun menikmati makanan bersama "Aku tidak percaya kakakmu akan berbuat sejauh ini, dia sama sekali tidak memikirkanmu." ketus sarah.
"sejauh ini, ini yang paling jauh" ucap Ana.
"Sudahlah kita lupakan itu, saatnya kita fokus kedepan yakni mencari tempat tinggal untukmu"
Ana mengangguk "Kau benar, hari ini aku ingin istirahat sejenak karna sebentar lagi masuk shift malam, besok aku mencarinya."
"secepat itu kau mau bergerak, santai saja dulu Ana kau bisa tinggal di sini sepuasnya"
"Tidak sarah, aku tidak ingin menyusahkanmu terlalu banyak. Terima kasih karena kau sudah baik padaku" kata Ana tersenyum.
"kau ini kenapa, kau anggap aku ini apa" sahut sarah kesal.
Ana tersenyum melihat sarah yang kesal.
-
-
-
To be continued...