"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5. Melempar Kail
"Selamat malam Pak Ardi." Anin langsung bersuara saat ponselnya di angkat oleh kontak yang di tujunya.
"Selamat malam juga. Ya, bu?" Sambut suara laki-laki di seberang yang di sapanya dengan Pak Ardi itu.
"Pak Ardi, mulai besok tolong kirimkan semua laporan keuangan dan laporan perkembangan perusahaan kepada saya” Pinta Anin sembari mencari posisi nyaman duduk di atas tempat tidurnya yang telah di bersihkan oleh mbak Parmi sedari sore tadi.
Anin sengaja meminta malam ini tempat tidur mereka lebih rapih dan harum dari biasanya. Sepray yang di gunakan adalah yang terbaru. Matanya melirik pada lilin Aromatherapy di pinggir tempat tidur. Sempurna! Dia siap untuk menyambut Suaminya, Galih, pulang dari puncak malam ini.
"Tumben, bu?” Sahut Pak Ardi terdengar bingung, dia adalah orang kepercayaan Anin yang dipercayakan mengurus perusahaan mengatasnamakan dirinya. Dulu adalah asiaten ayahnya, kini adalah satu-satunya orang kepercayaan Anin yang tahu siapa jati diri Anin sebagai pemilik setengah dari saham di perusahaan itu.
Jadi, selama ini yang orang tahu pak Ardi adalah salah satu dewan direksi perusahaan di bawah om Haryo, tetapi sesungguhnya dia adalah pegawai rahasia milik Anin yang menjalankan bagiannya di perusahaan itu.
“Aku tiba-tiba merasa perlu untuk memeriksanya.” Dalih Anin. Selama ini dia tak banya tanya soal perusahaan, yang dia tahu perusahaan itu berjalan di bawah kendali om Haryo saja dan semua baik-baik saja. Lelaki tua yang melajang sampai tua itu sangat menyayanginya, perceraiannya dengan istrinya puluhan tahun yang lalu sangat membekas di hidupnya sehingga dia memilih tak menikah lagi dan fokus mengurus perusahaan dan mengangkat Anin menjadi anak adopsi diam-diam. Dokumen itu di rahasiakan, atas permintaan Anin.
Sekali lagi Anin tak ingin terlihat sebagai seorang perempuan kaya di mata siapapun terkhusus di depan suaminya Galih. Menjaga rasa percaya diri suaminya sebagai kepala keluarga itu lebih penting baginya untuk bisa hidup normal sebagaimana ibu rumah tangga lainnya di dunia ini.
“Pak Ardi, termasuk semua pengeluaran selama setengah bulan terakhir yang menggunakan nama bapak. " perintah Anin kemudian.
Di seberang tak menyahut, sepertinya dia sedikit tertegun dengan permintaan Anin.
"Apakah pak Ardi mengerti?" Tanya Anin memecah hening, sedikit bersikap tegas, pertanda dia tak menerima pertanyaan apapun yang berhubungan dengan permintaannya yang tak biasa itu.
"Baik, Bu."
Jawaban pak Ardi singkat dan padat meski Anin bisa membayangkan kebingungan di wajah pak Ardi.
"Tolong, tetap rahasikan semuanya, ya.” Tambah Anin lagi sebelum mengakhiri panggilan.
Sejenak suasana hening, mata Anin terpaku pada jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Ini sudah cukup malam, tapi belum ada tanda-tanda Galih pulang seperti janjinya yang pulang sore, sehari lebih cepat dari jadwal kepulangan yang di katakannya di awal. Tentu saja Anin bisa menebak, ada hubungannya dengan Ratna yang pulang tadi siang itu.
"Hhhh..." Anin menghela nafasnya, entah ke berapa kalinya dalam beberapa jam ini. Tak ada puterinya di tempat tidur, Gita sudah di ungsikannya ke kamar anaknya itu. Gita hanya tidur dengannya jika Galih sedang dinas luar saja.
Di tatapnya piyama dress yang dikenakannya, masih baru, tetapi tentu saja tidak se hot jika menggunakan lingerie. Anin menahan diri untuk tak bersikap mencurigakan jika dia terlihat berubah mendadak untuk mencuri perhatian suaminya. Ini cukup untuk malam ini, tak perlu berlebihan. Ucapnya dalam hatinya terdalam.
Dia ingat bagaimana wajah Ratna tadi siang usai mereka berdua menghabiskan waktu di salon, ketika dia mengajak Ratna untuk menjemput Gita dari sekolahnya. Anin sengaja meminta sopir pulang setelah mengantarnya ke salon, jika perkiraannya meleset dan Ratna tak muncul di salon dia kan meminta sopirnya untuk menjemputnya lagi.
Tetapi, anin sudah merencanakan, jika tiba-tiba Ratna muncul di salon, dia akan menumpang mobil Ratna dan memintanya mengantar dirinya ke sekolah Gita.
“Aku heran dengan gossip perselingkuhan yang sedang beredar di medsos sekarang, seorang pelakor menyerang istri sah dengan membuka aib suaminya dan dirinya. Sepertinya, menurutku, dia tidak waras.” Anin memulai obrolan yang menjurus sekedar mencari reaksi Ratna menanggapi soal isu perselingkuhan seorang artis yang sedang marak itu.
“Oh, si artis c@del itu?” Ratna cepat menangkap, alisnya yang rapih itu naik tinggi. Tetapi tangannya menunjukkan kegelisahan saat memegang erat setiran mobil yang sedang dalam posisi parkir itu.
“Iya, dia berkoar-koar sudah menjalani perselingkuhan bertahun-tahun di belakang bersama suami orang. Sungguh prestasi yang luar biasa untuk seorang pelakor.” Anin berpura-pura terkekeh, menunjukkan seakan itu sebuah lelucon.
Mereka berdua berada di dalam mobil hanya berdua, di halaman parkir sekolah Gita yang di khususkan bagi penjemput. Anin sengaja berbicara demikian hanya mereka berdua saja, dia sesungguhnya masih tak percaya dengan perbuatan suami dan temannya itu karena itu dia bersikap seolah tak terjadi apa-apa sampai saat ini.
Sesaat Ratna diam, parasnya menegang.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Anin sambil melirik Ratna.
"Hah?" Ratna tergagap.
"Itu, si artis yang mengaku pelakor itu..."
"Oh..." Wajah Ratna merona sesaat sebelum ujung bibirnya naik dan berkata,“Iya, tidak tahu malu sekali jadi perempuan.”
"Sudah selingkuh, malah di wartakan kayak pengumuman saja. Tidak mikir itu." Ratna menimpali kemudian dengan wajah tanpa dosa.
“Heran jaman sekarang, kok orang bangga sekali ya, ketika berhasil menjadi perusuh dalam rumah tangga orang. Dia tidak mikir apa kalau itu dosa?” Anin melirik pada Ratna, pias perempuan itu biasa saja, malah sudut bibirnya tertarik sekaan mencemooh.
“Itu orang memang tidak ada urat malunya. Selingkuh kok di bangga-banggakan. Aku sih, kalau ada perempuan yang menggoda suamiku dan berselingkuh dengan suamiku, akan kutarik rambutnya. Biar dia tahu diri.” Ucapan itu di semburkan oleh Retno dengan bersemangat, sungguh tak ada yang akan mengira jika dia sebenarnya berbuat lebih kejam dari artis itu mungkin.
Dia berselingkuh dengan suami temannya sendiri! Itu seperti menusuk orang yang telah memepercayainya dengan segenap hati.
“Kamu akan menjambaknya, begitu?” Anin menoleh pada Ratna dengan tajam, yang di tatap sedikit jengah.
“Hey, tentu saja! Memangnya kamu akan membiarkan orang yang merebut suamimu?”
Anin sungguh berdecak dalam hati, dia tak menyangka sahabatnya itu begitu pro dalam berbohong bahkan sekarang dia benar-benar tak layak di curigai dengan kenaturalan sikapnya.
Anin menganggukkan kepalanya sekan membenarkan pendapat temannya itu. Dia sedang melempar kail ke dalam kolam dan ikan serakah itu kini mematuknya.
“Tentu saja, perempuan mana yang sudi di selingkuhi. Tetapi jika aku mendapati suamiku bermain gila dengan pelakor, kamu tahu apa yang akan ku lakukan?” Anin mengernyit dahinya sambil terlihat berfikir.
“Apa?” Ratna terkesiap sejenak.
“Aku akan membunuh mereka berdua perlahan-lahan.”
Masi ngelak aja ya. . emosi gw bacanya...