"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Digo dan Manda kebetulan memang sedang ada di rumah Rezka, mereka dikejutkan dengan kedatangan Fadhil bersama keluarganya.
Rezka berfikir, hanya silaturahmi biasa. Karena Rezka dan Raffa memang partner bisnis sejak dulu sampai sekarang. Mereka juga termasuk dekat. Rezka menyuruh tamunya untuk masuk, duduk di ruang tamu.
"Tumben nih kalian datang enggak kasih kabar, kalau kasih kabar kan pasti istri saya Lea akan memasakkan masakkan spesial," kata Rezka basa-basi.
"Jadi gini, Pak Rezka. Saya mohon maaf dulu, atas kedatangan saya sekeluarga secara dadakkan. Pasti membuat Pak Rezka sekeluarga bingung, selain silaturahmi. Saya datang sebagai orang tua kandung Fadhil Arsakha Wiraguna, untuk melamar putri Pak Rezka yang bernama Amanda Stevani Ferlando." Raffa lah berusaha memulai pembicaraan.
Duar! Seperti disambar petir disiang bolong. Orang tua Manda, Manda dan Digo sangat terkejut buatnya. Mereka menatap Manda bingung, Manda sendiri tidak tahu apa-apa. Karena memang Fadhil sama sekali tidak membicarakan tentang lamaran ini padanya. Zatta pun sama, bahkan Zatta tidak ikut ke mari bersama keluarga Fadhil.
Semua diam, sampai Rezka yang akhirnya berbicara. "Mohon maaf sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya. Saya sebagai orang tua Manda, tidak bisa menerima lamaran Nak Fadhil untuk Manda."
Keluarga Fadhil kecewa dengan penolakkan langsung yang Rezka berikan. "Kenapa lamaran kami di tolak kalau boleh tahu?" Raffa sangat penasaran dengan alasan ditolaknya lamaran putranya.
"Di dalam islam tidak boleh, melamar perempuan yang sudah terlebih dahulu di lamar pria lain. Manda putri kami memang sudah di lamar lebih dulu oleh pria lain, yaitu Digo yang ada di samping Manda. Bahkan pernikahan mereka sudah ditentukan, tinggal menghitung hari akan terlaksana." Rezka berusaha menjelaskan semua dengan sesopan mungkin.
Fadhil tidak langsung percaya dengan ucapan Rezka, ia tahu Digo dan Manda sepupuan. Digo pergi untuk mengambil sesuatu, tak lama kemudian Digo datang membawa sebuah undangan.
"Di undangan itu tertulis nama saya dan Manda, saya dan Manda memang sepupu. Tapi kami sama sekali tidak ada ikatan darah, jadi kami bisa menikah. Pernikahan kami nantinya juga sah. Silakan Anda dan keluarga Anda datang untuk menyaksikan pernikahan kami," kata Digo sambil menunjukkan undangan pernikahannya dengan Manda.
Raffa langsung mengajak keluarganya pulang, tanpa pamitan pada keluarga Rezka. Ia merasa sangat dipermalukan, karena ulang putranya sendiri yaitu Fadhil. Kenapa asal melamar seorang gadis, tanpa ia cari tahu dulu semuanya.
"Udah, ah Mas. Yang berlalu biarlah berlalu, enggak usah di bahas lagi," kata Manda.
"Iya, sayang."
Pesta selesai, semua berjalan sangat lancar. Manda dan Digo sudah berada di kamar hotel.
"Kita kan udah malam pertama, sayang? Sekarang mau lagi atau gimana?" tanya Digo sengaja untuk menggoda istrinya.
"Aku terserah, Mas aja." Mendengar jawaban Manda, Digo langsung mendekat untuk mencium Manda.
***
Pagi yang indah, menyapa pasangan yang baru saja meresmikan pernikahan mereka secara negara. Sekarang mereka tidak perlu khawatir lagi.
"Pagi, sayang," sapa Digo yang sudah bangun duluan, lalu menciumi wajah sang istri.
"Pagi, juga. Suamiku tersayang."
"Morning kiss sayang," pinta Digo dengan memasang puppy eyes.
"Perasaan dari tadi, Mas Digo tuh udah ciumin wajahku. Sekarang masih minta morning kiss?"
"Ya, enggak papalah, sayang. Kan Mas dari tadi yang cium kamu, sedangkan kamunya belum cium, Mas. Mas juga pengen dong kamu cium." Tanpa lama-lama, Manda langsung mencium pipi suaminya. Digo salting dibuatnya.
Ponsel Digo berbunyi, sangat menganggu. Digo ingin membiarkannya padahal. Namun, suaranya sangatlah berisik. Digo memang lupa mengheningkan ponselnya.
Digo mengambil ponselnya yang ada di dalam nakas. Manda bingung, ponsel siapa yang Digo ambi di nakas. Padahal yang ia tahu, ponsel Digo bukan itu.
"Ponsel siapa itu, Mas?" tanya Manda langsung, ia takut malah berfikir aneh-aneh.
"Ponsel, Mas. Sayang. Sebentar ya, nanti Mas akan cerita sama kamu." Digo berkata seperti itu, agar Manda tidak bertanya-tanya dulu. Karena nanti ia akan menceritakan semuanya pada sang istri.
"Gawat! Kiara yang memvideo call." Manda tidak mengerti mengapa sang suami sampai berkata gawat, karena di video call Kiara. Padahal tinggal diangkat saja.
"Kenapa gawat, angkat aja, Mas. Aku enggak papa."
"Masalahnya tubuh Mas sekarang, sampai leher pun itu penuh sama kissmark yang kamu buat semalam, sayang. Nanti kalau Kiara lihat gimana, terus ini juga nanti kamu keliatan Kiara juga enggak enak."
Manda baru ingat, memang semalam terlalu banyak membuat tanda di tubuh suaminya. Manda jadi malu sendiri saat teringat hal itu.
"Aku punya ide." Manda langsung mengambilkan selimut, lalu menyelimuti tubuh suaminya.
"Nah, kalau gini kan udah nggak keliatan Mas?" Benar, yang Manda katakan. Tubuh Digo dibungkus selimut, jadi sama sekali tidak keliatan bekas kissmarknya. Namun, kalau memakai selimut begitu. Digo seperti orang kedinginan.
"Kalau Kiara nanti tanya gimana, kenapa aku selimutan gini?" tanya Digo pura-pura polos.
"Jawab apaan kek, udah ah ngobrolnya. Angkat tuh telfonnya, bunyi terus," titah Manda. Digo langsung mengangkat video call dari Kiara, Manda sudah bersembunyi agar tidak ketahuan Kiara. Jika ia ada di kamar bersama Digo, kalau ketahuan kan bahaya juga.
"Assalamualaikum Ki, maaf baru angkat video callnya. Soalnya aku baru bangun," kata Digo saat video callnya sudah nampak wajah Kiara.
"Waalaikum salam, Mas Digo. Iya enggak papa, harusnya akulah yang minta maaf sama Mas. Udah ganggu istirahat Mas," balas Kiara dengan dilembut di sebrang sana.
"Enggak ganggu, kamu kenapa Ki? Ada yang penting? Kondisi kamu drop lagi apa gimana?" Digo memberikan pertanyaan beruntun kepada istrinya, terlihat juga wajah khawatir Digo. Manda yang ada di bawah ranjang bisa melihatnya.
Manda seperti ini, seperti ia adalah seorang istri simpanan. Yang harus sembunyi-sembunyi dari istri sah suaminya. Padahal Manda kan yang istri pertama, istri sah secara agama dan negara pula. Sedangkan Kiara kan hanya istri kedua, siri juga lagi.
