NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

"Ya, benar, aku tidak bisa menjelaskan apa-apa, seperti itulah maksudku" bu kiki membenarkan ucapan bu fani sambil tersenyum kikuk.

"Tentu saja, disisi lain pekerjaan yang dilakukan di luar sana semata mata hanya untuk keluarga. Dia mencari nafkah untuk keluarga. Masing-masing punya perannya sendiri.

Suamimu hari, punya tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya, jika kamu mengurus anak, maka dia akan bekerja dengan tenang" ucap bu fani lagi dan lagi membuat bu titin merasa tidak enak hati mendengarnya.

Sementara itu, seperti biasa Rangga duduk seorang diri di bawah pohon mangga depan rumahnya sambil membaca komik.

Dari kejauhan terlihat Jihan menghampiri Rangga dengan membawa satu piring cemilan pisang goreng. Saat berada di dekat Rangga, Jihan langsung duduk disampingnya dan ikut melihat apa yang dibaca Rangga sambil menikmati gurihnya pisang goreng.

"Aromanya wangi, dan sangat enak" Jihan mendekatkan pisang goreng hangat tersebut, tepat di hidung Rangga.

Rangga menghela nafas, melirik sesaat piring yang dibawa Jihan, kemudian menoleh kesamping untuk membelakangi Jihan sambil menggigit ujung bibirnya seolah ikut merasakan gurihnya pisang goreng hangat tersebut.

"Cobalah, ayah yang menggorengnya, ini benar-benar enak" ucap Jihan mendekatkan satu pisang goreng di dekat pipinya.

Rangga terus saja diam, namun sudut matanya melirik kearah pisang goreng yang berada di dekat wajahnya.

"Pisang goreng krispi rasanya benar-benar enak, aku sangat suka" ucap Jihan.

Dari balik pagar, sepasang mata tengah mengawasi tingkah Jihan yang terus saja menggoda rangga.

Dalam diam, sebenarnya rangga ingin ikut merasakan pisang goreng tersebut, namun dirinya tidak berani untuk berterus terang, jika dirinya mau, dia hanya bisa menggigit ujung bibirnya sambil membolak-balik buku yang dibawanya.

"Alhamdulillah, ini benar-benar enak" ucap jihan yang menghabiskan pisang goreng didekat rangga, memakannya sendiri tanpa menghiraukan orang lain.

Malan harinya, rangga tengah belajar, di ruang tengah, mengulang kembali pelajaran dari sekolah. Sementara bu titin, duduk tidak jauh dari rangga. Tatapannya sangat tajam, wajahnya terlihat seperti menahan emosi.

"Ceklek" terdengar suara pintu rumah dibuka.

"Assalamualaikum" ucap pak hari mengucapkan salam setelah menutup pintu.

"Waalaikum salam" jawab rangga.

"Wah, sedang berkumpul rupanya, Alhamdulillah, rajin sekali anak papa ini" ucap pak hari.

"Kalian sudah makan atau belum?" Tanya pak hari.

Rangga tidak menjawab begitupun bu titin.

"Ini aku bawakan nasi goreng, ini aku beli dipenjual yang ada di dekat taman itu, sebentar aku ambilkan piring dulu, ya!" ucap pak hari meletakkan tentengan berisi tiga bungkus nasi goreng.

"Rangga, pergilah, bermain diluar sebentar" perintah bu titin.

"Baik bu" paham akan situasi, rangga langsung menutup buku dan bergegas keluar rumah.

"Lo, rangga mau kemana, makan dulu, papa akan mengambilkan piring" pak hari menahan putranya yang hendak keluar rumah, karena dirinya akan mengambilkan piring.

"Sayang, ini sudah malam, kamu menyuruh rangga bermain diluar" ucap pak hari.

"Rangga keluar" teriak bu titin.

Rangga pun hendak keluar namun pak hari tetap menahanya.

"Sayang apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kamu menyuruhnya keluar, rangga sini duduk dan makan papa ambil piring dulu" ucap pak hari meminta rangga untuk duduk.

"Apa yang terjadi, mas menyuruh bu kiki dan bu fani datang ke sini dan mengatakan semuanya bukan" ucap bu titin dengan nada kesal.

"Kenapa mereka datang, aku tidak menyuruh mereka!" bantahnya.

Seketika Rangga pun berlari keluar meninggalkan kedua orang tuanya yang tengah berdebat.

"Rangga, mau kemana kamu nak".

"Apa yang mereka katakan, aku tidak mengerti?" ucap pak hari tidak.

"Jangan berpura-pura kamu mas, jika mas tidak memberitahu mereka tentang masalah keluarga kita, mereka tidak akan datang kesini" ucap bu titin kesal.

"Aku tidak mengatakan apapun tentang masalah keluarga kita, aku bersumpah, aku tidak pernah meminta mereka untuk datang. Sudah lupakan saja, aku mau ganti baju, sebentar lagi, aku harus kembali ke kantor" ucap pak hari tegas.

Seketika bu titin beranjak berdiri. "Pergi lagi, enak saja, baru datang sudah mau pergi lagi, mas tidak boleh kemanapun malam ini" pinta bu titin.

"Kenapa tidak boleh, anak rekan kerjaku sedang sakit, aku sudah menyanggupi bahwa aku akan menggantikan posisi berjaga malam ini" ucap pria itu.

"Anak rekan kerjamu sakit, dan mas menggantikannya, lalu dimana mas, saat anak kita sakit, hah, dimana kamu mas" teriak bu titin histeris.

"Sayang, bisakah kau tidak membicarakan hal ini lagi" balas pria memelas.

"Tidak bisa" teriak bu titin semakin histeris.

"Sayang,, bisakah kau tenang" bentak pak hari membuat bu titin seketika diam dan langsung menangis.

"Sayang, maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu" ucap pak hari mencoba menenangkan bu titin.

"Maafkan aku" ucapnya lagi.

"Aku capek, aku baru saja pulang kerja, aku hanya ingin kita makan malam bersama, itu saja" ucap pak hari memohon.

"Apa?, Kamu lelah, baiklah" seketika wanita itu lemas, mengartikan ucapan suaminya dengan maksud yang lain.

"Baiklah, aku mengerti" ucap bu titin terkekeh sambil tertunduk lemas.

"Terimakasih atas pengertiannya" sahut pak hari. Pertengkaran pun berakhir.

Tak lama kemudian bu titin kembali histeris, dan pertengkaran mulai terdengar lagi dari rumah lian.

Di luar rumah, rangga duduk dibawah dibawah pohon sambil menangis. Dalam hati kecilnya, sebenarnya ia tidak sanggup bila orang tuanya terus berdebat. Namun dirinya harus menerima kenyataan tentang tidak harmonis keluarganya.

"Rangga,,,, apa kamu sudah makan" panggil lian dari balik tembok.

Rangga menoleh tidak menjawab.

"Kakak pisang gorengnya masih ada, pisang goreng buatan ayahku rasanya benar-benar enak" ucap Jihan. Lian menatap putrinya memberi tanda agar untuk mengajak bocah lelaki itu ikut makan bersama keluarganya. Jihan kemudian bergegas menghampiri rangga.

"ayahku juga membuatkan telur dadar, ayo, ikutlah denganku" sahut Jihan memaksa rangga ikut dengannya.

Karena kondisi perutnya yang terus meronta minta diisi, tanpa dipaksa ia langsung ikut dengan Jihan menuju rumahnya.

"Ayo masuklah" ajak lian yang sudah menunggu di depan pintu. Lian pun menghela nafas, menatap sebentar ke arah pintu rumah sebelah, kemudian menutup pintu, menyusul Jihan dan Rangga yang sudah masuk lebih dulu.

"Makan pelan-pelan ya, jangan sampai tersedak" bu titin merasa sesak, melihat rangga makan dengan begitu lahapnya, seperti anak yang belum makan dua hari.

"Enak ya" tanya lian.

Rangga menjawab dengan anggukan kemudian melanjutkan makan dengan cepat.

Rangga merasa senang karena bisa makan bersama dengan keluarga Jihan, dengan penuh cinta.

Tak lama kemudian mereka telah selesai makan.

Bu titin berada didapur untuk mencuci peralatan makan yang kotor, lian pergi ke masjid, sementara Jihan dan Rangga duduk di ruang tengah untuk menonton televisi.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!