Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜
Happy reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih Cintaku
Kini Jenny tertidur dipelukan Arsen di kamar dalam. Ia terlalu kelelahan dengan 'kesibukan' mereka tadi, bahkan mereka sampai melupakan makan malam saking sibuknya. Napas Jenny teratur, lelap sekali ia tidur. Tapi Arsen belum bisa memejamkan matanya ia bahagia sekali hari ini menerima hadiah sucinya sebagai suami. Istri yang dikirimkan kakek buyutnya ia terima dengan utuh, tidak berkurang sedikitpun. Ternyata begini rasanya memiliki seseorang seutuhnya, secara halal.
"Terima kasih banyak kakek buyut." batinnya.
Ia gemas sekali dan sesekali menciumi pipi Jenny. Disatu sisi ia merasa sangat bersalah, menyesal dan putus asa, tidak tahu harus mulai dari mana, ia sudah menyakiti Jenny selama ini. Sejak ia memboyong Jenny pertama kali ke mansion itu ia sudah menuding istrinya itu 'cuma butuh uang' hingga pada akhirnya Jonathan aka Jojo aka musuh bebuyutannya menyadarkannya. Ia sungguh merasa malu pada dirinya sendiri.
Bagaimana ia akan meminta maaf pada Jenny nantinya? Bagaimana caranya agar setelah ini Jenny benar-benar harus menggunakan uang darinya? Bagaimana caranya memohon agar istrinya itu agar bisa egois sedikit dan menguras harta miliknya?
Sesuai dengan saran Jonathan, ia menyuruh Billy mengecek mutasi black card yang ia beri pada Jenny sejak mereka menikah, hatinya runtuh seketika menerima kabar dari Billy bahwa tidak ada mutasi apapun pada kartu itu. Semuanya seperti awal diberi kepadanya. Jenny tidak menggunakan uangnya sepeser pun.
Ia kembali teringat membuntuti Jenny pergi ke toserba atau pergi dengan Naura sahabatnya yang notabene selalu di traktirnya. Intinya Jenny tidak menggunakan uangnya sedikitpun selama mereka menikah. Dan terbayang pula butik mewah ditengah kota, yang barang-barangnya selalu jadi bahan rengekan Andin pada masanya.
'The Venus'
Ia kagum sekaligus merasa sangat dibodohi.
"Nggh... ", Lenguh Jenny sambil memutar posisinya. Bibir merah Jenny sungguh menggoda, darah Arsen kembali berdesir dibuatnya, dan sesuatu yang tadinya sudah tertidur, mendadak bangun kembali.
Cupp... Arsen mencium singkat bibir Jenny dengan lembut, menggigit-gigit kecil hingga sang empu terbangun merasa terganggu.
"Ngg.. kamu kok ngga tidur sih?", tanya Jenny sembari masuk ke dalam pelukan Arsen.
"Sayang..."
"Hmm?"
"Makasih banyak."
"Buat apa?"
"Kamu ngasih aku hadiah yang ngga akan aku lupain sampe kapanpun, aku bahagia banget." seru Arsen sambil mencium pucuk kepala Jenny.
Wanita itu tersenyum, menyugar surai suaminya itu ke belakang. Manik mereka masih lekat bertatapan satu sama lain. Suasana di luar masih gelap, masih jam tiga pagi.
"Masih jam tiga pagi Sen." seru Jenny semakin mendekat, mengusap lembut bibir suaminya.
"Terus kalau jam tiga pagi kenapa sayang?", tanya Arsen yang meremang karena Jenny perlahan bertingkah aneh. Jenny yang kelihatan polos, datar, dan dingin berubah liar dalam semalam karena Arsen. Ia membenarkan posisinya, dan menci*umi leher Arsen, sibuk sekali wanita itu mengabsen seluruh sudut leher Arsen, dengan gaya 'tidak ada nanti atau esok', Arsen yang diperlakukan begitu mendadak panas dingin dan menyambar bi*bir Jenny dengan rakus.
Tidak kenal waktu, mereka kembali melakukan 'kesibukan' itu berulang-ulang. Jenny yakin besoknya dia tidak akan bisa berdiri dengan benar, ia juga menyesal memancing Arsen tadi, pasalnya suaminya itu menggempurnya sampai jam tujuh pagi.
Ia benar-benar bersumpah tidak akan berani-beraninya memancing Arsen lagi, hasrat yang dimiliki suaminya itu padanya ternyata jauh lebih besar dari pada dugaannya.
🌼🌼
Setelah kejadian malam pertama yang terjadi di usia pernikahan mereka yang hampir menginjak satu tahun itu. Arsen dan Jenny benar-benar terlihat sebagai suami istri, benar-benar bucin tak kenal tempat, Jenny kira sewaktu Arsen menggempurnya hingga jam tujuh pagi itu akan menjadi yang terakhir untuk hari itu.
Ternyata ia salah besar, semuanya berlanjut, kelihatannya Arsen tidak pernah dan tidak bisa lelah. Parahnya mereka berdua bahkan tidak ke kantor selama tiga hari. Jenny benar-benar ampun melihat suaminya itu.
"Temenin ke toserba yuk." ajak Jenny menghampiri Arsen yang bersantai di sofa ruang tamu mereka, wanitanya itu tiba-tiba saja duduk di pangkuan Arsen dan mencium pipi kiri prianya itu.
"Siap nona." semangat Arsen langsung bangkit, takut sesuatu yang ia inginkan terjadi lagi.
Perjalanan kesana memakan waktu hampir 20 menit, Arsen yang menyetir sesekali melirik istrinya yang sibuk. Wanita itu kelihatan seperti begal yang sedang menyusun rencana. Ia melipat kedua kakinya, menulis di catatan kecil, dan terlihat berpikir keras mengingat sesuatu.
"Kamu ngapain sih? Repot banget kayanya." heran Arsen.
"Ummm ini, lagi nyatet barang-barang yang mau aku beli. Soalnya aku suka ngebug kalo udah sampe disana. Jadi harus di list dulu.", jawab Jenny masih melakukan aktivitasnya tanpa menolehi Arsen.
"Sayang...", seru Arsen.
" Hmm?", masih berkutat dengan catatannya tanpa menoleh.
"Ntar malem lagi ya...", kata Arsen sambil melirik aneh.
"Mesum aja lu...", semprot Jenny sambil mengibaskan catatannya ke arah Arsen.
"Gemes banget sih istri gua, jadi pengen nidurin." gemes Arsen merapatkan giginya.
"Sayang!!! Diem bisa ngga! Ngeblank nih." kesal Jenny.
Tawa Arsen pun meledak dan hatinya kembali meleleh, itulah pertama kalinya Jenny memanggilnya 'sayang'. Sejujurnya ia merasa agak sedikit ngeri pergi ke toserba, karena ia pertama kali bertemu dengan Jonathan disana, dan ia kembali teringat Jenny tidak menggunakan uang pemberiannya sedikitpun.
Grepp...
Arsen segera menggenggam tangan Jenny sekeluarnya mereka dari mobil menyusuri parkiran menuju pintu masuk. Jenny hanya terdiam dan menatap tangannya yang digenggam erat Arsen.
Tapi dalam hatinya, "Manis amat teted kw gua.. " 🥲
"Let's go sayang." serunya.
Tidak ada yang terlalu istimewa, hanya berbelanja seperti biasa.
"Lucu nih, mau ngga?"
"Boleh sayang."
"Sen, ini lucu nih."
"Sayang ini..."
"Sayang itu..."
"Mau makan ini ngga?" Ini dan itu berbagai macam hal yang di tunjukkan Jenny pada Arsen, sebegitu excited nya dia berbelanja bersama, ini adalah belanja pertama mereka selama pernikahannya.
"Kenapa ngga dari dulu aja ya, sebahagia ini ternyata." batin Arsen memandang istrinya sibuk memasukkan benda yang diinginkannya ke dalam troli yang didorongnya.
"Kamu kok dari tadi mau mau aja sih, pasrah banget. Komplain kek apa kek." protes Jenny.
"Apapun yang kamu suka, aku suka sayang." balas Arsen mendaratkan ciuman kecil di pipi Jenny tanpa perduli orang di sekeliling mereka. Semua perlakuan Arsen seolah ingin memberi tahu dunia bahwa wanita yang di sampingnya ini adalah miliknya, segala perlakuan dan sentuhan yang ia lakukan agar orang lain bisa melihat identitas Jenny, miliknya.
"Pulang yuk, jadi pengen gigit kamu." seru Jenny sambil berbisik sensual ditelinga Arsen.
"Okehhh Lesgohh...", teriak Arsen semangat 45, sambil menarik tangan Jenny dan trolinya, sontak tawa gadis pendek itupun meledak.
Sampailah disesi membayar, Arsen buru-buru mengeluarkan black card nya karena ia melihat Jenny sudah memegang kartu yang bukan pemberiannya.
"Loh kamu kok pakai itu? Kartu yang aku kasih mana?"
"Oh.. aku salah bawa tadi, aku juga baru notice."
"Natural amat bohongnya." batin Arsen sambil menerima kartunya kembali dari kasir.
Tangan pasangan muda itu tidak terlepas sedikitpun, yang lagi bucin-bucinnya, pacaran yang mereka lakukan setelah menikah ternyata se seru ini, tidak ada ketakutan, tidak ada kekuatiran, halal yang menyenangkan, mereka bebas melakukan apa pun dan itu SAH.
Jreng...
Pihak ke empat tiba-tiba muncul di hadapan mereka, Andin Angeline yang pirang sexy. Arsen terlihat panik, tapi ia agak bingung melihat ekspresi Jenny yang biasa saja, lebih ke arah bodo amat. Sebenarnya yang terjadi hati istrinya itu sedang tidak baik-baik saja, ia merasa ada yang patah melihat Andin muncul didepannya, seperti dejavu, masih terasa bagaimana matcha lattenya disiram kasar ke wajahnya.
"Kamu betul-betul udah lupain aku?", tanya Andin dengan air mata berderai. Arsen menggenggam tangan istrinya lebih erat, Jenny merasakan suaminya panik dan terganggu.
"Kamu ada perlu apa Andin, bukannya urusan kita udah selesai?", tanya Arsen akhirnya.
"Kamu bener-bener pergi dari aku, Sen? Sampai hari ini aku masih ngga rela, dan terus nungguin kamu hiks...", tangis Andin dan Jenny tetap tenang.
"Sayang, aku tunggu di mobil ya, rambut mba nya pirang, silau banget, hehe.", cup satu ciuman mendarat di bibir Arsen, bahkan sempat-sempatnya ia melumat bibir prianya itu ditengah waktu sesingkat itu, dan tersangkanya yang pendek berjinjit untuk melakukannya, lalu melangkah pergi dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
"Peringatan nih.", batin Arsen dan tersenyum ragu. Hal yang dilakukan Jenny menjadi tamparan keras bagi Andin.
Jenny menunggu di mobil dan memperhatikan mereka yang sedang berdebat tidak jauh.
"Awas lu ya, lima menit lagi itu drama ga kelar, gua pastiin itu jin pirang pulang-pulang sakit mental.", celetuk Jenny.
Terlihat diluar Andin mencak-mencak dan menangis ria minta kejelasan, sampai-sampai orang disekeliling mereka mulai memperhatikan.
"Woah, ga bener nih, padahal baru 4 menit.", sambil melirik jam yang melingkar si pergelangan tangannya.
" Bodo ah."
Jenny turun dari mobil dan kembali menghampiri mereka. Arsen yang semula mulai bingung, merasa sangat lega ketika istrinya datang. Sejujurnya ia ingin ditolong, hanya saja ia gengsi memintanya.
"Apa sih mba yang mau dibahas, dari tadi ga kelar-kelar. Berat banget kayanya ini. Kita tuh sibuk mba. Ara urusan penting di tempat tidur, udah berhari-hari nih ngga kelar-kelar, ini mau di lanjut lagi. Lu malah ganggu waktu kita, umm ngga perlu gua jelasin kan mau ngapain?", tanya Jenny ogah-ogahan. Arsen mengulum bibirnya dan melirik istrinya.
"Istri gua parah." pekik Arsen dalam hati.
"Semua ini gara-gara kamu ! Kamu udah mempengaruhi Arsen. Dia berubah, semua ini gara-gara kamu! Hiks.. hiks.", tangis Andin lagi dengan gaya di imut-imutkan.
"Ya gimana ya? Bagus kan. Pengaruh gua ke dia sebesar itu. Nge jauhin dia dari yang... Hmm ya modelan yang kayak begini. Jadi stop ya mba. Udah. Selesai disini. Dia punya gua, milik gua seutuhnya, dia suami gua. Jangan sekali-kali temui dia lagi, gua tahu kok maksud kedatangan lu yang ngga tahu malu ini apa.
Lu kehilangan ATM berjalan kan? Duit dia habis ke gua semua mba, dia ngga punya duit lagi buat dikasi ke elu. Udah ya. Please, gua masih mode kalem ini. Ayo sayang kita pulang.", seru Jenny sambil berbalik arah menggandeng tangan suaminya.
"Hiks... hiks... Arsen hiks." jerit Andin lagi.
Seketika itu juga Jenny langsung berbalik lagi dan melepas genggaman Arsen.
"Diam!!!!", bentak Jenny, dan spontan Andin kicep. Arsen sudah memasang ancang-ancang kalau-kalau istrinya akan berubah anarkis, mengingat kelakuannya di butik kala itu, takutnya Jenny melakukan hal yang sama hari ini.
"Gua gampar juga lu lama-lama. Lu ngga ngaca? Sepulang dari gua jambak kemarin? Lu ngga ngaca rambut lu naik sebelah? Lu ngga takut hari ini pulang-pulang kepala lu botak? Lu ngga inget kemarin rambut lu rontok banyak di tangan gua? Gua paling ngga bisa ngadepin yang modelan menye-menye kaya lu begini.
Kalo lu kira gua bakal jadi tim istri sah yang sedih pasrah dan mengalah kayak di drama-drama, lu salah besar Andin. Milik gua ya cuma milik gua, ngga ada yang bisa ngerebut. Elu yang pertama sekali pun, emang lu bisa apa? Dia punya gua, paham." jelas Jenny menantang, Andin hanya bisa sesegukan, dan sangat terpukul dengan semua ungkapan Jenny. Ia benar-benar tamat hari ini.
"Udah sayang. Ayo kita pulang. Andin, dia istriku, semua yang dia katakan itu benar. Jadi tolong berhenti, kamu juga berhak bahagia, tapi ngga harus ganggu kebahagiaan orang lain." tambah Arsen sambil menggandeng istrinya meninggalkan tempat itu. Andin benar-benar tidak berkutik, sepertinya Jenny bukanlah lawannya.
Sementara keadaan di dalam mobil sedikit canggung. Arsen paling tidak nyaman ketika raut wajah istrinya kembali ke awal mereka bertemu, datar, dingin, dan tidak bisa diprediksi.
"Sayang."
"hmm?"
"Kamu ngga marah kan?"
"Marah ke kamu ya ngga lah, tapi kalo ke jin pirang itu ya jelas marah, marah banget."
"Makasih karena ngga marah ke aku, kalo ke yang lain bodo amat lah, asal jangan ke aku heheheh..." cengengesan Arsen.
"Bisa ngebut ngga yang, aku laper, tenagaku habis ngomelin tuh cewe." keluh Jenny, Arsen hanya tertawa dan mempercepat laju mobil.
Arsen ketika istrinya mode tantrum sama cewe lain, be like :
Jangan lupa vote ya yeorobun 🥲
.
.
.
Tbc ... 💜
tbc...💜