"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Pecah
Angin dingin menerpa wajah Zhi Renxiao, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia duduk tegak di Kursi Patriark, sebuah singgasana berukir naga yang melambangkan kekuasaan tertinggi di Klam. Zhi. Senyum licik menghiasi bibirnya, matanya berbinar dengan ambisi yang tak terbendung.
"Renxiao, kamu tidak berhak duduk disana!" Suara lantang Zhi Sao, kakak laki-lakinya, menggema di aula utama. Sosoknya muncul dari balik tirai sutra, gagah berani tanpa sedikitpun tanda kelemahan.
"Kamu? bagaimana bisa kamu masih bisa berdiri?" tanya Zhi Renxiao, suaranya dingin seperti es. Ia yakin Racun Ular Hitam yang ia masukkan ke mulut Zhi Sao secara langsung akan memberikan kelumpuhan yang mematikan.
"Kamu tercengang melihat aku masih bisa berdiri. Ini karena Putraku Zhi Hao. Ketika kamu pergi selepas meracuniku, dia datang dan mengobatiku. Dan dia juga sudah menceritakan semuanya tentang ambisimu yang memainkan Trik hari ini," jawab Zhi Sao, suaranya bergetar dengan amarah yang terpendam.
Zhi Renxiao hanya sebentar terkejut. Senyum liciknya kembali merekah. "Lalu, apakah semua ini bisa merubah kenyataan? Aku tetap akan menjadi Patriark selanjutnya. Kamu lebih baik menyerah, selagi aku masih menghormatimu sebagai Kakak."
Zhi Sao tertawa getir. "Hormat? Renxiao, kamu telah melupakan semua nilai yang diajarkan oleh leluhur kita. Kamu telah mengkhianati kepercayaan Klan Zhi, mengkhianati darah dan ikatan keluarga kita!"
Zhi Renxiao berdiri, tubuhnya memancarkan aura dingin yang menusuk. "Kekuatan adalah segalanya! Dan aku, Zhi Renxiao, akan menjadi yang terkuat di Klam Zhi! Siapapun yang menghalangi jalanku akan kuhancurkan!"
Seorang pemuda berambut hitam legam mendekat dan berdiri di samping Zhi Sao. Wajahnya tampan, matanya tajam seperti elang. Ia adalah Zhi Hao, putra Zhi Sao.
"Zhi Renxiao, kamu telah melakukan kesalahan besar dengan meracuni ayahku," kata Zhi Hao, suaranya dingin dan penuh ancaman. "Aku akan menghukummu atas kejahatanmu!"
Zhi Renxiao tertawa mengejek. "Kau? Anak kecil yang baru belajar berjalan? Kau tidak akan bisa menghentikanku!"
Zhi Hao melangkah maju, tubuhnya bergerak cepat seperti kilat. Ia melayangkan pukulan yang cepat dan tepat, mengenai dada Zhi Renxiao. Zhi Renxiao terhuyung mundur, terkejut dengan kecepatan dan kekuatan Zhi Hao.
"Kau memang kuat, anak muda," kata Zhi Renxiao, matanya menyipit. "Tapi aku lebih dari satu memiliki Trik!"
Zhi Renxiao mengeluarkan pedang panjangnya, Pedang itu memancarkan aura hitam pekat, penuh dengan racun mematikan. Zhi Hao menarik napas dalam-dalam, bersiap menghadapi serangan Zhi Renxiao.
Treng!
Treng!
"Kau tak akan pernah bisa mengalahkanku!" teriak Zhi Renxiao, suaranya bergema di aula Klan Zhi
"Kita lihat saja," jawab Zhi Hao dingin.
Tiba-tiba, dengan gerakan cepat, Zhi Hao menarik pedang dan memutar tubuhnya seraya melepaskan tekniknya, "Teknik Pedang Kilat - Hujan Kilat!"
Begitu cepatnya ayunan pedang itu hingga tak memberikan kesempatan untuk Zhi Renxiao menghindar sepenuhnya. Ia pun pada akhirnya tertebas, perutnya terluka cukup dalam.
Craz!
Untungnya pada saat itu ia berhasil mundur, sehingga luka yang diberikan oleh sabetan Zhi Hao dangkal. Meskipun begitu, darah tetap saja banyak keluar dari luka.
"Keparat, aku bunuh kau!" ujar Renxiao, amarahnya meledak. Ia memainkan Pedang Hitam miliknya dengan hanya satu tangan, karena memang ia memiliki satu tangan itu saja. Hal ini juga memberinya kekurangan dalam hal menekan lawan, sehingga Zhi Hao berhasil menekannya.
"Kau lemah, Zhi Renxiao!" ejek Zhi Hao, matanya berbinar-binar.
"Kita lihat siapa yang lemah!" balas Zhi Renxiao, suaranya bergetar menahan rasa sakit.
Beng!
Zhi Hao kembali berhasil menendang. Ia menendang tepat di luka bagian perut. Jadi pedihnya begitu terasa oleh Zhi Renxiao. Ia terhuyung mundur, memegangi perutnya yang terasa seperti terbakar.
"Kau sudah kalah, Zhi Renxiao!" teriak Zhi Hao, pedangnya teracung siap untuk memberikan serangan terakhir.
Zhi Renxiao terengah-engah, matanya menatap tajam ke arah Zhi Hao. Ia merasakan darah mengalir deras dari lukanya, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia masih memiliki satu kartu as yang belum digunakan.
"Kau salah, Zhi Hao," ujar Renxiao, suaranya lemah namun penuh tekad. "Aku belum kalah!"
Zhi Renxiao segera memberikan kode dengan suara.
beberapa orang muncul di sana.
"kalian, mengapa ada disini?" Zhi Sao berteriak saat melihat Xiao Ming dan tiga tetua lainnya.
"aku sudah bekerjasama dengan Klan Zhi. tentu saja kalau ada yang mengusik Tanta aku akan datang." jawab Xiao Ming.
Zhi Renxiao tersenyum saja saat melihat Xiao Ming. rencana telah berjalan cukup mulus. kalau saja Zhi Sao tetap sakit, maka itu lebih mudah.
Zhi Renxiao mendekati Xiao Ming dan menunjukkan ke arah Zhi Hao, "dia cukup kuat."
"Hanya anak muda kemarin sore. kamu saja yang tidak becus." ujar Ming Xiao. Tiba-tiba saja ia mengeluarkan Pisau, pisau itu langsung menghujam jantung Renxiao.
"Kamu!?" Renxiao terjatuh sambil. Merasa tidak percaya pada kenyataan bahwa dia malah mati. Padahal dia yang menyempurnakan rencana.
Zhi Hao hanya menatap itu tanpa iba. "Karma" ujarnya, hanya kata itu. Kemudian dia bersikap untuk menghadapi Xiao Ming.
"Para Tetua, buktikan dedikasi kalian untuk Klan Zhi.” seru Zhi Sao. Ia Berdiri dengan tegas, bersiap untuk mengambil alih situasi yang mendesak. Ketegangan di udara semakin terasa, dan semua orang tahu bahwa pertarungan ini belum selesai.
Xiao Ming menatap Zhi Hao dengan senyum sinis, "Kau pikir kau bisa menghentikanku? Klan Zhi sudah lama terbelah, dan semua ini hanyalah awal dari kehancuran kalian."
Zhi Hao menggenggam pedangnya erat, merasakan kemarahan membara di dalam dadanya. "Kau ikut campur urusan kami, Xiao Ming! Kematian Zhi Renxiao akan menjadi balasan untuk semua perbuatan ini!"
Dengan gerakan cepat, Zhi Hao melancarkan serangan. Pedangnya bersinar di bawah sinar matahari, menciptakan bayangan yang menakutkan. Namun, Xiao Ming sudah bersiap. Ia menghindar dengan lincah, lalu menyerang balik dengan pisau yang masih berlumuran darah.
Para tetua di belakang Zhi Sao bersiap-siap. Mereka tahu bahwa mereka harus menunjukkan kekuatan mereka untuk membuktikan loyalitas kepada Klan Zhi.
Mereka menyerang orang-orang Klan Xiao yang juga bergerak ke arah mereka.
Pertarungan disana langsung pecah dengan berbagai senjata gemerincing Di Telinga
"Jangan hanya berdiri di sana! Bantu Zhi Hao!" perintah Zhi Sao, suaranya penuh tekanan. Ia berkata pada Penatua Keempat Zhi Xing dan Zhi Meng.
Dua Penatua itu maju, satu dengan tongkat panjang dan yang lainnya dengan senjata berbentuk sabit. Mereka menyerang secara bersamaan, mencoba menekan Xiao Ming dari berbagai arah. Namun, Xiao Ming adalah seorang petarung yang terampil. Ia menghindar dan melawan dengan kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti mata.
Zhi Hao memanfaatkan momen itu. Dengan kekuatan penuh, ia mengayunkan pedangnya ke arah Xiao Ming, berharap serangannya bisa melukai musuhnya.