Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 20
🍁Kantor Rafael🍁
Tok ... tok ... tok ...
"Ya, masuk." Sahut suara bariton dari dalam ruangan.
Tak ... tok ... tak ... tok ...
Suara bunyi sepatu hells berjalan masuk ke dalam ruangan. Pria itu mengira sekretaris nya lah yang datang ke dalam ruangan nya. Hingga bunyi sepatu hells berhenti tepat di hadapannya. Dan pria itu tetap belum menyadari akan kehadiran wanita lain masuk ke dalam ruangan nya.
"Ya, ada apa?" Pria itu masih fokus dengan setumpuk berkas yang ada di meja kerjanya, tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.
"Saya cuma mau bilang I love you." Wanita itu mendekatkan wajahnya tepat ke arah pria yang ada di hadapannya.
Mendengar alunan suara yang begitu merdu dan familiar di indra pendengarnya, membuat pria itu menghentikan aktifitasnya. Lalu mendongakkan wajahnya ke arah sumber suara.
Ya pria itu tak lain adalah Rafael yang sedang bergelut dengan beberapa berkas di atas mejanya.
"Angel! Kenapa kamu sudah ada disini? Kita kan janjian jam 11 sayang." Rafael terkejut mendapati wanita yang berstatus sebagai pacar virtualnya, kini sudah berada di dalam ruangan miliknya.
"Ya bisa dong. Aku tadi habis dari mall, jadi kebetulan banget kan aku mampir kesini." Angel tersenyum manis menatap lekat wajah tampan Rafael.
"Kamu kenapa sih? Kok kayak gak senang gitu." Protes Angel menatap tajam pada Rafael.
"Ck, kok gak senang sih. Ya jelas aku happy banget lah melihat kamu ada di sini."
Rafael kemudian beranjak dari kursi kebesarannya, berjalan menghampiri Angel kemudian memeluk erat tubuh kekasihnya.
Tring ... tring ... tring ...
Terdengar bunyi suara telpon dari gawai Rafael yang di simpan di saku celananya. Dengan gesit tangan kekarnya mengambil gawai pipih.
Rafael sedikit menjauh dari Angel membuat wanita itu mengerutkan keningnya menatap heran dengan tingkah laku Rafael.
"Hallo, saya dari Toko Jewelry ingin bertanya mengenai review anda atas pembelian cincin berlian Blue Safir." Ucap manager toko tersebut dari ujung seberang telpon.
Angel terus memperhatikan Rafael yang tengah berbincang dan sedikit mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Baik Pak, nanti saya akan hubungi lagi untuk reviewnya."
"Oke, Pak Rafael."
Sambungan telpon pun terputus, lalu Rafael menyimpan kembali gawai pipih nya ke dalam saku celananya.
"Sayang, cincin milik aku sudah datang ya." Tanya Angel dengan wajah binarnya.
"Emmm ... iya cincin itu sudah datang, tapi ...."
"Tapi kenapa, Sayang?"
"Maaf Angel! Cincin itu ada di Stella."
Sontak jawaban Rafael berhasil membuat Angel naik pitam. Gelombang emosinya sudah terkumpul penuh di kepalanya, dan seakan ingin meledak di kala itu.
"Kamu tuh benar-benar keterlaluan! Cincin yang harusnya aku pakai kenapa ada di tangan Stella." Bentak Angel menatap tajam Rafael sembari jari telunjuknya menunjuk tepat ke dada bidang pria itu.
"Angel ... dengar ya aku bisa jelasin semuanya." Pinta Rafael menyentuh bahu wanita yang ada di hadapannya.
"Terserah yang jelas kamu benar-benar keterlaluan!"
Angel melangkahkan kakinya keluar menuju pintu meninggalkan ruangan Rafael.
"Angel ... Angel ...."
Dengan langkah kaki lebar Rafael pun keluar meninggalkan ruangannya, mengejar Angel yang di selimuti oleh amarah. Wanita itu berjalan melangkah menuju ke arah lift
'Dasar menyebalkan! Rafael ini benar-benar nyebelin banget sih. Gak ngerti perasaan Aku.'
"Angel ...!"
"Ngapain kamu kesini?" Tanya Angel ketus tanpa menatap pria yang ada di hadapannya.
Kini mereka berdua berada di dalam lift menuju lobby.
"Angel, tolong kasih aku waktu untuk menjelaskan semuanya sama kamu, sebentar saja." Mohon Rafael dengan raut wajah melas.
"Kemarin aku ketahuan menyimpan cincin dalam mobil. Jadi aku terpaksa memberikan cincin itu ke Stella karena aku bilang cincin itu milik Roni, asistenku yang akan di berikan pada kekasihnya. Kalau aku tidak beralasan seperti itu, semuanya pasti ketahuan dan bisa hancur. Dan aku tidak mau hal itu terjadi. Please ... kamu mengerti sedikit dong, aku minta maaf." Terang Rafael berusaha coba meyakinkan Angel untuk mempercayai dirinya.
"Ya, mungkin udah nasibku aja selalu di nomer duakan sama kamu." Sahut Angel kembali menatap Rafael dengan sorot mata tajam bak seekor elang yang ingin memakan mangsanya.
"Buktinya saja cincin yang harusnya buat aku kamu berikan ke Stella, kamu bisa bayangin gak sakit banget hati aku." Lagi dan lagi Angel mendorong tubuh Rafael dengan jari telunjuknya yang dia letakkan di atas dada bidang pria itu.
Rafael menarik nafas dalam-dalam. "Sayang, tolong dengarkan aku ... aku mengerti perasaan kamu. Oke, aku minta maaf! Aku janji, akan mengganti semuanya yang jauh lebih bagus, indah dan sempurna untuk kamu."
"Kamu bisa pegang janji aku, ok!"
Rafael menatap lekat wajah Angel berusaha untuk meyakinkan kembali wanita yang ada di hadapannya.
"Sayang ... please, maafkan aku ya."
Rafael menarik tubuh Angel ke dalam pelukannya berusaha menenangkan kekasihnya itu.
Ting
Pintu lift pun terbuka.
"Ya sudah kamu lanjut saja kerja. Aku capek, mau pulang dulu." Angel mengurai pelukannya lalu melangkahkan kakinya berjalan keluar dari lift meninggalkan Rafael tanpa menunggu persetujuan dari pria itu.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memperhatikan kebersamaan mereka dari kejauhan, tak lupa dia mengambil beberapa gambar Rafael dan Angel, untuk dia berikan pada bosnya.
Setelah kepergian Angel tiba-tiba gawai pipih nya berdering kembali, sontak Rafael mengangkat panggilan tersebut.
"Ya ... hallo."
"Halo, Pak Rafael, kami hanya ingin memberitahu jika Pak Rafael telah berhasil mendapatkan berlian langka yang waktu itu anda pesan di kami."
"Apa! Anda bilang saya berhasil mendapatkan Berlian Sunrise Red itu?"
Rafael mengulang kembali perkataan manager toko tersebut dengan sudut bibir yang tertarik ke belakang membentuk senyuman yang indah. Sontak wajah Rafael kembali bersinar tidak seperti tadi terlihat mendung.
"Oke, kalau begitu saya segera kesana mau cek barangnya."
"Baik pak, kami tunggu sekarang."
Sambungan telpon pun terputus.
Dan tanpa Rafael sadari Angel memperhatikan dirinya yang sedang berbincang dengan manager toko berlian itu. Dengan rasa penasaran yang menyelimuti dirinya, Angel mengikuti Rafael.
'Sebenarnya itu berlian apa sih?'
Angel membuka gawainya ingin memastikan kembali bentuk dari berlian itu.
'Ya ampun ini kan berlian langka yang sangat fantastis harganya. Rafael ini benar-benar kelewatan ya, aku kemarin cuma di kasih Batu Safir Biru yang harganya standart, itu saja belum di kasih ke aku dan sekarang berlian langka ini Rafael mau kasih ke Stella.'
🍁Toko Jewelry🍁
"Selamat siang, Pak Rafael." Sambut manager toko dengan ramah.
"Selamat siang." Balas Rafael tersenyum manis lalu mendudukkan tubuh nya di kursi yang tak jauh dari tempatnya.
"Kebetulan kami sudah siapkan barangnya, sebentar ya Pak."
Manager toko itu kembali ke dalam untuk mengambil pesanan Rafael. Dan tak lama kemudian datanglah Manager itu dengan membawa sebuah tote bag yang berisi cincin berlian.
"Ini Pak, pesanan anda." Manager toko menyodorkan tote bag yang berisi kotak kecil di dalam nya terdapat cincin berlian impian Stella.
Rafael membuka kotak cincin itu dengan tersungging manis menatap benda itu.
'Akhirnya cincin impian Stella datang juga, Stella pasti happy banget.'
Kalau begitu saya minta tolong di bungkus yang cantik karena ini kejutan untuk istri saya.
"Ini Pak Rafael." Manager toko kembali datang menyodorkan tote bag yang berisi cincin berlian pesanan Rafael.
"Oke terima kasih." Rafael menerima tote bag itu dari manager toko, lalu melangkahkan kakinya keluar meninggalkan toko tersebut.
"Sama-sama Pak Rafael."
'Aku yakin ini jadi hadiah istimewa untuk Stella, setelah sekian lama akhirnya aku bisa membuat stella tersenyum bahagia lagi.'
Tiba-tiba datang lah Angel lalu dia merebut totebag dari tangan kekar Rafael.
"Angel! Tolong kembalikan cincin itu padaku."
"Lagian kamu kok bisa ada disini?" Sambung Rafael menatap heran akan kedatangan Angel yang secara tiba-tiba di toko perhiasan langganannya.
"Maaf ... aku tadi lihat kamu buru-buru jadi aku penasaran, dan terpaksa aku mengikuti kamu sampai disini."
Angel mengeluarkan kotak cincin. "Kamu pesan cincin buat Stella?" Angel bertanya sambil menelisik wajah Rafael yang terlihat menegang.
"Iya, aku beli cincin itu untuk Stella. Jadi tolong kembalikan, ok!" Pinta Rafael.
"Angel sini ...." Rafael coba meraih tote bag itu dari tangan Angel, tapi secepat kilat Angel menjauhkannya dari jangkauan tangan Rafael.
Lagi dan lagi Angel masih menggenggam kotak cincin itu sembari menatap kotak kecil itu. "Jadi, cincin yang selama ini kamu pesan untuk Stella akhirnya datang juga, sampai segitunya ya kamu ... janji sama Stella mati-matian kamu tepati. Tapi kalau janji sama aku cuma di mulut aja.
"Angel ... gak kayak gitu juga, aku minta tolong kamu kembali kan cincin itu." Geram Rafael melihat Angel yang semakin bertingkah.
"Sepenting itu ya cincin ini sampai kotaknya aja gak boleh aku sentuh." Seloroh Angel menatap Rafael dengan sorot tajam.
'Aduh, kalau staf di toko ini lihat aku sama Angel, mereka semua kan kenal baik sama Stella bisa-bisa nanti mereka curiga lagi.'
Rafael menoleh ke sekitar toko, berharap tidak ada seorang pun yang melihat nya saat bersama Angel.
"Angel ayo ikut aku, kita ngobrol di tempat lain saja karena aku gak mau kalau staf di toko ini tahu hubungan kita."
Rafael menarik lengan Angel pergi meninggalkan toko perhiasan, masuk ke dalam mobilnya.
🍁Dalam mobil🍁
"Angel ...." Panggil Rafael menatap lurus ke arah Angel. Akan tetapi, Angel sama sekali tak merespon nya. Dia masih sibuk menatap kotak kecil itu.
"Aku jadi penasaran, kayak apa sih cincin ini."
"Waaahh ... cincin ini bagus banget! Ini beneran loh, Sayang." Angel membuka kotak itu, menatap takjub pada benda kecil yang ada di dalam kotak tersebut.
"Angel ... aku minta tolong kembalikan cincin itu pada kotaknya, itu milik Stella, Angel!"
Angel bergeming, justru dia memilih menyematkan cincin itu pada jari manis nya. Seolah perkataan Rafael hanyalah angin saja.
"Aahhh ... coba deh kamu lihat ini. Ini itu pas banget di jari aku, cantik banget!" Girang Angel membolak balikan tangan nya yang terpasang cincin.
"Lagi pula, Stella sudah dapat cincin yang Blue Safir dari kamu yang seharusnya itu menjadi milik aku."
"Sayang, aku kan udah jelasin sama kamu, aku terjebak kondisi waktu itu makanya aku terpaksa harus kasih cincin itu ke Stella, yang harusnya aku kasih ke kamu."
"Tapi please ... tolong dong pengertian kamu. Ini milik Stella, aku janji sama kamu ... aku akan ganti cincin yang jauh lebih bagus untuk kamu."
"Aku gak mau! Aku mau cincin ini." Kekeh Angel yang terus menatap takjub cincin berlian itu.
"Tidak bisa! Cincin ini punya Stella. Aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan Cincin Berlian Sunrise Red ini. Cincin ini langka, ini impian Stella dari dulu, jadi aku mohon tolong kembalikan ke kotaknya."
"Lagi lagi kamu selalu mementingkan Stella di banding aku. Rafael kamu tuh sebenarnya cinta gak sih sama aku, atau aku emang gak ada harganya di mata kamu, hah? Setelah semua perjuangan yang aku lakukan untuk hubungan kita apa aku gak ada artinya di mata kamu?"
"Sekarang aku cuma ingin kamu menepati janji itu yang katanya mau kasih aku cincin ke aku, apa itu berlebihan ya permintaan aku."
"Enggak, Sayang. Sama sekali gak berlebihan."
"Apa aku perlu mengingatkan kamu sekali lagi, kalau aku udah gak punya siapa-siapa di dunia ini. Aku cuma punya kamu seorang Rafael. Tapi, ternyata berlian ini jauh lebih berharga di bandingin aku."
Angel menatap cincin yang dia genggam. Dia sudah salah menilai pria yang ada di hadapannya, ternyata cinta Rafael begitu besar pada Stella. Dan dia hanya sebagai rekan pemuas nafsunya saja di atas ranjang.
"Please jangan bahas itu, Sayang."
"Ya udah lah aku gak mau maksa, mungkin benar sepertinya kamu gak cinta sama aku."
"Angel ... aku mohon jangan ngomong seperti itu."
"Aku tuh iri banget sama Stella ... dia memiliki hubungan yang sah sama kamu, dia selalu menjadi wanita yang di utamakan sama kamu bahkan selalu mendapatkan yang terbaik dari kamu. Sedangkan aku ... aku cuma dapat sisa-sisanya aja dari kamu."
Rafael meraup kasar wajahnya, dan menarik nafas dalam-dalam. "Angel ... aku sudah berkali-kali ngomong sama kamu tolong jangan ngomong seperti itu, kamu tahu perasaan aku seperti apa, kamu tahu aku cinta sama kamu, perasaan aku ke kamu itu hampir sama seperti perasaanku ke Stella."
"Bohong! Kamu tuh bohong."
"Tidak! Aku tidak bohong, Sayang."
"Ya kalau gitu buktikan dong kalau kamu memang benar-benar cinta sama aku, dan kasih cincin ini buat aku!" Angel kembali menekan Rafael untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Tidak! Aku tidak bisa Angel."
"Ya udah sekarang kamu pilih, kamu kasih cincin ini untuk aku atau kita putus!"
"Oke, mulai detik ini udah waktunya kita ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁