🥉 Juara 3 YAAWS 8
Eklusif hanya di Noveltoon dan pemilik akun Less22, jika ada di tempat lain tau pemilik akun berbeda berarti plagiat! LAPORKAN!
Seorang pria bernama Chasyn, ia hanya anak orang miskin, tinggal bersama ayahnya yang hanya seorang petani di ladang orang, 2 bulan kemudian ayahnya meninggal karena sakit jantung, sedangkan ia tak punya uang untuk berobat dan hanya melihat sang ayah meninggal di pangkuannya.
Hari ini ia bersekolah seperti biasa di sekolah SMAN 4, ia di buli habis-habisan oleh teman sekelasnya, hari itu di malah di suruh terjun dari lantai 4 dan tanpa sengaja, salah satu teman sekelasnya ini mendorongnya dan ia pun jatuh ke bawah.
Seketika ia mati, namun saat di bawa ke rumah sakit, ia mendapatkan system' teknologi canggih yang membantunya untuk berkembang, akhirnya ia pun menjadi penguasa.
Follow Ig, Erna Less22
FB Erna Liasman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
"Bukan membantah, cuma setiap guru pasti memberi penjelasan terlebih dahulu baru akan memberi soal, jika ibu seperti ini sama dengan kerja 2x tapi gaji hanya 1x," ucap Chasyn.
"Apa maksud dari ucapan mu itu?" tanya ibu itu perlahan-lahan mendekati Chasyn.
"Tentu saja, pertama ibu menyuruh kami mengerjakan soal, terus nanti baru di jelaskan, kemudian ibu kembali mengerjakan soal dan kami harus menjawabnya dengan benar, sepintar-pintarnya profesor pasti ada melakukan kesalahan, apa lagi kami yang hanya murid biasa, guru itu membimbing buk, bukan menuntut," ucap Chasyn.
"Benar tuh benar," sahut para murid bersamaan.
"Benar apa yang katakan Chasyn, guru itu memberi kami petunjuk bukan menyuruh, untuk apa kami di sekolahkan tapi kami malah di tekan, guru itu bukan untuk di takuti tapi bersama-bersama membangun," sahut yang lain.
"Iya, jika kami malah di takuti untuk apa kami belajar, dan juga masih banyak guru yang lain yang lebih baik, kami lebih baik belajar dengan guru yang lain, kami tidak mau belajar dengan ibuk lagi," sahut yang lain.
"Hey! hey! Kenapa kalian ikut-ikutan juga?" tanya Chasyn yang ternyata keberaniannya di luar kendali, mereka bahkan lebih seram darinya, apa mungkin selama ini mereka memendamkan rasa dan sekarang baru terungkapkan. (Ini bukan perasaan cinta, melainkan dendam)
"Diaaaaaamm!!" teriak ibu itu membuat seluruh murid mengunci kembali mulutnya rapat-rapat.
"Kalian… kalian ingin memberontak! Kalian sungguh berani ya! Kalian sudah berani ya! Kalian pikir kalian bisa melawanku, kamu… ikut saya ke kantor sekarang," ucap ibu itu dengan wajah merah padam karena ia sangat marah.
"Chasyn," lirih Iyan.
"Sudah tidak apa-apa," jawab Chasyn menenangkan.
Chasyn pun mengikuti ibu itu pergi ke kantornya.
"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan, ini semua salah kita juga sehingga dia di panggil ke kantor," ucap salah satu siswa merasa bersalah.
"Begini saja, untuk membelanya kita semua pergi berdiri di depan kantor dan mendemo jika sesuatu terjadi, 1 lawan 30 orang yang satu pasti kalah meskipun mulutnya besar," saran yang lain.
"Benar juga apa katamu, mari kita buat tulisan jika kita meminta agar tidak ada lagi guru galak," ucap siswa yang lain.
"Cepat kamu masuk," ucap guru itu menghadap langsung ke hadapan kepala sekolah dan beberapa guru yang menunggu giliran pelajarannya di mulai
"Ada apa ini buk Susi?" tanya kepala sekolah.
"Murid ini tadi berani menantang saya di depan seluruh murid yang lain dan dia juga mempengaruhi seluruh murid untuk melawan saya, sekarang bicara kamu, bukannya tadi keberanian mu sangat besar," ucap ibu itu dengan sangat marah.
"Apa yang kamu lakukan sehingga buk Susi sangat marah, setahu saya kamu murid yang pendiam dan tidak suka berbuat onar," ucap pak Hamran.
"Saya tidak melawannya, saya hanya bertanya kenapa buk Susi selalu memberi kami soal sebelum memberi penjelasan tentang materi yang akan di pelajari, yang jadi masalahnya adalah, pertama kami di beri soal dan suruh mempelajari sendiri, nanti baru di beri jawaban dan kemudian di soalan lagi dan suruh kami mengerjakannya, terkadang waktu itu sudah habis dan kami di tuntut untuk benar, tidak semua siswa yang isi kepalanya sama setiap orang ada perbedaanya, guru itu membimbing, bukan menuntut, apa saya salah?" tanya Chasyn.
Bersambung
Jangan lupa like vote komen dan hadiah
Terima kasih