NovelToon NovelToon
Seven Years After Divorce

Seven Years After Divorce

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: moon

🥈JUARA 2 YAAW S2 2024 🏆

Perceraian, selalu meninggalkan goresan luka, itulah yang Hilda rasakan ketika Aldy memilih mengakhiri bahtera mereka, dengan alasan tak pernah ada cinta di hatinya, dan demi sang wanita dari masa lalunya yang kini berstatus janda.

Kini, setelah 7 tahun berpisah, Aldy kembali di pertemukan dengan mantan istrinya, dalam sebuah tragedi kecelakaan.

Lantas, apakah hati Aldy akan goyah ketika kini Hilda sudah berbahagia dengan keluarga baru nya?

Dan, apakah Aldy akan merelakan begitu saja, darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan "Ayah"?

Atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#17

#17

Aldy menatap jarum transfusi darah yang menancap di lengannya, ia merasa mendapat berkah hanya karena secara kebetulan golongan darahnya sama dengan Ammar.  Bahkan perawat mengira dirinya adalah Ayah Ammar, dan Aldy hanya meng iya kan saja karena itu semua tak penting, yang terpenting adalah Ammar segera mendapatkan pertolongan. 

Sementara Coach Hend yang mendampingi Aldy ke Rumah sakit, tak fokus dengan perkataan perawat, karena ia sibuk menghubungi kedua orang tua Ammar.

Sementara itu … di rumah, Irfan sedang menunggu orang bengkel yang akan mengantar mobilnya, karena semua mobil di rumah sedang beroperasi mengantarkan pesanan Catering dan menyuplai sayuran segar ke beberapa Supermarket.

Tiba-tiba ia dikejutkan dengan panggilan dari salah satu coach Ammar di Sekolan Bola.

"Iya Coach Hend?" Irfan menjawab panggilan teleponnya.

"Pak … Kami mohon maaf sebelumnya." 

"Maaf untuk apa Coach?"

"Karena kami teledor mengawasi Ammar."

mendadak wajah Irfan pucat pasi, pikirannya mulai menebak sesuatu yang buruk sedang terjadi pada putra sulungnya. "Ammar kenapa Coach?!!" 

"Ammar mengalami kecelakaan Pak … ia lolos dari pengawasan kami," Lapor Coach Hend.

Tubuh Irfan mendadak lemas, wajahnya pucat seperti tak dialiri darah, "Sekarang Ammar sedang ditangani tim  Dokter di Rumah Sakit Bahagia." lanjut Coach Hend.

"Baik Coach … saya segera ke sana." 

Irfan berbalik guna mengabarkan pada sang istri perihal musibah yang tengah menimpa Ammar. "Mas … kenapa wajahmu pucat begitu?"

"Bunda … Ammar … Ammar …" Irfan gugup, rasanya tak sampai hati mengabarkan.

"Ada apa dengan Ammar?" 

Irfan meremas kedua pundak sang istri, wajahnya tertunduk sedih. "Ammar kecelakaan sayang."

PRANG !!! 

Lima buah piring dalam genggaman Hilda lepas begitu saja.

"Ada Apa?" Bu ratih tergopoh-gopoh keluar dari kamar, karena mendengar suara piring.

Irfan buru-buru memeluk tubuh Hilda yang mendadak lemas. "Sayang …" 

"Ammar … " Lirih Hilda dengan air mata yang mulai mengalir.

"Ammar kenapa Fan?" 

"Ammar kecelakaan Bu…" Jawab Irfan, untunglah Bu Ratih tak sampai pingsan seperti Hilda.

"Inalillahi … Cucu Ibu kenapa?" Kini bertambah satu orang lagi yang mengalami kepanikan.

"Entah lah Bu, Irfan belum tahu persis, kecelakaannya seperti apa." Jawab Irfan sembari menepuk pipi Hilda. "Sayang … bangun … kita harus ke rumah sakit." 

Irfan membawa tubuh istrinya ke sofa terdekat, "Coba pakai ini." Bu Ratih menyodorkan minyak angin yang ia ambil dari kotak P3K.

Irfan membawa minyak tersebut ke hidung istrinya, agar Hilda menghirup aromanya. Tak lama kemudian, wanita yang telah 6 tahun mendampinginya tersebut membuka kedua matanya. "Ammar … Mas gimana kondisi Ammar?" tanya Hilda panik.

"Aku juga belum tahu."

"Cepatlah bersiap, kalian harus segera ke Rumah Sakit, biar Azam sama Ibu di rumah."

"Iya, Bu …"

"Jangan lupa kabari Ibu yah?" pesan Bu Ratih usai Irfan dan Hilda bersiap menuju Rumah Sakit.

Sepanjang perjalanan, Hilda tak henti mengusap air mata, dan Irfan hanya mampu menggenggam, sedikit kata penghiburan ia ungkapkan, agar sang istri tak merasa sendirian menghadapi musibah ini.

Baik Hilda ataupun Irfan merasa perjalanan dari tempat parkir ke unit gawat darurat terasa seperti melalui lorong gelap yang panjang, rangkaian doa tak henti mereka langitkan demi keselamatan sang buah hati. Hilda linglung hanya percaya pada genggaman tangan sang suami. Kemanapun Irfan melangkah, disitu Hilda percaya dan ikut mengiringi setapak demi setapak.

"Pak Irfan …" Sapa Coach Hend dengan wajah murung, ia sungguh merasa sangat bersalah pada kedua orang tua Ammar.

"Dimana anak kami Coach?" Irfan langsung bertanya, memastikan dahulu kondisi Ammar.

"Dokter sedang menjahit luka terbuka di kepala serta betis Ammar."

Hilda kembali menangis mendengar penuturan Coach Hend. Kedua tangannya menggenggam erat lengan sang suami, mencoba mencari kekuatan di tengah kerapuhannya. Irfan memeluk erat tubuh rapuh Hilda. "Lalu … apakah ada luka dalam lainnya?" tanya Irfan lagi.

"Belum tahu Pak, kita tunggu saja tim Dokter menjelaskan." 

"Oh iya, tadi juga Ammar memerlukan transfusi darah, untunglah, seorang pejalan kaki yang membantu saya membawa Ammar ke Rumah Sakit memiliki golongan darah yang sama dengan Ammar." Coach Hend tak lupa menjelaskan keberadaan Aldy.

"Alhamdulillah …" Di tengah kepanikan, Irfan sempat berucap hamdalah karena Allah mengirimkan orang baik untuk menjaga dan menolong putranya. "Lalu di mana orang itu sekarang? Kami ingin berterima kasih."

"Masih di bilik pengambilan darah, mungkin sebentar lagi selesai."

Hilda dan Irfan sama-sama menangguk setuju, sementara ini menunggu dan berdoa adalah hal terbaik, biarlah keajaiban Tuhan yang bekerja melalui tangan cekatan para Dokter.

Sementara itu di bilik transfusi, Aldy tengah merebahkan dirinya usai perawat memberikan kantong berisi darahnya, untuk di sumbangkan pada Ammar yang saat ini tengah ditangani tim Dokter. untuk sesaat, kepalanya berdenyut nyeri karena itulah, perawat menyarankan kepadanya untuk istirahat sejenak.

Aldy melirik jam di pergelangan tangannya, menyesal sekali tadi ia meninggalkan ponselnya di kantor, kini ia mati gaya tak tahu harus berbuat apa, bahkan mengabarkan keberadaannya pada Pak Husein pun ia tak bisa.

Tirai pembatas terbuka, menampakkan wajah perawat, "Pak … apakah anda perlu pertolongan?"

"Tidak Suster, sepertinya sekarang badan saya sudah bisa beradaptasi dengan baik." Jawab Aldy.

"SIlahkan, kebetulan orang tua pasien sudah ada di sini, dan mereka ingin menemui anda."

Aldy mengangguk, ia bangun perlahan, sebelum kembali memakai sepatunya. Noda merah yang berasal dari darah Ammar masih menempel dan menodai sebagian besar kemeja putih yang ia kenakan.

Berjalan perlahan sembari tersenyum menatap kemejanya, ia bersyukur karena hari ini tubuhnya berkontribusi menyelamatkan nyawa orang lain.

Dari arah belakang, Aldy melihat sepasang suami istri sedang berbincang dengan Coach nya Ammar, Aldy yakin mereka berdua adalah orang tua Ammar, syukurlah mereka datang di saat yang tepat.

"Oh … Pak Irfan kenalkan … ini pria yang mendonorkan darah pada putra anda." Coach Hend memperkenalkan Irfan dan Hilda pada pria baik yang sudah mendonorkan darahnya pada Ammar.

Tapi wajah Aldy menjadi pucat pasi ketika melihat wanita yang kini ia ketahui sebagai Ibu dari Ammar. mata sendunya masih menatapnya penuh amarah yang siap meledak kapan saja, bahkan Dari penglihatan Aldy, Hilda tampak mengepalkan kedua tangannya. 

Senada dengan Hilda, Aldy pun masih tak sanggup berkata-kata, dadanya bergemuruh hebat, pikirannya pun kacau balau, sungguh Aldy belum siap dengan semua ini, takdir macam apa ini? Kenapa ia justru bertemu Hilda disaat seperti ini, rupanya semesta memiliki cara tersendiri tanpa perlu Aldy bersusah payah menemukan Hilda. 

Aldy tersadar dari lamunannya ketika Irfan mendekatinya kemudian memeluknya erat, menggumamkan rasa terima kasih pada orang yang sudah menyelamatkan nyawa putranya. 

Ditengah berbagai macam tanya dan rasa yang entah apa namanya, salah seorang perawat memanggil Hilda dan Irfan. 

"Wali pasien Ammar Rifaldy …" 

DHUAAARRRR !!! 

1
C I W I
Luar biasa
Mak e Tongblung
luar biasa
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" gak tahu balas Budi 😤
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh Bram" udah miskin di penjara pula 😜
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Nah loh ketahuan,rasain tuh 🤪
Sulis Tyawati
jgn sampai ibu peri sebenarnya mami nia
Sulis Tyawati
pada hal bram yg menularkan hiv pada widya, kan dia suka gelap celup
Sulis Tyawati
Hilda hamil tuh
Sulis Tyawati
tuh kan, apa kata q. jd sinetron bgt ceritanya
moon❣️: silahkan berhenti!! othor gak maksa siapapun untuk baca cerita othor.

terima kasih sudah mampir 🙏
total 1 replies
Sulis Tyawati
ikkkhhhhh males banget kalo cerita nya hrs berbelit2,,, tr ada halangan lg dri widya
Sulis Tyawati
dsr org tua g tau diri si johan
Lala lala
aldi msh cinta sm mantan its okey...tapi msh mengejar mantan itu bodoh..sdh sering dibohongi soal uang masih sj diam..skrg dikhianati hancur kan..coba dr awal buang.
andai..andai.. dan andai sj otakmu skrg
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Rasain 🤪
Sulis Tyawati
emg bego si aldy ini,,, coba cek rekening mu.
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Benar" serakah kamu Widya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Pasti pengen duitnya doang tuh 😏
Sulis Tyawati
kamu hrs kuat Hilda, tunjukan sama aldy juda widya kamu mampu hidup
Mak e Tongblung
waduh... janganlah pak
Lala lala
gimana si widya ambil uang , apa atm nya ganti baru pake sogok.. kan buku sm aldi
Mak e Tongblung
bohong, ini anak lelaki yg tempo hari kenalan di supermarket
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!