Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Rangga telah memikirkan, tentang hal yang ia lihat kemarin hingga akhirnya ia memantapkan hati dan pikiran nya. Ya! Rangga telah memutuskan untuk tetap mendekati Flow, walau ia sempat tidak percaya dan terkejut dengan hal yang tidak logis yang ada pada diri Flow, ia telah memantapkan tujuannya.
Rangga segera menyelesaikan pekerjaannya, ia lantas pergi tidur.
.
.
.
Beberapa bulan telah berlalu, pagi pun telah tiba, Flow saat ini hendak pergi menjual emasnya kembali. Setelah beberes ia segera pergi ke toko perhiasan Koji.
Setelah sampai di sana tatapan mata Flow berubah menjadi dingin. Ia terus melangkahkan kakinya hendak masuk ke dalam toko, namun sebelum langkahnya menyentuh garis pintu, "Heh! ada gadis miskin yang hendak terlihat kaya," ucapnya sinis.
Flow menghentikan langkah kaki nya, lalu ia mendekat ke arah Rere, "Sepertinya kau masih beruntung! Apa kau tidak belajar dari hal sebelum nya?" bisik Flow datar penuh tekanan dengan senyum devil nya yang membuat Rere bergetar, namun ia berusaha melawan rasa takutnya.
Flow pun berlalu dan meninggalkan Rere begitu saja. Rere yang melihat Flow telah menjauh ia segera pergi dan menghentakkan kakinya karena amarah yang tidak bisa ia keluarkan.
"Awas saja kau, lihat saja nanti! Jangan panggil gua Rere jika tidak bisa melenyapkan mu."
Rere begitu kesal, ia segera pulang dan hendak menyusun rencana yang matang untuk menghancurkan Flow.
Kejadian yang lampau masih sangat terngiang-ngiang di hati dan pikirannya hingga ia mengalami trauma, walaupun ia sudah sembuh namun mengingat saat ia yang lumpuh karena Flow, Rere menjadi marah. Ia akan membalaskan semuanya, segera ia pulang ke apartemen Daniel. Kenapa apartemen Daniel? sebab ia tidak tahu lagi hendak kemana dan karena perjanjian balas dendam mereka akhirnya Rere tinggal bersama Daniel.
.
.
.
Flow yang telah sampai hendak menjual emasnya, di sambut secara langsung oleh Koji. Koji begitu senang melihat Flow memasuki tokonya, ia begitu antusias hingga tidak memperdulikan bagaimana sikapnya saat ini.
"Nona Flow mari-mari nona, silahkan duduk dan silahkan dinikmati hidangannya!" ucapnya dengan sangat ramah.
"Terimakasih tuan Koji," setelahnya flow duduk dan meminum sedikit teh yang terhidang di depannya.
"Nona ... "
"Flow saja tuan."
"Ehem, baiklah No- eh Flow, jadi berapa banyak emas yang kamu miliki saat ini?" tanyanya penasaran.
"Tidak banyak tuan, hanya satu peti saja," ucapnya santai.
Namun Koji yang mendengarkan hanya satu peti saja, ia ternganga tidak percaya, seakan-akan mulutnya akan terjatuh sampai ke bawah. Ia berfikir, 'dari mana Flow mendapatkan emas tersebut. Bahkan dengan sangat mudahnya ia mengatakan hanya satu peti saja. Seberapa kaya gadis ini sebenarnya.'
Dengan sesegera mungkin ia keluar dari lamunannya. Flow telah mengeluarkan sepeti emas yang ia taruh di batas meja di depan mereka. Koji masih tidak percaya jika peti yang ia lihat juga merupakan barang antik yang langka. Seberapa kaya gadis itu sebenarnya? Tapi, mengapa justru ia menjual semuanya?
"Bagaimana tuan? Aku yakin tuan pasti tidak akan keberatan membeli semuanya."
"Ehemm! tentu,,, tentu,,, saya akan mengambil semuanya Flow. Sri! seperti biasa kamu selesai kan semuanya."
"Baik tuan, saya permisi undur diri."
.
.
.
"Bima, bagaimana dengan Antonio? sudah membuat pergerakan lagi atau bagaimana?"
"Iya tuan, sejauh ini Antonio masih diam di tempatnya tuan. Belum ada pergerakan apapun darinya."
"Bagus, sekarang kita ke rumah Flow."
"Ha?" Bima heran dengan jalan pikiran Rangga. Kemarin saja ia berucap, jika tidak ingin lagi ada hubungan dengan gadis itu, tapi sekarang ia kembali mencarinya. 'Apa sebenarnya yang telah dipikirkan oleh Rangga?'.
Mereka segera ke parkir menuju mobilnya. Lekas Bima menekan pedal gas dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tidak bisa di bilang cepat ataupun lambat. Bima menyentuh samping arloji nya, untuk memberi tanda sesuatu kepada seseorang.
Ia membawa Rangga ke toko emas tempat Flow saat ini, dahi Rangga berkerut, ia tengah memikirkan kenapa mereka kesini, dan hendak memarahi Bima karena tidak sesuai dengan tujuannya. Namun saat ia hendak membentak Bima, tidak sengaja matanya menatap sosok yang tengah ia cari baru saja keluar dari toko Emas.
Tanpa berfikir panjang ia segera keluar dari mobil tanpa peduli mobilnya belum berhenti sepenuhnya, untung saja Bima sudah menekankan laju mobilnya yang hendak ia parkir kan.
Melihat hal itu Bima menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang Bos tersebut.
Ia membiarkan Rangga segera keluar dan pergi, ia sengaja menunggu di dalam mobil karena ada sesuatu yang akan ia lakukan.
Kembali Bima mengangkat tangannya yang sebelah kiri seperti hendak melihat jam, lalu ia segera menekan kembali tombol yang ada di samping arlojinya itu.
Tidak lama kemudian, telepon genggam nya bergetar. Bima lantas segera mengangkat nya.
"Iya, saya sedang mengantarkan nya."
(..........)
"Baik, semuanya berjalan sesuai rencana."
(..........)
"Hemm, tenanglah! akan ku jaga dia dengan baik."
(..........)
"Ya, pasti!"
Lalu telepon tersebut terputus begitu saja. Bima tidak menghiraukannya, dia lantas pergi untuk menyusul Rangga yang telah kekeh mengikuti kemana arah Flow berjalan.
Tatapan mata Bima berubah menjadi dingin ia menatap punggung dua insan di depannya dengan kilatan yang tajam, seakan-akan tatapan nya itu bisa membun*h musuhnya dalam sekejap.
Ia melangkah ke arah Flow dan Bima, namun saat semakin dekat ia segera merubah ekspresi nya kembali, ramah seperti biasanya.
"Tuan," panggilnya pada Rangga. Rangga yang merasa terpanggil pun menoleh ke arahnya dan ia memberikan kode untuk menjaga jarak dari mereka. Rangga saat ini tengah berusaha mensejajarkan langkahnya bersama Flow, ia ingin Flow pulang bersamanya. Namun Flow menolak dengan tegas, tapi Rangga yang pantang menyerah pun tetap kekeh dengan keinginan nya.
Flow yang merasa kesal pun segera berbalik, dan ia menatap Rangga dengan tajam. Sebab ia tengah malas untuk berdebat dengan pria itu.
Tapi yang namanya tidak mau mengalah akhirnya Flow kembali bertindak, ia segera melempar jarumnya kearah kaki Rangga agar tidak diikuti lagi. Jarum tersebut bukanlah jarum beracun seperti biasanya hanya saja itu di baluri dengan obat bius yang bisa larut dalam sekejap dan seketika ia tidak lagi merasakan kakinya berpijak.
Rangga hanya merasakan kebas hingga ia duduk di trotoar jalanan itu. Setelah itu Rangga menjatuhkan badannya ke arah samping, karena ia tidak bisa menyeimbangi berat badannya.
Sungguh obat bius yang luar biasa, Flow pun tidak menyangka akan seperti itu akibatnya.
Flow tidak sengaja melihat keberadaan Bima, ia segera memanggil nya.
"Bima!"
Bima yang dipanggil terjangkit kaget karena panggilan itu. Ia segera menghampiri Flow, "Tuan! tuan kenapa Nona?"
"Entahlah, aku tidak mengetahui Tuan-mu ini kenapa. Cepatlah bawa ia pergi!."
"Baiklah, nona tolong jaga tuan sebentar, saja mengambil mobil terlebih dahulu," ia berharap Flow mau menolong mereka. Yang mana hanya di balas dengan deheman kecil saja.
Tak lama datang lah Bima,
.
.
Bersambung,
...----------------...
Jangan lupa seperti biasa jadikan favorit ya!!
Sekalian juga,
Like
Komentar sebanyak-banyaknya
Gift
Vote
Terima kasih banyak semuanya, sayang kalian semua,, 🥰😘😘🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya