NovelToon NovelToon
Jangan Menghindar Untuk Bercerai

Jangan Menghindar Untuk Bercerai

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Poligami / Kaya Raya / Angst / Trauma masa lalu / Pelakor jahat
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: El Geisya Tin

Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Alarm ponsel Shima menunjukkan waktu subuh dan dia terbangun dengan kepala yang masih pusing. Namun, biar demi apa dia tetap harus bangun untuk ibadahnya pagi itu. Tidak terdengar suara azan di rumah Nadisa yang terletak di pinggir desa. Sesaat dia sadar tengah tidur di kamar milik Juli, adik temannya.

Dia dan Nadisa baru tiba kemarin malam dan sekarang malam kedua dia berada di sana.

Rumah itu berada di lereng bukit yang cukup indah, ada air terjun kecil yang mengalir dari sisi bukit yang lain. Bisa dibilang kalau tempat itu menyimpan keindahan tersendiri tanpa diketahui penduduk luar daerah.

Shima dengan suka hati dan berniat melupakan sejenak hari-hari beratnya. Setelah melewati semuanya dengan segala cobaan hidup yang harus dijalaninya selama ini.

Ada tidak sih, manusia yang tidak diuji di dunia ini? Mereka tak bisa menyalahkan Tuhan atas segalanya, tapi hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

Shima duduk memeluk lututnya sambil merenung.

Dia melihat Juli, adik Nadisa, sudah sholat duluan dan terlihat khusuuk memanjatkan doa untuk seseorang. Saat datang kemarin, anak remaja itu mengaku baru saja putus, dengan pacarnya dan ingin kembali karena masih menyukainya.

Anak remaja, belum tahu kehidupan pernikahan yang sebenarnya seperti apa. Putus cinta adalah masalah terberat bagi mereka.

Mata gadis itu berkaca-kaca dan air matanya hampir saja jatuh. Kalau tidak ingat ada orang lain di kamarnya, mungkin dia sudah menangis di hadapan Robb Sang Pencipta. Dia mengakui dosanya karena memberikan cinta pada makhluk yang penuh dengan kekurangan.

Takdir manusia memang tidak bisa ditebak, berada di tempat itu pun tidak bisa ditebak. Saat Shima hendak melarikan diri dari kehidupan dan memilih mati, Tuhan mempertemukannya dengan Elbara dan Harya. Dua orang itu telah membuatnya memiliki semangat lagi untuk sembuh seperti sedia kala. Harapannya adalah, bisa berhasil dengan kemoterapinya.

Lalu, Shima bertemu dengan Sarinah, ibunya Nadisa, wanita yang terbiasa tinggal di lereng gunung. Kemarin, dia mengajarkan kedamaian hati pada Shima dan hari ini, dia akan membawanya pergi ke suatu tempat. Dia harus segera bersiap pergi ke sumber air terjun.

“Sholatlah!” kata Nadisa sambil menyibakkan selimut Shima, “Kamu butuh waktu sendiri dengan Dia, katakan semuanya di sini, biar gunung dan alam yang menjadi saksi!”

Shima tidak menjawab tapi, segera turun dari tempat tidur, rasa sakit di perutnya mendadak hilang seperti tidak pernah ada penyakit mematikan itu di dalam sana. Biasanya, hampir setiap bangun di pagi hari perutnya mual.

Apakah dia akan mati?

Ada yang bilang, ketika seseorang menderita sakit yang sangat lama dan tiba-tiba terlihat sehat, yang sebenarnya terjadi adalah, dia sedang mengalami masa kritis. Saat terlihat sehat itulah di mana maut sebentar lagi akan menjemput. Tuhan memberinya waktu sebentar untuk bersenang-senang di dunia. Setelah itu, ucapkan selamat tinggal pada semuanya.

Shima mengambil air wudhu dengan hati-hati karena dia berpikir, siapa tahu, itu wudhu terakhirnya. Jadi, dia harus memusatkan pikirannya.

Dia mengumpamakan azan dalam hati saat berjalan kembali di kamar.

Air yang digunakan adalah air pegunungan dari sungai kecil, yang mengalir dengan tenang dan digunakan oleh penduduk desa. Air yang memberi kehidupan pada seluruh penghuni alam termasuk dirinya. Dingin sekali air itu saat menyentuh kulit dan membuat Shima mengigil.

Tidak masalah. Bukankah itu air whudu terakhirnya?

Setelah selesai dan melipat alat ibadahnya, Shima dikejutkan oleh Juli yang bertanya. Dia mendekati Shima dengan cepat seperti sedang membalik telur.

“Apa yang kamu minta, Shima? Doamu panjang sekali!” kata Juli.

“Aku mendoakan kesehatan untuk kita semua!”

“Kamu mendoakan untuk orang lain padahal kamu sendiri butuh doa?”

“Juli, dengan aku mendoakanmu, maka malaikat mendoakan aku, mana yang lebih suci, aku, atau malaikat itu?”

“Semoga kamu sehat Shima dan ada keajaiban untuk kanker di tubuhmu!” kata Juli lagi.

“Kamu bisa membalas dendam pada Deril kalau kamu sehat! Kamu bisa cari pria tampan lainnya dan punya anak lagi!” kata Nadisa.

Shina tertawa dan saat itu, Sarinah muncul dengan membawa ubi jalar.

“Dari mana Ibu dapet ubi itu, apa Ibu baru memetiknya?”

“Gak! Memangnya kita menanam ubi? Itu dari tetangga sebelah,” jawab Sarinah sambil berjalan ke dapur.

“Kita sarapan ubi hari ini!” kata Juli.

Shima, Juli dan Nadisa mencuci dan merebus ubi itu setelah mereka membereskan kamar. Setelah matang, mereka makan bersama di meja makan sederhana yang diletakkan dekat dengan dapur.

Mereka semua berjumlah empat orang dan semuanya perempuan. Ayah Nadisa sudah tiada. Keluarga itu tinggal di sana setelah usaha mereka bangkrut di kota.

“Ubi ini enak, kalau ada yang panen ubi seperti ini, beli saja yang banyak!” kata Shima sambil menyodorkan selembar uang seratus ribu di atas meja.

“Kamu, mau berikan uang ini pada mereka?” tanya Juli heran.

“Ya!”

“Kamu minta kembalian berapa, biasanya mereka tidak pernah membawa uang kalau pergi ke ladang!”

“Berikan saja semuanya!”

“Ini terlalu banyak!” sahut Juli, “Kamu tahu, harga ubi dipetani itu satu karung gak sampai lima puluh ribu!”

“Biarkan saja!”

Baik Juli maupun Nadisa menganggap Shima sudah sangat putus asa hingga, dia begitu royal dalam urusan uang. Kompensasi perceraiannya dengan Deril memang membuatnya kaya raya. Akan tetapi, mereka pikir tidak seharusnya dihabiskan dengan cara demikian. Hidup masih penuh dengan keperluan, banyak orang juga yang masih membutuhkan. Lagi pula ayah Shima masih butuh perawatan.

Nadisa menurut dan dia keluar rumah untuk memberi sedekah dari uang Shima. Saat dia kembali, matahari sudah hampir naik sampai di atas bukit. Wanita berkulit coklat dan berkerudung hijau itu, kembali dengan membawa lebih banyak ubi dan sayur mayur.

“Apa-apaan ini?” tanya Shima, saat melihat begitu banyak sayuran dan ubi jalar yang dibawa Nadisa.

“Shima, mereka bukan pengemis, jadi tidak mau menerima uangmu begitu saja dan mereka memberiku ini semua!”

Untuk sejenak, Shima merenung. Dia mendapatkan sebuah inspirasi.

Dia baru saja mendapatkan kabar dari Elbara kalau dia sudah menemukan informasi yang sebenarnya. Namun, dia harus bicara secara langsung dengan Shima. Dia akan kembali ke negaranya besok, hingga bisa bertemu dengan Shima setelah pulang dari desa.

“Jadi benar, ayahku gak bersalah?” tanya Shima.

“Ya!” kata Elbara, sebelum mengakhiri panggilannya.

Shima duduk di teras rumah, sambil melihat tumpukan ubi jalar yang menggunung. Jika dia ingin menyelesaikan masalah dengan Deril, maka dia harus mendekatinya, dan bukan justru menjauhinya. Dengan begitu, dia bisa tahu siapa orang dibalik penderitaan ayahnya.

Deril tidak mau bercerai dan sampai sekarang surat perceraian mereka masih belum di tandatangani. Meskipun begitu, Deril tetap memberikan uang padanya, dia begitu murah hati. Jadi, tidak ada salahnya pria itu kembali di dekati.

Masalahnya bukan karena uang, cepat atau lambat Deril akan menemukannya dan dia khawatir Deril marah. Lalu, dia akan dikurung sendirian di vila keluarganya. Dia harus membuat hati Deril melunak dan percaya padanya dengan cara berada di dekatnya.

Sesaat kemudian dia mengirim pesan pada Deril. Pesannya langsung dibaca begitu diterima. Namun, Deril tidak membalasnya melainkan, langsung melakukan panggilan pada Shima.

“Shima! Apa kamu lupa dengan isi kontrak itu?” kata Deril begitu Shima menerima teleponnya. Shima tidak lupa kalau dia harus izin pada Deril, jika ingin pergi ke luar kota. Akan tetapi, dia sengaja menghindari bertemu dengannya.

“Apa kamu mau memaafkan aku kalau aku kembali padamu?” jawab Shima.

“Kembalilah! Kamu di mana sekarang?”

“Aku akan menunjukkan lokasiku asalkan kamu mau berjanji padaku!”

“Apa?”

“Jangan marah! Oke?”

“Hmm!”

“Satu lagi, aku ingin bekerja di kantormu, apakah boleh?”

Di kantornya? Deril mendengar napas Shima yang teratur dari balik telepon. Dia mengerutkan alisnya. Selama dua malam ini dia tidak bisa tidur dan terus memikirkan Shima.

Dia sudah berpisah selama setahun dan saat bertemu kembali, Shima ingin bercerai dengannya. Lalu, sekarang setelah mendapatkan banyak uang, gadis itu justru ingin kembali.

Apa motifnya kali ini? Pikir Deril. Di kantornya tidak kekurangan orang pandai. Sementara Shima tidak pernah lulus sarjana. Bukannya Shima tidak pintar, hanya saja Deril harus memikirkan baik-baik, di mana Shima akan ditempatkan nantinya.

Dia sadar Shima punya motif.

Namun, apa pun motif Shima, kalau wanita itu selalu berada dalam pengawasannya, memang apa yang bisa dilakukannya.

“Baiklah!”

Setelah mendengar balasan tersebut. Shima langsung menutup telepon dan mengirimkan lokasinya.

Di bawah gambar lokasi, Shima menulis bahwa dia tidak ingin dijemput hari itu, tapi dia meminta Deril menjemputnya besok. Dia beralasan, masih ingin menikmati pemandangan alam di Desa.

Di kantor.

Deril mengerutkan alisnya lebih dalam, dia tahu lokasi yang dikirimkan Shima adalah kawasan pegunungan. Bagaimana bisa Shima yang terlihat lemah berada di ketinggian seperti itu. Lagi pula, gunung itu terletak di provinsi yang berbeda. Pemandangan di sana memang terkenal indah, tapi apa dia punya saudara?

Shima mengikuti ajakan temannya karena memiliki uang, kalau tidak, mana mungkin dia bisa membiayai perjalanan berdua dengan Nadisa.

Dia memang pandai menghambur-hamburkan uang.

Di dalam rumah Nadisa.

Sarinah meracik beberapa tumbuhan herbal yang dia temui di atas gunung. Mereka baru saja pulang dari melihat air terjun. Ada banyak jenis lumut dan akar-akaran yang hanya terdapat di ketinggian.

Sarinah merebusnya dari dua gelas, sampai hanya tinggal satu gelas dan memberikannya pada Shima.

Semenjak berada di rumah keluarga Nadisa, wanita tua itu selalu memberikan ramuan herbal padanya.

“Bu, besok aku dan Nadisa harus pulang lagi ke kota, aku akan melihat ayahku dan Nadisa harus kembali bekerja!” kata Shima setelah menghabiskan minuman obatnya yang pahit.

“Hmm! Aku tahu,” kata Sarinah.

“Maafkan aku sudah merepotkan Ibu!”

Sarinah menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

“Tanam ini di pekarangan rumah, kamu akan memerlukannya untuk pengobatan,” kata Sarinah pada Shima, sambil membungkus beberapa jenis rimpang dalam sebuah kantong plastik besar.

Shima hanya tersenyum, memikirkan tanaman akan tumbuh setelah beberapa bulan, dan pada bulan itu pula dia akan mati. Namun, menerima kebaikan seorang yang lebih tua, tidak ada salahnya.

Kalau dia tidak sembuh, maka waktunya hanya tinggal beberapa bulan. Pikirnya.

“Shima, jangan berpikir menanam tumbuhan untuk dirimu sendiri, tapi berpikrlah bahwa, suatu saat tumbuhan ini akan berguna untuk orang banyak, mengetahui batas umur kita akan lebih mudah membuat kita termotivasi untuk melakukan banyak kebaikan!” kata Sarinah lagi, sambil menggenggam tangan Shima dan membelai rambutnya yang tipis.

Shima menitikkan air mata, dia bersyukur memiliki teman seperti Nadisa, yang orang tuanya sangat mengerti dirinya serta, memiliki pengetahuan agama.

“Baik, Bu! Saya akan menyimpan dan menanamnya di rumah nanti!” kata Shima, dia menangis dan memeluk Sarinah seolah memeluk ibunya sendiri.

1
Sivia
semangat semoga sima bahagia di kemudian hari
El Geisya Tin: terima kasih doanya 🙏
total 1 replies
Sivia
semoga simha bahagia walaupun tidak sama Deril.

semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
El Geisya Tin
Terima kasih atas koreksinya 🙏🙏
angel heart
Kali ini banyak typonya, revisi Thor, biar enak di bacanya. Banyak salah itu nama Shima jadi Shika 😄😄😄
angel heart
Gimana sih udah dekat jauh lagi dekat lagi jauh lagi
angel heart
Aih yang banyak dong Thor update nya! semangat!
♀️
segitu kesalnya ya shima
angel heart
salah paham nya deril keterlalua, kirain dia pinter, gak tahunya oon, masa orang bermaksud nolong dikira membunuh?
El Geisya Tin: Dia oon gitu, dia cuma terlalu sayang dan gak mungkin nyalahin diri sendiri, jadinya nyalahin orang
total 1 replies
angel heart
weh, weh, kenapa Deril gaun tahu kejadian sebenarnya gitu?
Tien_marda
Lanjut Akak 😊
angel heart: setuju lanjut
total 1 replies
Wiwin Winarsih
bgus
El Geisya Tin: terima kasih atas dukungannya, baca terus ya? 😊👍
total 1 replies
Wiwin Winarsih
bagus
angel heart
Lanjut Kak😁
El Geisya Tin: Terima kasih atas dukungannya
total 1 replies
angel heart
Dia mungkin masih sayang, tapi entah demi apa dia gai mau ketemuan, Shima jijik sama Deril.
El Geisya Tin: Deril emang tuh orang 🤣
total 1 replies
Tien_marda
Karakter Deril bikin aku gregetan, kenapa gak jelasin aja biar gak ada salah paham? Lanjut Thor! Jadinya sama siapa nanti Shima? Sama Deril atau Regan?
El Geisya Tin: Entahlah, aku juga belum tentukan itu 🤭
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
kejam tau gak, kejam😭
El Geisya Tin: hehe 🤣🤣🤣🤭🤔😇😊 pokoknya campur aduk
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
namanya bagus2😍😍
El Geisya Tin: terima kasih sudah mampir, kalau butuh bantuan nama, aku bisa kasih banyak pilihan sesuai karakter MC
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
cepatnya kak nulis😭😭
aku cuma bisa 1 bab sehari😭
El Geisya Tin: Sama aku juga satu bab sehari
total 1 replies
She_Na
lanjut kak
El Geisya Tin: terima kasih sudah mampir 😊👍
total 1 replies
angel heart
semangat Shima buat cari kebenarannya terus kamu operasi biar sembuh
El Geisya Tin: terima kasih semangat buat Shima ya Kak!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!