Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal yang Baru
Hari-hari di sekolah semakin cerah, terutama setelah Dimas dan Naya mulai terlihat semakin akrab. Keisha memperhatikan dari jauh, menyaksikan bagaimana Naya tampak bahagia saat bersama Dimas. Dalam hati, Keisha merasa senang untuk sahabatnya, meskipun ada rasa kehilangan yang menyelimutinya.
Naya: (tersenyum ceria) “Dimas, ayo kita coba cafe baru di depan sekolah! Aku dengar makanannya enak banget.”
Dimas: (tersenyum) “Kedengarannya bagus. Yuk, kita ajak Keisha juga!”
Naya: “Kayaknya Keisha lagi sibuk dengan tugasnya. Nanti aja deh kita ajak.”
Di sisi lain, Raka berusaha mendekati Keisha. Dia merasa ada chemistry di antara mereka, meskipun Keisha masih sering melamun memikirkan persahabatan Naya dan Dimas. Raka memutuskan untuk mengajaknya berbincang.
Raka: “Eh, Keisha! Lo lagi ngapain? Mau belajar bareng?”
Keisha: (kaget) “Oh, Raka! Aku baru selesai tugas, tapi mau istirahat sebentar.”
Raka: “Gue ada beberapa catatan yang bisa kita bahas. Mungkin bisa bantu lo lebih paham.”
Keisha: (tersenyum) “Makasih, Raka. Itu ide yang bagus!”
Mereka berdua duduk di taman sekolah, dikelilingi oleh bunga yang sedang mekar. Raka menunjukkan catatannya dan Keisha mulai merasa nyaman berbicara dengannya.
Raka: “Gue senang kita bisa belajar bareng. Lo orangnya asik, Keisha.”
Keisha: “Haha, terima kasih! Gue juga senang bisa ngobrol sama lo.”
Raka: “Naya sama Dimas terlihat semakin dekat ya? Lo nggak cemburu?”
Keisha: “Enggak, Raka. Aku bahagia untuk mereka. Naya pantas bahagia, dan Dimas juga.”
---
Setelah beberapa hari belajar bersama, Raka mulai merencanakan sesuatu untuk mendekatkan diri dengan Keisha.
Raka: “Eh, gimana kalau kita pergi ke festival di kota minggu depan? Banyak makanan dan permainan seru!”
Keisha: (terkejut) “Festival? Itu kedengarannya seru! Tapi… apakah lo yakin mau ngajak aku?”
Raka: “Tentu saja! Kita bisa nikmatin waktu bareng. Lagipula, kita sudah jadi teman baik kan?”
Keisha: (tersenyum) “Iya, benar. Aku mau!”
---
Hari festival tiba, dan suasana penuh keceriaan. Raka dan Keisha berjalan bersama, menikmati berbagai makanan dan permainan yang ada.
Raka: (menggoda) “Keisha, lo harus coba ini! Ini makanan favorit gue!”
Keisha: “Wah, enak juga! Kenapa lo tidak ngajak Naya dan Dimas?”
Raka: “Mereka sudah pergi bareng. Tapi, gue lebih senang sama lo sekarang.”
Keisha: (tersipu) “Makanya kita bisa nikmatin waktu kita berdua.”
---
Saat malam tiba, mereka berdiri di bawah lampu-lampu festival yang berkelap-kelip. Raka mengajak Keisha untuk melihat kembang api.
Raka: “Lihat! Kembang api sudah mulai. Kita harus ambil foto!”
Keisha: “Iya, ayo!”
Mereka berdua berpose di depan kembang api yang berwarna-warni, tertawa dan menikmati momen berharga itu. Raka merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan dalam diri Keisha.
Raka: “Keisha, gue senang bisa bersama lo hari ini. Lo bikin hari ini jadi lebih istimewa.”
Keisha: “Gue juga, Raka. Terima kasih udah ngajak gue.”
---
Setelah festival, kedekatan mereka semakin terjalin. Raka mulai merasakan perasaan yang lebih dalam terhadap Keisha, sementara Keisha mulai terbuka pada kenyataan bahwa dia juga menyukai Raka.
Raka: “Lo tahu, Keisha, kadang gue mikir tentang kita. Kita bisa jadi lebih dari teman.”
Keisha: (terkejut) “Lebih dari teman?”
Raka: “Iya, kayak… pacar? Gue merasa kita cocok.”
Keisha: (tersenyum) “Aku juga berpikir begitu. Tapi, kita baru dekat. Apa kita siap untuk itu?”
Raka: “Gue siap. Kita bisa coba. Tidak ada salahnya untuk menjalin sesuatu yang lebih.”
---
Keisha dan Raka mulai berkomitmen untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk akademis dan pertemanan.
Dimas: (melihat mereka) “Eh, kalian berdua makin dekat ya? Seru juga!”
Naya: (tersenyum) “Iya, Keisha dan Raka memang serasi!”
Keisha: “Terima kasih, guys! Kami hanya mencoba mengenal satu sama lain lebih dalam.”
Dimas: “Semoga kalian bahagia, ya!”
Naya: “Iya, jangan lupa ajak kita main bareng!”
---
Kedekatan Keisha dan Raka membuat mereka merasa lebih nyaman satu sama lain, namun tidak semua orang mendukung hubungan mereka. Suatu hari, saat mereka sedang duduk di kantin, Naya melihat Dimas berbicara dengan seorang gadis baru di sekolah, Alya.
Naya: (mendekati Raka dan Keisha) “Hei, kalian lihat Dimas? Dia ngobrol sama Alya. Ada yang aneh dengan itu, ya?”
Keisha: (merasa tidak nyaman) “Mungkin mereka hanya berteman. Dimas kan baik sama semua orang.”
Raka: “Iya, betul. Lagipula, kita juga belum lama bersama. Mungkin lo lebih fokus ke hubungan kita, Keisha.”
---
Namun, kebingungan mulai melanda Keisha. Dia merasa cemburu melihat Dimas yang tampak akrab dengan Alya. Sementara itu, Raka merasa ada yang aneh dengan sikap Keisha.
Raka: “Keisha, lo kenapa? Lo tampak gelisah.”
Keisha: “Gak apa-apa, Raka. Hanya… melihat Dimas, aku jadi mikir. Apa dia benar-benar bahagia dengan Naya?”
Raka: (merasa khawatir) “Jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting adalah hubungan kita. Kita bisa atasi semuanya.”
Keisha: “Iya, lo benar.”
---
Beberapa hari berlalu, dan Keisha tidak bisa mengabaikan rasa cemburu yang mengganggu pikirannya. Dia mulai menghindari Raka, merasa takut kehilangan Dimas dan Naya. Raka menyadari perubahan ini.
Raka: (menghampiri Keisha) “Keisha, kenapa lo menjauh? Apa yang terjadi?”
Keisha: “Maaf, Raka. Aku hanya butuh waktu sendiri.”
Raka: “Tapi kita harus bicarakan ini. Gue merasa ada sesuatu yang salah.”
Keisha: “Aku merasa tidak nyaman dengan Dimas dan Alya. Sepertinya dia lebih memilih Alya daripada Naya.”
Raka: (bingung) “Tapi Dimas sayang Naya, kan? Kita harus percaya pada mereka.”
---
Di tengah kebingungan ini, Dimas merasakan ketegangan antara Keisha dan Raka. Dia memutuskan untuk bicara dengan Keisha tentang situasi ini.
Dimas: “Keisha, ada yang ingin gue bicarakan. Kenapa lo tampak berbeda belakangan ini?”
Keisha: (berusaha menjelaskan) “Maaf, Dimas. Aku hanya… khawatir tentang hubungan lo dengan Naya. Dan Alya, dia…”
Dimas: “Alya? Dia hanya teman. Naya dan aku saling memahami. Aku tidak ingin lo khawatir.”
Keisha: (bernapas lega) “Oh, jadi bukan seperti yang aku pikirkan?”
Dimas: “Tentu tidak. Lo harus tahu, persahabatan kita penting.”
---
Keesokan harinya, Naya dan Dimas mengundang Raka dan Keisha untuk berkumpul di taman sekolah. Mereka ingin membahas situasi ini.
Naya: “Hey, aku tahu ada yang tidak beres di antara kita. Kita harus saling bicara, guys.”
Raka: “Iya, ada banyak yang perlu kita klarifikasi. Aku merasa Keisha tidak nyaman.”
Naya: “Keisha, lo baik-baik saja? Kita semua teman di sini.”
Keisha: “Aku… hanya ingin kalian semua bahagia. Terkadang aku merasa cemburu tanpa alasan.”
Dimas: “Lo tidak perlu merasa begitu. Hubungan kita itu kuat. Kita bisa bicara apapun.”
---
Setelah pertemuan tersebut, Keisha merasa lega dan lebih terhubung dengan teman-temannya. Namun, saat pulang, Raka mengajak Keisha berbicara di taman.
Raka: “Keisha, lo udah lebih baik sekarang? Gue senang kita bisa klarifikasi semuanya.”
Keisha: “Iya, Raka. Maaf kalau aku bikin lo khawatir. Aku benar-benar ingin kita baik-baik saja.”
Raka: “Gue juga. Kita harus saling mendukung, apapun yang terjadi.”
Keisha: “Benar. Semoga kita bisa terus seperti ini.”
---
Namun, masalah baru muncul ketika keluarga Keisha mulai mempertanyakan hubungan mereka. Ibu Keisha yang sangat melindungi putrinya merasa cemas dengan kedekatan Keisha dan Raka.
Ibu Keisha: “Keisha, lo harus hati-hati. Apa lo yakin dengan Raka? Dia dari keluarga yang berbeda.”
Keisha: “Ibu, Raka orang yang baik. Dia selalu ada untukku.”
Ibu Keisha: “Tapi lo harus fokus pada studi dan masa depan, bukan hanya pada pacaran.”
Keisha: “Ibu, aku mengerti. Tapi aku juga butuh dukungan dan kebahagiaan.”
---
Setelah berbicara dengan ibunya, Keisha semakin bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa menjalin hubungan yang sehat dengan Raka. Dia memutuskan untuk lebih serius dalam pendidikannya sambil tetap menjaga hubungan dengan Raka.
Keisha: (kepada Raka) “Raka, aku mau lebih fokus ke studi. Tapi aku juga mau kita tetap dekat.”
Raka: “Gue dukung, Keisha. Kita bisa atur waktu untuk belajar dan juga jalan bareng.”
Keisha: “Terima kasih, Raka. Aku merasa lebih percaya diri sekarang.”
---
Dengan tekad baru, Keisha dan Raka mulai menyusun rencana masa depan bersama. Mereka berkomitmen untuk mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan mereka.
Raka: “Lo udah punya rencana kuliah? Gue mau ambil jurusan arsitektur.”
Keisha: “Aku mau masuk ke psikologi. Kita bisa saling mendukung, kan?”
Raka: “Tentu saja! Kita bisa belajar bareng untuk ujian masuk.”
Keisha: “Bisa! Aku excited banget untuk masa depan kita.”
---
Naya dan Dimas merasa bahagia melihat teman-teman mereka saling mendukung. Mereka merencanakan perayaan kecil untuk merayakan keberhasilan mereka dalam ujian semester.
Dimas: “Bagaimana kalau kita adakan pesta kecil di rumahku? Kita semua layak merayakan usaha kita!”
Naya: “Setuju! Kita bisa masak bareng dan bersenang-senang.”
Keisha: “Itu ide yang bagus! Aku akan bawa kue.”
Raka: “Gue akan bawa minuman! Ini pasti jadi acara seru.”
---