Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. HAMPIR SAJA!
HAMPIR SAJA!
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Alya duduk bersembunyi di pinggir hutan dengan tubuh yang bergetar ketakutan. Namun Alya pikir, tempat ini tidak cukup aman untuk terus bersembunyi.
Jika ia tetap tinggal disana, anak buah Anton pasti akan menemukannya karena
mereka sudah dikerahkan ke segala penjuru untuk mencari dirinya.
Sementara itu, kemarahan Anton meledak ketika ia mengetahui Alya telah kabur. "Cepat cari perempuan itu! Jangan kembali tanpa membawanya!," teriaknya dengan suara menggema hingga membuat semua orang di sekitarnya tersentak.
Wajahnya memerah karena menahan amarah, namun di dalam hatinya, Anton tidak sepenuhnya menyalahkan Alya. Karena ini semua terjadi karena ulah istri ketiganya juga.
Tapi harga diri Anton telah diinjak-injak, dan ia tidak akan membiarkan Alya pergi begitu saja.
Takut di tangkap, akhirnya Alya memutuskan untuk pergi dari pinggir hutan dan menuju jalan raya. Meski jaraknya jauh dan medan yang harus dilalui cukup berat, Alya terpaksa melakukannya karena tidak punya pilihan lain.
Dengan terus berlari menuju jalan raya, ia berharap akan menemukan seseorang yang bisa membantunya melarikan diri.
Berlari dengan jarak yang jauh, Alya sangat merasa kelelahan hingga membuat kakinya terasa berat.
Tetapi ketakutan yang mengintainya membuat Alya terus berlari, meski tubuhnya sudah mulai kehabisan tenaga.
"Aku tidak boleh menyerah! Aku tidak boleh menyerah!," gumamnya sambil terus berlari.
Alya hampir mencapai jalan raya ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Jantungnya berdetak kencang dan berharap jika itu bukan anak buah Anton.
Namun saat ia berbalik, Alya melihat salah satu anak buah Anton berada tepat di belakangnya. "Di sini dia!," teriak pria itu, sambil menunjuk ke arah Alya dengan wajah penuh kemenangan.
Tanpa berpikir dua kali, Alya langsung berlari secepat yang ia bisa. Kakinya berderap di atas tanah hingga terdengar seperti dentuman drum di telinganya.
"Tunggu! Jangan lari!," teriak pria berbadan besar itu.
Kejar-kejaran itu membuat napas Alya tersengal, tetapi Alya tidak memedulikan rasa lelah atau ketakutannya.
Hingga akhirnya di kejauhan, lalu lalang mobil di jalan raya mulai terlihat yang memberi Alya sedikit harapan di tengah situasi yang semakin mencekam.
Namun, ketika Alya berhasil mencapai jalan raya, ia hampir tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang tanpa ia sadari saking fokusnya berlari.
Cekitttt...!!!
Ban mobil itu berdecit keras saat pengemudinya menginjak rem mendadak. "Woi! Sudah bosan hidup ya?! Dasar gila!," teriak sang supir yang kemudian melaju kembali dengan marah.
Namun, Alya tidak punya waktu untuk memikirkan insiden yang hampir merenggut nyawanya itu.
Ia terus berlari, meski kakinya terasa semakin berat dan napasnya semakin sesak.
"Hah! Hah! Hah!."
Alya berhenti sejenak untuk memgambil napas yang terasa hampir putus.
"Lihat! Dia di sana!," teriak anak buah Anton yang semakin mendekat. Suara itu terdengar jelas di belakangnya hingga membuat Alya semakin panik.
"Apa yang harus aku lakukan?," gumam Alya merasa putus asa.
Matanya mencari-cari tempat untuk bersembunyi. Lalu Alya melihat sebuah bangunan kecil di tepi jalan, mungkin sebuah warung atau gudang, kemudian ia segera berlari ke sana.
Ia berharap bisa bersembunyi di dalamnya sampai keadaannya aman. Namun, keberuntungannya tampak semakin menipis.
Anak buah Anton nyatanya terus mendekat, dan sebelum Alya sempat masuk ke dalam bangunan itu, ia mendengar suara mereka lagi, "Dia di sini! Cepat, tangkap dia!."
Jantung Alya hampir berhenti mendengar teriakan itu dan merasa tidak punya waktu lagi. Seluruh tubuhnya seolah lumpuh oleh rasa panik dan hampir menyerah.
Namun, di seberang jalan, ia melihat sebuah mobil berhenti dengan mesin yang masih menyala. Tanpa pikir panjang, Alya langsung berlari ke arah mobil itu.
Sementara di dalam mobil tersebut terdapat seorang wanita yang duduk di kursi pengemudi dengan wajah yang tampak tenang sebelum tiba-tiba berubah menjadi panik ketika melihat Alya mendekat.
Tanpa berpikir lagi, Alya langsung membuka pintu mobil dan masuk dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dan berteriak ketakutan. "Hei! Siapa kamu?!."
Alya menatap wanita itu dengan air mata yang mengalir deras di pipinya juga dengan napas yang tersengal-sengal.
"Nyonya, tolong saya... Tolong selamatkan saya, Nyonya... Mereka ingin menculik saya," ujarnya sambil menunjuk ke arah anak buah Anton yang terus mendekat.
Wanita itu melihat ke arah yang ditunjuk Alya dan langsung menyadari bahaya yang mengintai perempuan di belakangnya itu.
Dengan cepat, wanita itu memutar kemudi dan menekan pedal gas hingga melaju cepat dan menjauh dari tempat itu, meninggalkan para pengejar Alya yang hanya bisa berteriak kesal di belakang.
"Sial! Juragan Anton pasti sangat marah!."
Akhirnya Alya terselamatkan berkat bantuan seseorang yang sama sekali tidak ia kenali.
Selama beberapa saat, Alya mengatur napasnya sebelum benar-benar menyadari keadaan. Sementara, wanita pemilik mobil yang bernama Andin itu terus melirik ke arah Alya lewat kaca spion.
"Sepertinya perempuan itu seorang pengantin. Apa dia lari dari pernikahannya?," batin Andin.
Dia tidak segera bertanya melihat kondisi Alya yang memprihatinkan. Gaun pengantin yang berantakan dan makeup yang luntur karena tangisan membuat Andin merasa iba dan kasihan pada Alya yang kini terus menangis.
Setelah beberapa saat, Andin memarkirkan mobilnya dan berhenti sejenak. Lalu, ia menoleh ke belakang dan bertanya.
"Siapa sebenarnya kamu? Dan mengapa mereka mengejarmu?," tanya Andin.
Alya mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk. Ia menatap wanita itu dengan mata yang sembab dan penuh kesedihan.
Alya hanya diam dengan waktu yang cukup lama sebelum ia akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara.
"Saya… Alya," ucapnya pelan. Suaranya terdengar serak karena terus menangis. "Saya hanya seorang gadis kampung yang malang… Sejak kecil, hidup saya sudah penuh dengan cemoohan dan hinaan, hanya karena saya lahir dari keluarga miskin."
Andin diam mendengarkan dan memberikan ruang bagi Alya untuk melanjutkan perkataannya.
Alya menghela napas panjang, seakan beban yang selama ini ia pendam mulai mencair dan mengalir dalam bentuk kata-kata.
"Dari kecil, saya selalu bermimpi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, untuk bisa membahagiakan keluarga saya. Tapi di desa tempat saya tinggal, orang-orang hanya melihat penampilan luar. Mereka tidak peduli seberapa keras saya bekerja, seberapa baik saya mencoba menjadi… mereka hanya melihat kemiskinan saya. Dan karena itu, saya selalu menjadi bahan ejekan."
Mata Alya kembali berkaca-kaca dan sempat terhenti. "Kemudian, datanglah Anton… Juragan kaya di desa itu. Saat dia melamar saya, semua orang berpikir saya akan menjadi kaya dan dihormati. Mereka tidak tahu bahwa menerima lamarannya adalah satu-satunya cara saya untuk melindungi keluarga saya dari kehinaan dan kemiskinan. Tapi saya tahu di dalam hati… itu bukan yang saya inginkan. Saya tidak ingin menikah dengan orang seperti dia. Saya tidak mencintainya…"
Alya menundukkan kepalanya lagi dan menangis kembali. 😭😭😭😭😭
"Namun, tekanan dari sekitar terlalu berat. Orang-orang mulai menuduh saya sebagai pelakor, sebagai gadis tak tahu diri yang hanya mengejar harta Anton. Saya tidak punya pilihan lain selain menerima lamarannya. Saya pikir, mungkin dengan menjadi istrinya, derajat saya akan terangkat dan orang-orang akan berhenti menghina saya dan keluarga," lanjut Alya sambil terus menangis.
Mendengar cerita Alya, Andin menggenggam kemudi lebih erat, ia merasa simpati terhadap Alya yang begitu muda namun sudah harus menghadapi tekanan hidup yang begitu besar.
Namun, Andin tetap mendengarkan dengan seksama, tanpa memotong cerita Alya.
"Dan tadi, saat di pelaminan…," lanjut Alya dengan suara yang semakin bergetar, "Saat saya berpikir bahwa semua akan berakhir, bahwa saya hanya perlu menjalani peran saya sebagai istri… istri ketiga juragan Anton datang. Dia menyerang saya, menghina saya, mencakar wajah saya hingga berdarah… Semua orang menyaksikan. Saya merasa sangat hancur. Saya tidak pernah ingin hidup seperti ini… 😭😭😭. "
Alya menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya bergetar hebat karena tangisnya. "Saya tidak tahu harus bagaimana lagi… Saya hanya ingin bebas, ingin hidup normal seperti gadis-gadis lain. Saya tidak pernah meminta untuk hidup dalam kehinaan seperti ini…"
Sebagai sesama perempuan, hati Andin merasa tergerak. Lalu ia mengulurkan tangan dan menyentuh pundak Alya dengan lembut.
"Alya… kamu sudah sangat kuat. Tidak banyak yang bisa bertahan dalam situasi seperti ini. Aku tidak tahu banyak tentang dirimu, tapi aku bisa merasakan betapa beratnya beban yang kamu pikul."
Alya menoleh ke arah Andin, ia terkejut sekaligus merasa terharu atas perhatian yang diberikan padanya. Perhatian yang belum pernah ia rasakan dari orang lain selain keluarganya.
"Tapi, Nyonya… saya hanya membawa masalah bagi siapa saja yang dekat dengan saya. Saya takut mereka akan menyakiti orang lain untuk menangkap saya," kata Alya lagi.
"Tidak, Alya. Kamu tidak sendiri lagi. Aku akan membantumu, sejauh yang aku bisa. Tapi kita harus mencari tempat aman terlebih dahulu."
Bersambung...