"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Cerita
Maharani duduk mendengarkan cetita dari wanita yang menemukan jasad kafan hitam peryama kali nya, rincian tentang tubuh nya membuat Maharani yakin kalau setan itu meninggal karena di bunuh orang secara tragis. yang jadi masalah lagi, apa mungkin memang dia di perkosa oleh para manusia bejat karena kata Ibu bayi kemaluan dia koyak.
Apa lagi dari leher hingga kemaluan juga koyak besar dan bekas nya di jahit dengan sangat tidak rapi, malah yang ada membuat orang orang semakin ngilu melihat jasad wanita itu. Maharani teringat nasib nya yang dulu meninggal karena di perkosa dan di siksa juga oleh Ayah tiri nya.
Bila memang mayat itu di perkosa maka Maharani pun mendukung penuh atas pembalasan dendam nya, namun yang membuat orang heran itu kenapa dia juga membantai semua warga yang sudah menolong dia, seharus nya berterima kasih karena sudah di tolong dan di kuburkan secara layak, namun malah membantai semua orang desa sini.
Yang tidak bersalah pun ikut jadi korban nya, apa lagi para bocah kecil itu pun jadi mati, apa salah nya bila dia memang mau membalas dendam maka balas kan saja pada orang yang sudah membuat dia sengsara, namun malah membuat kehebohan besar sampai sekarang dan membunuh siapa pun yang datang kedesa ini.
"Apa Paduka tahu, kuburan dia selalu mengeluarkan darah." ujar Ibu bayi mengajak gosip.
"Kenapa?!"
"Kata nya itu karena dia masih tidak bisa menerima kematian nya, dia tidak rela mati begitu dan setelah mati aku baru tahu bahwa dia sudah di ambil organ dalam nya." jelas Ibu bayi.
"Untuk apa?!" heran Maharani malah dia ingat kelakuan nya Purnama dulu yang suka makan organ dalam.
"Di jual dong, kan mahal organ dalam ini kalau di jual." Bu Lurah yang menjawab nya.
"Lah mau di jual kemana?" Maharani memang tidak tahu akan masalah itu.
"Ya pada orang yang membutuhkan dong, Paduka! itu mahal sekali, apa lagi orang yang sangat membutuhkan maka semua nya akan di beli." jelas Bu Lurah lagi.
"Astaga!" Maharani mengusap perut nya karena agak ngilu juga rasa nya.
Takut membayangkan rasa nya yang sangat sakit sekali, manusia hidup di belah tanpa aba aba yang pasti rasa nya begitu luar biasa. Maharani mendapatkan titik terang bahwa kafan hitam adalah manusia yang tersakiti dengan cara yang amat menyakitkan, siapa pun pasti tak akan mau mengalami nasib yang seperti itu. entah orang yang menyakiti nya sudah mati akibat dendam nya apa belum, Maharani juga belum tahu karena dia baru kemudian tahu nya dari si Ibu bayi.
"Sakit sekali pasti nya yang dia rasakan." ucap Maharani.
"Ya tapi jangan membunuh kami juga, Paduka! kami yang sudah menolong nya kok ikut di bunuh juga." kesal Ibu bayi.
"Apa dia marah karena kalian memberi nya kafan hitam? di mana dia sekarang, kok aku mau ketemu dia sekarang." kesal Maharani.
"Kadang dia juga tidak ada, entah kemana dia pergi karena jarang memang di sini." jelas Bu Lurah.
"Berarti dia memang menunggu di rumah Intan itu ya? kenapa dia kok bisa suka di rumah itu." Maharani masih tidak bisa memecahkan masalah yang sedang terjadi sekarang.
"Dia juga membunuh seorang anak di sana, aku tidak berani sekali kalau dia sudah datang kedesa ini lagi." ujar Ibu bayi.
"Aku sangat menyesali perbuatan suamiku yang tiba tiba saja menolong dia untuk menguburkan." Bu Lurah juga kesal sekali atas perbuatan suami nya.
Andai saja saat itu Pak Lurah memang tidak menguburkan mayat wanita yang kematian nya belum jelas, maka sudah pasti dia tak akan meninggal di bantai dengan kafan hitam yang penuh dendam kesumat. sampai seluruh desa habis semua di bunuh nya, hanya Inah yang bisa selamat dan hijrah kedesa nya Intan yang tidak jauh dari desa mati yang penuh misteri.
...****************...
Zidan membuka lemari di kamar tengah rumah nya Intan, dia begitu kaget sekali melihat nya karena begitu banyak sekali barang barang yang mengundang setan di sini, bekas sesaji juga ada sehingga membuat Pak Lurah sangat ngeri melihat nya. apa lagi ada kawat berduri yang sangat banyak sekali, sama persis dengan kawat yang ada di tubuh nya Bu Nisa.
"Dia meninggal karena santet kan, Mas?" tanya Pak Lurah pelan seperti berbisik.
"Tidak, dia meninggal karena setan kafan hitam." lirih Zidan pelan sekali karena sangat kaget.
"Hah! kok bisa setan kafan hitam membunuh Bu Nisa?" Pak Lurah kaget tidak percaya.
"Ada sesuatu di antara mereka yang sudah terjadi, aku tidak bisa melihat itu." ucap Zidan yang memang tidak bisa melihat.
Purnama lah yang bisa melihat nya bila ada orang yang sudah mengalami, yang lebih jelas adalah Fatma, istri nya Arya bisa membaca masa lalu hanya dengan memegang barang nya saja dan bisa melihat dengan sangat jelas.
Bila Zidan hanya lah ustad yang bisa membantu dengan doa, beda dengan Purnama atau adik nya yang memang asal nya mereka dari alam ghaib, sehingga bisa untuk melihat atau pun mengurus nya dengan mudah, walau kadang mereka juga harus pontang panting menolong orang orang.
"Kafan hitam itu adalah mayat wanita yang tidak di kenal, lalu di kuburkan oleh Lurah desa sebelah, hanya saja saat itu kafan putih sudah habis dan kami juga tidak punya saat itu." jelas Pak Lurah.
"Bukan karena kafan nya dia mengamuk, walau itu kafan putih pun maka desa itu memang akan di bantai nya karena salah satu di antara nya ada pembunuh nya." jelas Zidan.
"Benarkah? sebenar nya wanita itu dari mana kok bisa sampai kedesa sebelah, sebab desa mana pun sama sekali tidak ada yang kenal dengan nya, Mas!" ucap Pak Lurah yang mendadak cemas bila desa nya kena juga.
Zidan melihat yang lain nya lagi siapa tahu ada yang bisa di jadikan petunjuk, sebab dia harus menemukan satu saja petunjuk dan harus mencari Inah juga untuk di ajak bertemu dengan istri nya yang saat ini ada di desa mati, beban nya Zidan agak berat.
"Ini siapa nya Bu Nisa, Pak?" Zidan menatap foto wanita bercadar.
"Itu Arini adik nya Bu Nisa, sekarang di luar negeri karena menikah dengan orang sana." jawab Pak Lurah.
"Apa pernah dia pulang?" tanya Zidan lagi.
"Belum pernah semenjak pergi, kami juga tahu nya karena Bu Nisa yang bilang bahwa adik nya keluar negeri." sahut Pak Lurah lagi.
Zidan agak termenung lama menatap foto wanita bercadar itu, entah kenapa hati nya agak bergetar dan merasa kenal dengan wanita ini karena kelihatan nya mereka seusia juga. apa mungkin itu memang salah satu teman nya, lagi pula nama pun sama membuat Zidan semakin yakin bahwa itu memang Arini teman nya sekolah dulu.
walaupun galak