Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Rasa yang berantakan.
Sedikit pun Bang Hanggar tidak bisa berkutik, setiap dirinya meninggalkan Fanya, 'gadis' itu selalu mual hebat bahkan Bang Bowo pun tidak bisa menanganinya.
Papa Hara dan Papa Putra saling lirik. Fanya menggenggam ujung seragam Bang Hanggar hingga bisa tertidur.
"Apakah ini devinisi kualat yang sesungguhnya, Kang?" Celetuk Papa Hara.
"Mungkin, Dan."
"Saya bukan lagi seorang komandan, saya hanya seorang Ayah yang menginginkan anak-anaknya bahagia." Kata Papa Hara. "Arlian belum 'sadar'. Biarkan Hanggar disini menjaga Fanya..!!"
Papa Putra menunduk menyimpan laranya, setegar apapun beliau, hati seorang ayah tetaplah sama. "Sesuai perjanjian, setelah anak itu lahir, saya akan mengambil Fanya kembali..!! Tidak ada hubungan apapun lagi antara Hanggar dan Fanya. Anak itu akan menjadi milik Arlian."
Papa Hara mendekap lengan mantan ajudannya. Beliau tidak bisa mengatakan apapun dan menjanjikan apapun sebab tidak akan pernah ada yang tau nasib manusia kedepannya.
Rasa sesak Papa Putra begitu terasa. "Setelah ini saya akan membawa Fanya pergi..!! Saya juga berharap tidak akan ada 'kontak fisik' di antara mereka, sebab hal itu akan menimbulkan perasaan yang dalam. Bukankah laki-laki tidak boleh main perasaan??"
"Itu benar, salah atau tidak.. tapi mereka sudah menikah. Biar Allah saja yang memahami tindak tanduk mereka, kita manusia bisa yang tidak pantas menghakimi. Hanya saja kalau untuk 'memisahkan' mereka.. terus terang saya kurang setuju, Kang." Jawab Papa Hara.
"Kenapa? Saya tidak akan ingkar untuk memberikan anak itu."
Papa Hara melirik Papa Putra dengan senyum hangat. Agaknya beliau sudah cukup legowo menerima kenyataan.
***
Bang Prawira panik melihat Fanya terkapar di lantai. Sudah tidak ada lagi Bang. Hanggar di kamar itu. Jelas Bang Hanggar sudah kembali ke kamar Arlian.
"B*****t. Seharusnya Hanggar sadar, istrinya tidak hanya Arlian seorang." Gerutunya. Bang Prawira mengangkat Fanya untuk kembali naik di tempat tidurnya.
Kesal melihat adiknya begitu menderita, Bang Prawira pun mencari Bang Hanggar. Ia mencari suami adiknya itu ke segala sudut hingga akhirnya dirinya melihat pria tersebut dengan hangat sedang menyuapi sosok pria kecil.
"Kemarin Papa gendong siapa? Kenapa Papa menangis?" Tanya Panggih.
"Papa nggak nangis. Tapi Papa sedih, karena tidak menjadi laki-laki yang baik. Besok.. kalau Abang sudah dewasa, harus sayang sama perempuan ya..!!" Nasihatnya pada putra pertamanya.
Agaknya perasaan Bang Hanggar kini menjadi tak karuan. Dulu dirinya menyiksa Arlian namun kini dirinya mengulang kesalahan yang sama dengan menghancurkan masa depan seorang gadis.
"Kemarin Papa gendong siapa?" Tanya Panggih lagi.
Bang Prawira terdiam meskipun di hatinya berharap cemas dengan apa yang akan di ucapkan Bang Hanggar.
Tangan lembut Bang Hanggar mengusap puncak kepala putranya.
"Bang Gege.. ayo ikut Daddy..!!" Ajak Bang Prawira.
"Daddy?? Gege punya Daddy lagi??" Tanya Panggih.
Bang Prawira mengangguk dengan senyumnya lalu mengambil mangkuk makan milik Panggih lalu menggendong pria kecil itu tanpa menoleh ke arah Bang Hanggar.
"Istrimu ada dua, temui Fanya juga..!! Fanya baru pingsan..!!" Kata Bang Prawira.
Tanpa di komando ulang, Bang Hanggar segera menuju kamar Fanya.
~
Fanya nyaris terjungkal dari tempat tidur saat berusaha untuk bangkit dari posisinya. Untung saat itu Bang Hanggar sigap menahannya.
"Kamu bisa hati-hati atau tidak??" Tegur Bang Hanggar dengan segala sikap dinginnya.
Seperti biasa Fanya selalu gelisah saat Bang Hanggar membantunya.
"Tidak ada yang memintamu kesini..!!" Kata Fanya.
"Bisakah kamu lebih sopan??"
"Apa aku harus bersikap sopan??? Dengan manusia seperti ini?????" Tanya Fanya.
Keduanya pun saling menatap. Bang Hanggar melihat tatap sendu Fanya, wajah putih bersih itu penuh luka, tubuhnya pun memar lebih parah dari keadaan Arlian dulu.
"Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan, saya suami kamu..!!" Jawab Bang Hanggar.
"Dan tidak ada wanita manapun di belahan dunia ini yang ingin menjadi istrimu..!!!!" Ucap kesal Fanya.
Bang Hanggar melepaskan dekapannya lalu mengarahkan Fanya agar bisa kembali merebahkan diri. Ia segera melangkah keluar dari kamar.
Namun baru beberapa langkah berjalan, Fanya kembali mual. Bang Hanggar pun menghentikan langkahnya. Ekor matanya melirik Fanya yang ambruk karena kewalahan dengan rasa mualnya.
Entah apa yang mendorong langkah kakinya. Bang Hanggar berbalik menghampiri Fanya dan membantunya untuk duduk tapi Fanya menolaknya karena kesal.
"Kamu tidak usah besar kepala..!! Saya tidak membantumu karena saya suka. Saya hanya tidak tega dengan anak di perutmu..!!" Ucap kasar Bang Hanggar.
"Aku sudah bilang tidak ada yang memintamu kesini..!!!" Bentak Fanya tak kalah kasar.
"Lancang..!!!!! Beraninya kamu membentak saya..!! Selama jadi istri saya, Arlian saja tidak pernah membentak saya..!!" Mata Bang Hanggar menahan rasa marah karena bentakan Fanya.
"Lalu kau mau apa??? Tampar aku lagi????? Atau mencambuk ku dengan ikat pinggang mu?????" Bagai tak ada rasa takut sedikitpun Fanya melawan Bang Hanggar.
"Diam, Fanya..!! Saya sedang tidak ingin ribut dengan kamu..!!!!"
"Lepaskan aku..!!! Anggap kita tidak saling mengenal..!!" Kata Fanya.
Bang Hanggar yang geram segera meninggalkan tempat tapi lagi-lagi Fanya mual. Fanya berusaha turun dari tempat tidur, ia meraba sekitarnya hingga tanpa sengaja menjatuhkan tiang infusnya.
braaaakkk..
Saat itu Bang Hanggar sudah berada di luar pintu. Ia melongok dan melihat keadaan Fanya namun saat itu Fanya sudah tersungkur jatuh. Bang Hanggar pun segera kembali masuk dan membopong Fanya kembali ke atas tempat tidur.
Fanya memukuli dada Bang Hanggar dengan kesal namun tanpa tenaga meskipun dirinya sudah memukul sekuatnya. Tiba-tiba saja Fanya menangis, tangguhnya seorang Fanya mendadak hilang berganti manjanya khas seorang wanita.
Sekeras apapun hati Bang Hanggar, sekesal apapun Bang Hanggar pikirannya, tetap saja hatinya tidak tega. Dirinya membiarkan istri keduanya itu untuk meluapkan rasa marahnya.
"Dasar penjahat, mata keranjang, b******n, laki-laki b*****t, saat aku sembuh nanti.. aku ingin menusukmu hidup-hidup..!!!!" Teriak Fanya hingga mengundang perhatian banyak orang di luar sana.
Fanya terisak-isak dan berontak tapi Bang Hanggar berusaha menenangkan istrinya itu.
"Iya, nanti tunggu sembuh dan sehat dulu ya..!! Balaslah sesuka hatimu..!!" Ucap Bang Hanggar lembut sembari mengarahkan anak rambut Fanya ke belakang telinga.
"Om Gar jahat, Fanya benci Om Gar..!!!!!"
deg..
Denyut jantung Bang Hanggar tiba-tiba saja menjadi tidak stabil.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.