Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Aku nggak mau lagi yah” kata Nadia pada Vanesa dan Angel pada jam istirahat. Kedua temannya itu sudah tidak sabar mendengar cerita Nadia tentang kesan pertama Bintang setelah melihat perubahannya dari anak kecil menjadi seorang gadis remaja.
“Kenapa? Tuan Bintang kamu itu bilang apa memangnya?” tanya Vanesa tidak sabaran.
“Dia bilang kamu cantik? Kamu seksi?” giliran Angel yang memberi pertanyaan.
Nadia menutupi wajahnya yang memerah karena malu dengan kedua tangannya. Dia benar-benar malu mengingat kejadia semalam yang sama sekali tidak ada dalam rencananya.
“Nad...”
“Aku malu” kata Nadia.
“Cerita aja, biar kita bisa kasih pendapat” Vanesa kembali memaksa Nadia bercerita.
Nadia akhirnya menceritakan kejadian semalam tanpa mengurangi satu adegan pun, dan wajahnya kembali memerah saat dia menceritakan peristiwa yang terjadi di kamar mandi.
“Hahahaaaaaa....” riuh tawa Vanesa dan Angel membuat beberapa orang di aula olah raga melihat ke arah mereka yang sedang duduk di tengah-tengah aula. Terlihat sekali apa yang mereka bicarakan sesuatu yang sangat rahasia.
“Kenapa kalian malah ketawa sih, aku kan jadi tambah malu” seru Nadia dengan wajah sok imutnya.
“Terus kamu lihat raut wajah Tuan Bintang seperti apa waktu dia tangkap kamu dan nggak sengaja neyntuh itu kamu” Angel bertanya dengan nada bercanda sambil menunjuk dada Nadia dengan mata nakalnya.
“Mana sempat aku liat, aku malah ingin segera menghilang dari muka bumi saat itu juga. Mana kepikiran perhatikan raut muka Tuan Bintang seperti apa” kata Nadia kesal. Dia ingat betul betapa malunya dia tadi malam. Dia mungkin tidak berani menampakkan dirinya di depan Bintang selama beberapa hari.
“Menurut aku, itu awal yang baik. Tuan Bintang pasti pangling dan penasaran dengan perubahan kamu” jelas Vanesa.
Berbeda pendapat dengan Angel yang merasa Bintang tetap menganggap Nadia sebagai anak kecil sebelum dia benar-benar memberi perhatian lebih pada Nadia.
“Kamu jangan menghindar, Nad. Justru kamu harus lebih sering menampakkan diri dan memperlihatkan perubahan kamu. Tunjukkan kalau kamu punya pesona yang bisa melebihi pesona Sarah Diandra”.
“Pfff, hahahahaaaa” giliran Nadia yang tertawa sambil menyentak-nyentakkan kakinya.
“Kenapa kamu malah ketawa” tanya Angel dengan kerutan di dahinya.
Belum juga Nadia menjawab, bel tanda istirahat selesai sudah berbunyi. Mereka membersihkan sisa-sisa bungkusan cemilan dan botol minum yang berserakan di lantai dan membuangnya ke tempat sampah. Nadia yang jalan lebih dulu di kejar Vanesa dan Angel.
“Pulang sekolah mampir ke cafe dulu yah, seselaikan cerita kamu” kata Vanesa.
“Iya, kamu juga belum jawab kenapa kamu ketawa” Angel yang bicara. Meraka bertiga berjalan bersama dengan Nadia di tengah dengan Vanesa dan Angel yang mengalungkan lengan mereka di lengan kanan kiri Nadia.
Seperti yang sudah Vanesa dan Angel rencanakan, mereka langsung menarik Nadia sepulang sekolah dan membawa gadis polos itu ke apartemen mereka alih-alih ke cafe yang ribut dan ramai.
“Sekarang jawab, Nad. Kenapa tadi kamu ketawa pas aku bilang kamu bisa menyaingi pesona Sarah Dian...”
“Angel, jangan sebut nama. Dia itu terkenal tahu” bisik Nadia yang langsung memotong ucapan Angel karena supir online itu melirik-lirik mereka dari kaca spion di dalam mobil.
“Sabar kenapa sihh” katanya lagi dengan kesalnya. Nadia tidak tahu saja kalau driver online itu melirik mereka bukan karena mendengar nama Sarah Diandra, itu karena dia memperhatikan belahan dada Vanesa yang sengaja gadis itu buka dua kancing atas kemejanya.
“Makasih yah, Mas” kata Vanesa dengan manja yang di buat-buat.
“Kamu yah, supir online juga kamu godain” kata Angel yang sedari tadi memperhatikan Vanesa yang menggoda driver online itu.
“Ganteng” jawabnya terkikik geli. Nadia dan Angel hanya bisa geleng-geleng kepala di buat teman mereka yang centil itu.
Mereka sudah sampai di apartemen Vanesa dan Angel. Apartemen itu tidak terlalu besar, tapi ada dua kamar di dalam. Satu untuk Vanesa dan satu tentu saja untuk Angel. Kedua gadis itu sengaja menyewa apartemen agar leluasa bertemu dengan sugar dadynya.
Vanesa mengeluarkan sisa kue semalam dan juga minuman kaleng dari dalam lemari es untuk mengganjal perut mereka yang keroncongan sembari menunggu pesanan makanan mereka datang. Vanesa sudah memesan online tadi.
“Jadi gimana kelanjutannya, Nad?” tanya Vanesa tidak sabaran.
“Aku nggak mau lagi pokoknya” kata Nadia yakin.
“Kenapa, kamu itu masih muda, cantik, masih montok, beda sama Sarah Diandra yang sudah mulai tua” Angel manambahkan.
Nadia kembali tertawa, membuat kedua temannya bingung.
“Apanya yang lucu?” tanya Angel yang sedari tadi memang penasaran.
“Kalian tidak pernah melihat Sarah Diandra yah, dia itu glowing banget, cantik, wangi. Body nya sudah kayak barbie. Semakin tua dia semakin hot tahu”, jelas Nadia yang melihat Sarah setiap hari dari dekat.
“Aku juga nggak yakin banget dia akan gila kalau Tuan Bintang selingkuhin dia. Paling-paling juga dia tinggal cari gantinya. Yang antri buat dia pasti banyak” sambung Nadia.
“Sudahlah, cari cara yang lain saja untuk kasih dia pelajaran. Aku nggak mau jadi pelakor pokoknya. Baru begitu aja aku sudah ketakutan setengah mati, gimana kalau...” Nadia jadi merinding membayangkan tubuhnya di jamah oleh Bintang.
Bel berbunyi, pesanan makanan mereka sudah datang. Tiga gadis itu menata makanan di atas meja lalu makan bersama. Tentu saja masih melanjutkan cerita mereka.
“Memangnya kalian tidak takut kalau kepergok sama istri sah sugar daddy kalian?” hal yang selalu ingin Nadia tanyakan tapi selalu terlupa dan baru kali ini dia ingat menanyakannya.
“Takut” jawab Vanesa yang di setujui Angel.
“Terus...”
“Terus kenapa?” tanya Angel tidak mengerti.
“Kenapa kalian mau jadi simpanan om-om”
“Ihh, kita ini sugar baby tahu. Bukan simpanan om-om” protes Vanesa.
“Apa bedanya?”
“Biar lebih keren” jawab Angel. Nadia tertawa mengejek.
“Terus kalau istrinya melabrak kalian bagaimana?” tanya Nadia lagi.
“Ya udah, tinggal tinggalin aja terus cari yang baru” jawaban simple Vanesa diiringi senyum Angel yang menyetujui jawabannya.
Nadia hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan teman-temannya itu.
“Tapi kalian belum jawab, kenapa mau jadi sugar baby. Kalian kan tidak kekurangan apapun, beda sama aku?” Nadia mengulang pertanyaannya yang tadi di protes Vanesa.
“Aku cuma cari pelarian aja, biar nggak jadi gila kalau pulang ke rumah. Kamu tahu sendiri kalau Mama sama Papa aku jarang banget ada di rumah. Mereka munkin lupa kalau punya anak” kata Vanesa dengan wajah yang sedih. Dia memang selalu baper kalau menceritakan tentang orang tuanya yang jarang ada di rumah.
“Kalau aku sih kesel aja liat Ibu yang selalu banggain kakakku, aku kayak anak yang nggak di anggap. Aku telat pulang aja nggak pernah di cari. Jadi kadang aku malas banget pulang ke rumah. Untung ada Om Bryan yang bikin aku lupa kalau aku anak broken home” cerita Angel.
Mereka hanya mencari apa yang mereka tidak dapatkan di rumah, tapi ternyata sangat menyenangkan menjadi sugar baby hingga akhirnya mereka pun menikmatinya.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.