Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
.
.
.
Setelah selesai mandi, Aldebaran pun berganti pakaian lengkap. Aldebaran berbaring sejenak, ia sendiri tidak habis pikir.
"Apa benar perlakuanku bikin orang baper? Padahal aku hanya ingin menolong," gumam Aldebaran.
"Kenapa kamu bisa seperti ini Al? Kenapa? Bisa-bisanya kamu memikirkan dia terus," batin Aldebaran.
Tok...tok...tok. Pintu kamarnya diketuk. Perlahan Aldebaran bangkit dan membuka pintu tersebut.
"Ayah, ada apa?" tanya Aldebaran.
"Boleh ayah masuk?" tanya Ram.
"Tumben ayah minta izin dulu, biasanya juga setelah dibuka pintu langsung nyelonong," jawab Aldebaran.
"Ayah ingin ngobrol denganmu sebagai sesama pria," kata Ram.
"Bicarakan saja Yah, jangan bikin aku penasaran," kata Aldebaran.
"Kamu anak jenius, bahkan kejeniusan mu dan adikmu mengalahkan ayah," ucap Ram. Aldebaran mengernyitkan keningnya.
"Apa hubungannya?" tanya Aldebaran.
"Ayah ingin bertanya sebagai sesama lelaki, bukan sebagai ayah dan anak," kata Ram.
"Langsung aja Yah, to the point jangan pakai kata kiasan atau teka-teki yang bisa membuat aku bingung. Dan jangan bicara berbelit-belit," kata Aldebaran.
"Ayah mau tanya, bagaimana perasaanmu dengan Fay?" tanya Ram.
"Hanya ingin bertanya hal itu sampai ayah berbelit-belit berbicara?" tanya Aldebaran balik.
"Ya jawab dulu pertanyaan ayah," kata Ram.
"Aku gak tau Yah, kalau ayah suruh meretas sistem pertahanan orang lain aku bisa. Tapi untuk menyelami perasaan, aku sendiri juga tidak tau. Sejenius apapun aku tetap manusia biasa, punya kelemahan tersendiri," jawab Aldebaran.
"Ya sudah, ayah cuma mau bertanya soal itu," ucap Ram.
Ram pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Saat hendak memegang handle pintu, Aldebaran bersuara.
"Ayah pernah berdebar saat berdekatan dengan perempuan?" tanya Aldebaran.
Ram menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu. Dan berbalik lalu tersenyum.
"Hanya bundamu yang membuat ayah berdebar bahkan berdetak lebih cepat, awalnya ayah mengira kalau ayah ada masalah jantung. Tapi ternyata ayah jatuh cinta," jawab Ram. Lalu berbalik dan keluar dari kamar putranya. Sebelum Ram benar-benar keluar, Ram berkata.
"Kalau kamu mencintai seseorang, ungkapkan sebelum ia pergi menjauh darimu. Setelah ia menjauh dan kamu baru menyadarinya maka akan sia-sia. Harapannya sudah bukan untukmu lagi," ucap Ram.
Aldebaran mencerna kata-kata itu. Dan kembali berbaring. Tidak berapa lama masuk sang nenek. Kebetulan kamar tidak dikunci.
"Al, makan malam sudah siap, makan yuk!" ajak Wardina.
"Iya nek," jawab Aldebaran.
"Kamu kenapa?" tanya Wardina sambil membelai rambut cucunya itu.
"Gak apa-apa nek, cuma mikir kerjaan. Sudah beberapa hari tidak kekantor pasti kerjaan numpuk," jawab Aldebaran.
"Jangan terlalu dipikirkan," ucap Wardina.
"Yuk makan," ajaknya lagi.
Aldebaran pun bangkit dari duduknya dan berjalan menggandeng tangan sang nenek. Saat tiba di meja makan, Aldebaran duduk berhadapan dengan Fay, dan kedua saling pandang sejenak lalu sama-sama tertunduk.
Cahaya menyenggol lengan Fay dan berbisik agar melayani Aldebaran. Fay pun menurut saja mengambil nasi dan lauknya untuk Aldebaran.
"Terima kasih," ucap Aldebaran.
"Besok malam, bunda sama ayah mau ke mansion Oma mu, kalian harus ikut, ajak adikmu juga bersama calonnya," kata Ram.
"Tapi Yah ...."
"Apa susahnya sih, Oma sama Opamu hanya tinggal berdua saja, sekali-kali kita jenguk beliau. Dulu sewaktu kalian kecil kalian lebih suka berkunjung kesana," kata Ram.
"Sekarang kita sibuk Yah, aku dan Ale masing-masing sibuk dengan pekerjaan," jawab Aldebaran.
"Luangkan waktu kita, yang lain juga jarang berkunjung ke mansionnya Oma dan Opa," kata Ram lagi.
"Yang lain juga sibuk, mereka sudah punya usaha sendiri-sendiri. Apalagi Papa Ren sekarang lebih sering keluar negeri bersama keluarganya," kata Aldebaran.
"Sudah makan dulu, berbincang-bincangnya nanti saja," ucap Cahaya menengahi.
Mereka pun makan dalam diam. Fay yang tidak terbiasa makan nasi kini sudah mulai terbiasa selama ia bergabung dengan keluarga ini.
"Sayang mau nambah?" tanya Cahaya.
"Gak bunda, Fay sudah kenyang," jawabnya.
Setelah selesai makan mereka berkumpul diruang keluarga, Fay duduk di sofa tunggal, Ram dan Cahaya duduk berdampingan, sementara Aldebaran duduk dekat sang nenek dan bersandar pada sang nenek.
"Ingat besok malam kita akan mengunjungi Oma dan Opamu," kata Ram mengingatkan.
"Iya Yah, pulang dari kantor Al langsung kesana," jawab Aldebaran.
"Sayang kalau kamu mau istirahat, istirahatlah. Kamu masih kurang sehat," kata Cahaya pada Fay.
"Aku antar," sahut Aldebaran cepat.
Ram dan Cahaya saling pandang kemudian keduanya pun tersenyum. Sementara Fay terlihat grogi saat Aldebaran mengantarkan nya kekamar.
Padahal Fay sudah baik-baik saja tapi Aldebaran seperti mengkhawatirkannya.
"Istirahat ya, besok mau ketemu Oma. Aku yakin Oma pasti suka denganmu," kata Aldebaran.
Aldebaran tidak sadar kalau kata-kata itu bikin Fay semakin grogi. Bagaimana tidak, seolah Aldebaran ingin memperkenalkan sang kekasih. Padahal hubungan mereka saja belum jelas.
Aldebaran dengan telaten menyelimuti tubuh Fay dan kemudian mengecup keningnya. Mengecup kening Fay seolah menjadi candu bagi Aldebaran. Dia tidak sadar kalau hal itu bisa membuat lawan jenisnya merasa tersanjung.
"Tidur ya," ucap Aldebaran dan kembali mengecup kening Fay. Baru kemudian ia keluar dari kamar itu.
Saat tiba diruang keluarga, Aldebaran tidak mendapati siapa-siapa lagi disitu. Karena mereka sudah masuk kedalam kamar masing-masing. Aldebaran pun memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya.
Aldebaran merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Ponselnya berdering pertanda panggilan masuk. Aldebaran melihat nama pemanggil 'PENGGANGGU'. Aldebaran pun segera menjawabnya.
"Halo!" sapa Aldebaran menjawab panggilan tersebut.
"Halo bro, besok malam kita mau ke mansion Oma, kamu ikutkan?" tanya Davion.
"Besok aku banyak kerjaan, tapi akan aku usahakan," jawab Aldebaran.
"Luangkan lah waktu, kasihan Oma dan Opa," kata Danendra.
"Iya, iya aku datang," jawab Aldebaran lalu mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Huh, memang pengganggu," gumam Aldebaran.
Lalu Aldebaran mengirim pesan kepada Aleta mengajaknya ke mansion keluarga Henderson. Dan dibalas iya oleh Aleta.
Aldebaran pun melemparkan ponselnya keatas ranjang, sayang loh kalau kelantai.
Setelah itu iapun memejamkan mata. Baru saja memejamkan matanya Aldebaran dikejutkan lagi dengan suara ponselnya, ternyata dari Kenzo.
"Hmmm, ada apa?" tanya Aldebaran to the point.
"Sudah tidur? Masih sore," tanya Kenzo.
"Jam 10 malam kamu bilang sore? Ada apa?" tanya Aldebaran.
"Kita mau ngajak ke mansionnya Oma," jawab Kenzo.
"Telat," kata Aldebaran lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Ada saja pengganggu, baru beberapa menit terlelap sudah terbangun lagi," gerutu Aldebaran.
"Ehh, tumben aku bicara banyak?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Bodo amat," jawabnya pada dirinya sendiri. Kalau didengar oleh Aleta sudah pasti menjadi bahan ejekan karena saudaranya bicara sendiri.
.
Alhamdulillah, novel ini masuk rising star. Semua berkat dukungan kalian. Aku tidak tau harus berkata apa? Yang pasti aku ucapkan terima kasih banyak.
Tanpa dukungan kalian aku tidak bisa ketahap ini. Terima kasih semuanya atas dukungan kalian. Dan terima kasih juga karena mau membaca karya recehku ini yang tidak seberapa.
Buat kalian semoga rezekinya lancar disehatkan badan dan dimudahkan dalam urusan apapun. Aamiin.
.
.
.