Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pergi ke Mall • Revisi
"Oh jadi kamu Mamanya!" kata Putri sambil melempar senyum angkuh.
Wanita berkacamata itu berlari cepat mendekati Chester.
"Maaf Nona, jika anak saya menyakiti Anda," kata Tina, salah satu karyawan di perusahaan Lara Crop juga. Tina terlihat ketakutan karena Putri menatap ke arahnya dengan sangat tajam sekarang.
Putri mendengus lantas berkacak pinggang. "Banyak alasan kamu, berani sekali kamu melanggar peraturan perusahaan, bosan hidup kamu rupanya!"
Mendadak suasana di sekitar bertambah tegang. Para karyawan yang hendak pulang tadi tak jadi pulang, akhirnya memilih menyaksikan kejadian di depan gedung sekarang.
"Tante kok malah-malah, Chestel kan sudah minta maaf." Chester memberanikan diri membuka suara. Walaupun di balik topeng spiderman-nya, bola mata berwarna cokelat itu memancarkan ketakutan.
Putri mulai geram hendak meraih pergelangan tangan Chester. Namun, Calvin menahan tangannya tiba-tiba.
"Cukup Putri, sudah jangan kamu besar-besar kan, lagi pula mereka sudah meminta maaf, sekarang kita pergi, aku tidak punya banyak waktu untuk mengurus hal ini,"kata Calvin membuat Chester mengembangkan senyuman di balik topeng.
"Tapi Calvin, mereka ...." Putri tak jadi menuntaskan perkataannya tatkala mendapat tatapan tajam dari Calvin sekarang.
Putri hanya mampu mengeluarkan decakan kesal kemudian melipat tangan di dada.
"Terima kasih Pak Calvin, atas nama anak saya, saya minta maaf, hari ini saya sangat teledor karena anak saya bermain-main di sini," jelas Tina sambil mengulum senyum.
Calvin tak membalas, hanya melirik sekilas Chester kemudian memutar tumit ke belakang. Setelah itu melangkah cepat menuju parkir mobil.
"Ish, awas saja kalian, aku akan membuat perhitungan dengan kalian nanti," kata Putri dengan mata melotot keluar.
Melihat raut wajah Putri, kaki-kaki mungil Chester bergetar sedikit. Dengan cepat dia bersembunyi di belakang Tina.
Detik itu pula, Putri lantas mengejar Calvin sambil berseru,"Calvin Sayang, kita pergi ke mall yang dekat dengan perusahaanmu ya!"
Dari kejauhan Chester dan Tina dapat melihat Putri bergelayut manja di tangan Calvin.
"Menyelamkan sekali Tante itu," celetuk Chester seketika dengan raut wajah masih takut.
Tina membalikkan badan. Dia tampak mengkhawatirkan keadaan Chester sekarang. Karena sempat merasakan tubuh Chester bergetar tadi.
"Chester ngapain kamu di sini? Kamu naik apa tadi?" tanya Tina sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat para karyawan mulai melanjutkan aktivitas untuk pulang ke rumah.
"Chestel mau ketemu Mama, Tan–hmf!" Chester terkejut saat mulutnya dibekap Tina tiba-tiba.
"Tunggu, ayo ikut Tante dulu."
Chester mengangguk pelan kemudian Tina menyeretnya masuk ke gedung perusahaan. Tapi, baru saja sampai di depan pintu. Kedatangan Juwita membuat Tina menurunkan tangannya.
"Chester, kamu ngapain di sini?" tanya Juwita dengan raut wajah panik, saat melihat putranya berada di tempat kerjanya sekarang.
"Chestel mau ketemu Mama, Chestel kangen sama Mama, Chestel tadi diantal sama Pak LT ke sini pakai motol,"balas Chester tanpa rasa bersalah sekali pun. Beberapa menit sebelumnya, setelah merengek dengan Pak RT, Calvin akhirnya diantar Pak RT sampai dengan selamat ke tempat tujuan.
Juwita enggan menanggapi, malah mengedarkan pandangan ke segala arah, hendak memastikan apa ada orang yang mengenalinya. Kini perusahaan tampak mulai sepi, dan yang lalu-lalang di sekitar bisa dihitung pakai jari. Setelah merasa aman, Juwita mengalihkan pandangan ke arah Tina.
"Tina, tadi dia nggak ketemu presdir kita, 'kan?" tanya Juwita, penasaran setengah mati.
Tina mengerutkan dahi sedikit.
"Ketemu dan tadi anakmu nggak sengaja nabrak pacar Pak Calvin, memangnya kenapa Juwi?"
Kemarin, Tina keheranan karena diminta Juwita jika saat berada di luar rumah. Chester akan memanggilnya dengan sebutan mama. Sebagai tetangga sekaligus teman kuliah dulu, Tina tentu saja mengiyakan. Walau sebenarnya dia sangat penasaran.
Namun, sebagai teman yang baik. Dia tidak ingin memojokkan Juwita dan berharap Juwita akan memberitahu alasan padanya nanti. Tina pun sangat senang saat bertetangga dengan teman kuliahnya, kebetulan sekali dia dan Juwita diterima bekerja di satu perusahaan yang sama.
Juwita membuang napas kasar setelahnya. "Nggak apa-apa, terima kasih ya Tina. Oh ya mau pulang bareng nggak?" Juwita sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
Tina malah cengengesan.
"Nggak usah Juwi, aku ada undangan dari teman SMA—ku dulu. Jadi mau langsung pergi ke hotel sekarang. Tuh aku udah dijemput," balasnya sambil menunjuk keluar pelataran di mana mobil hitam berhenti di pelataran gedung.
"Oke deh, hati-hati Tina, sekali lagi terima kasih Tina."
"Sama-sama."
Selepas kepergian Tina, Juwita mengajak Chester untuk pulang ke rumah. Di dalam taksi, Juwita mengecup pucuk kepala Chester berulang kali. Dia merasa bersalah karena harus menyembunyikan keberadaan Chester dari Calvin.
Kala itu, kejadian terjadi begitu cepat. Setelah dia sah menjadi istri Calvin. Juwita sempat menginap di rumah Calvin. Saat malam-malam buta, Calvin tiba-tiba masuk ke kamar. Dalam keadaan mabuk berat Calvin menggaulinya sambil menyebut nama seseorang, sialnya Juwita tak dapat mendengar dengan jelas nama yang dilontarkan Calvin.
Apakah itu Putri? Entahlah. Juwita hanya bisa menahan sesak. Namun, sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi. Kejadian satu malam itu meninggalkan benih di rahim Juwita.
Juwita ingin memberitahu Calvin, tetapi karena Calvin pergi keluar negeri Juwita mengurungkan niatnya. Jadi, Juwita melahirkan dan membesarkan anaknya seorang diri.
Tidak ada yang tahu dia memiliki anak, bahkan kawan kuliahnya sekali pun. Juwita juga tidak memberitahu bapaknya karena tidak mau membuat bapaknya sedih. Terlebih setelah empat bulan menjadi istri Calvin. Bapak Juwita pergi untuk selama-lamanya, menyusul mendiang mamanya.
Selama ini Juwita menyembunyikan kehamilannya dari semua orang dan ketika melahirkan izin sakit pada dosen. Hingga suatu ketika Tina memergoki dia bersama Chester.
"Kenapa Mama nangis?" Chester membelai pelan pipi Juwita yang mulai basah.
"Nggak Sayang, mama terharu karena anak Mama ini perhatian sekali sama mama. Mama mohon sama Chester jangan main ke tempat kerja Mama lagi ya,"ucap Juwita sambil menghapus cepat air mata.
Melihat keadaan Chester, yang sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari papanya, membuat Juwita bertambah sedih. Seharusnya Chester mendapatkan kasih sayang dari Calvin. Namun, hubungan yang tidak jelas dia jalani ini membuat Juwita menahan diri untuk memberitahu keberadaan Chester kepada Calvin. Apa lagi suaminya itu malah bermesraan dengan wanita lain tadi.
"Memangnya kenapa Ma? Chestel kan mau ketemu Mama." Chester mengerutkan dahi dengan sangat kuat sekarang.
"Sesuai peraturan perusahaan, anak dari karyawan tidak boleh main di perusahaan, mama mohon dengarkan permintaan Mama, ya? Jangan main lagi, kalau kangen Chester bisa telepon atau videocall Mama." Juwita mencoba membujuk Chester menuruti perkataannya.
Chester tak langsung membalas, tampak berpikir keras dengan raut wajah muram.
"Oke deh, Chestel bakalan dengelin Mama, tapi Mama jangan lama-lama keljanya ya." Chestel masih terlihat sedih, hingga bibir mungilnya ikut turun ke bawah.
Juwita tersenyum terharu sebab Chester akhirnya mau menuruti perkataannya. Meskipun dia anak yatim piatu dan serba kekurangan. Juwita tidak boleh kekurangan dalam ilmu pengetahuan. Chester termasuk anak yang cerdas. Apakah menurun dari dirinya? Mungkin iya. Meskipun buah hatinya itu masih kesusahan menyebut huruf 'r'
"Baguslah kalau begitu, oh ya mumpung Chester di luar, kita pergi jalan-jalan ke mall yuk beli pakaian untuk Chester juga. Lihat kaos Chester sudah agak sempit,"ucap Juwita. Berusaha menghibur Chester agar anaknya tak sedih lagi. Dia pun baru sadar jika pakaian yang dikenakan Chester terlihat sempit.
Beruntung sekali hari ini ada orderan online masuk. Jadi, Juwita memiliki uang untuk membeli pakaian Chester. Selama berkuliah, Juwita juga memiliki usaha kecil-kecilan, yaitu membuat berbagai kue, dari cake ulang tahun, donat dan sebagainya dari pesanan orang. Hasil bisnisnya itu dia digunakan untuk dia bertahan hidup.
"Yei, asik! Telima kasih Ma!" Dalam sekejap muka Chestel langsung berubah. Bocah laki-laki itu tersenyum kegirangan karena akan dibelikan pakaian.
Juwita tersenyum lebar.
"Oke, kalau di mall jangan lupa pakai terus topengnya ya,"katanya, kemudian Juwita mengecup singkat pucuk kepala Chester.
Juwita begitu gemas dengan badan berisi Chester. Kadang kala Juwita heran, meskipun makanan yang dia sajikan pada Chester begitu sederhana. Tapi Chester menyantap makanannya dengan sangat lahap hingga membuat tubuh Chester menjadi gempal sekarang. Pipi, tangan, dan kakinya benar-benar bulat.
"Oke Ma!" balas Chester.
"Pak, nggak jadi pulang, kita pergi ke mall yang dekat sini saja,"ucap Juwita. Meminta sang supir pergi ke arah mall yang berdekatan dengan tempat kerjanya sekarang.
atau sebaliknya gustav tdr dengan juwita.. aku gk mau baca lg thor/Scream//Joyful/