Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Si Pria Toxic
Menjelang sore, Binar hanya bisa melamun di bale-bale yang ada di depan rumah Marini. Air matanya menetes merasakan rindu kepada Mamanya. Binar takut terjadi kenapa-napa kepada Mamanya bahkan Binar belum sempat tahu jika Yulia sudah sembuh.
"Ya Allah, berilah jalan keluar. Aku ingin pulang, aku gak mau lama-lama di sini," batin Binar.
Tiba-tiba, Riki datang dengan membawa beberapa ikan di tangannya. Binar bisa menyimpulkan jika Riki baru saja habis memancing. Setelah dia tadi siang menampar Binar, dia memang memutuskan untuk pergi sebelum amarahnya semakin memuncak dan tak terkendali.
"Sayang, lihat aku dapat ikan banyak ini adalah ikan kesukaan kamu," ucap Riki dengan mengangkat tangannya yang sedang membawa ikan.
Binar hanya melirik sebentar, lalu dia kembali termenung. "Sayang, bantuin aku bersihin ikan ini yuk, habis itu kita masak bersama seperti biasanya," ajak Riki dengan senyuman yang mengembang.
Binar tidak menggubris ucapan Riki membuat Riki kesal dan mencengkram pergelangan tangan Binar. "Kamu sudah berani mengacuhkan suamimu!" bentak Riki.
Binar menatap tajam Riki. "Aku sudah bilang, jika aku bukan istrimu jadi lepaskan aku karena aku ingin pergi dari sini dan pulang ke rumahku!" sentak Binar.
"Apa kamu bilang? ini rumah kamu, jadi kamu mau ke mana lagi? jangan macam-macam, sekarang juga kamu ikut masuk ke rumah." Riki menarik tubuh Binar supaya ikut masuk.
Binar sudah berusaha memberontak, tapi tenaga Binar kalah jauh dengan tenaga Riki. "Ya Allah Riki, ada apa lagi ini?" Marini terkejut saat melihat Binar diseret oleh Riki.
"Amara sudah mulai membangkang Bu, padahal dulu Amara suka sekali jika Riki pulang bawa ikan tapi sekarang Amara seakan jijik melihat Riki membawa ikan ini," ucap Riki dengan nada yang tinggi.
"Aku sudah bilang sama kamu kalau aku bukan Amara tapi aku Binar!" bentak Binar.
"Kenapa kamu berubah, Amara? apa kamu mengubah nama kamu karena kamu sudah tidak cinta lagi sama aku? apa kamu sudah mempunyai pria lain?" bentak Riki penuh amarah.
"Riki hentikan! Dia bukan Amara, kamu sadar Nak kalau Amara itu sudah meninggal," seru Ibu Marini.
"Ternyata ibu sudah terhasut oleh dia, Amara sudah membayar ibu berapa? sampai-sampai ibu membela Amara yang jelas-jelas salah," geram Riki.
"Ibu bukannya terhasut, memang dia bukan Amara. Ibu sudah lihat sendiri, kalau Binar tidak mempunyai tanda di pinggangnya sedangkan Amara punya tanda. Cuma wajahnya saja yang mirip namun semuanya tidak ada yang mirip dengan Amara, sadar Nak," mohon Ibu Marini.
Riki semakin geram, dia menyimpan ikan begitu saja lalu kembali menyeret Binar masuk ke dalam kamarnya. Marini mengikuti mereka, terlihat Riki mengambil tali tambang kemudian mengikat Binar ke kerangka ranjang. Binar terus berontak begitu pun dengan Marini yang ikut membujuk Riki.
"Lepaskan aku! kamu gila ya!" teriak Binar.
"Diam!"
Plak...Riki kembali menampar Binar, sehingga sudut bibirnya berdarah saking kerasnya tamparan Riki. Air mata Binar kembali menetes, dia tidak menyangka keluar dari mulut harimau justru masuk ke mulut buaya.
"Riki, kamu jangan seperti itu kasihan Binar," bujuk Ibu Marini.
"Amara Bu, namanya Amara bukan Binar!" bentak Riki.
Riki pun selesai mengikat Binar. "Jangan ada yang buka tali itu, jika ibu berani membukanya maka Riki tidak akan segan-segan berbuat hal yang lebih kejam daripada ini. Riki mau mandi dulu."
Riki pun keluar dari kamarnya, Binar menangis sesenggukan. Marini menghampiri Binar dan mengusap kepala Binar, bahkan Marini juga ikut menangis.
"Maafkan Riki, Nak. Dia masih belum menerima atas kematian istrinya," ucap Ibu Marini dengan deraian air mata.
"Aku ingin pulang, Bu. Aku mohon, pulangkan aku segera," ucap Binar memohon.
"Sabar Nak, setelah jembatan itu beres diperbaiki Ibu janji akan mengantarkan kamu pulang," sahut Ibu Marini.
"Ibu keluar dari kamar aku, jangan kasihani Amara karena Riki ingin menghukum dia!" teriak Riki dari dalam kamar mandi.
"Maafkan ibu ya, Nak. Ibu tidak bisa membantu kamu karena Ibu tahu bagaimana sifat Riki, dia akan melakukan hal yang lebih gila lagi dan Ibu tidak mau sampai kamu terluka lagi," ucap Ibu Marini merasa bersalah.
Binar hanya diam saja, dia tidak mau menanggapi Marini. Sungguh Binar tidak menyangka jika dia akan ditemukan oleh orang toxic seperti Riki. Dan Binar yakin, Riki sanggup membunuhnya jika dia berani melawan lagi.
"Mas Nizar, bantu aku," batin Binar dengan deraian air matanya.
***
Malam pun tiba....
Tepat pukul 22.00 malam, Nizar sampai di rumahnya. Dia sudah tidak sabar ingin menanyakan kabar Binar karena ponselnya sama sekali tidak aktif. Nizar segera menuju kamar Haidar dan mengetuk pintu kamar adiknya itu dengan tidak sabaran.
"Abang, kapan pulang?" tanya Haidar.
"Baru saja."
"Bukanya jadwal Abang terbang masih lama?" Haidar merasa heran.
"Iya, tapi ini 'kan semua gara-gara kamu," ucap Nizar.
"Kok gara-gara aku sih?" kesal Haidar.
"Kamu memberitahu Abang masalah Binar, ya tentu saja Abang panik," kesal Nizar.
Haidar masuk kembali kamarnya dan Nizar pun mengikuti adiknya dari belakang. "Cepat cerita apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Nizar tidak sabaran.
"Sabar dong Bang. Awalnya aku tahu dari Risa katanya Binar menghilang, hingga keesokan harinya ada segerombolan orang makan di restoranku dan tidak lama kemudian, kakak tiri Binar datang. Dia bicara kalau dia menyuruh orang-orang itu untuk menangkap orang namun orang itu justru jatuh ke sungai. Aku yakin jika yang dibicarakan kakak tiri Binar adalah Binar karena bersamaan dengan menghilangnya Binar sampai sekarang," jelas Haidar.
"Kurang ajar, tuh orang," geram Nizar.
"Abang khawatir banget sama Binar, apa Abang punya hubungan spesial dengan Binar?" tanya Haidar penasaran.
"Abang tidak punya hubungan apa-apa dengannya, tapi semenjak Abang bertemu dengan Binar, Abang menyukainya," sahut Nizar dengan raut wajah sedihnya.
Haidar tersenyum dan menepuk pundak Abangnya itu. "Jangan sedih, Binar pasti akan ketemu. Aku akan bantu Abang untuk mencari Binar," ucap Haidar.
"Abang minta nomor Risa, Abang ingin menanyakannya secara langsung kepada dia," ucap Nizar.
Haidar pun memberikan nomor Risa kepada Abangnya. Nizar keluar dari kamar adiknya dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Nizar duduk di ujung ranjang dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah itu.
"Binar, aku sudah berencana akan melamarmu saat aku pulang terbang. Tapi kenapa malah seperti ini, aku mohon berilah petunjuk keberadaanmu karena aku yakin kamu masih hidup dan aku akan segera menemukanmu," batin Nizar.
Nizar terus saja memperhatikan cincin berlian itu, dia memang berencana ingin melamar Binar. Hatinya sudah terpaut oleh sosok wanita yang memang sejak awal sudah mencuri perhatiannya.